Bab 1: Awal Cinta
Di sebuah desa kecil yang tenang, Arka dan Dinda adalah sepasang kekasih yang selalu terlihat berbahagia. Sejak mereka kecil, cinta di antara mereka tumbuh seiring waktu. Arka adalah seorang pemuda yang penuh semangat dan impian, sedangkan Dinda adalah gadis cantik yang ceria dan cerdas.
Suatu sore, mereka duduk di bawah pohon beringin yang besar, tempat yang menjadi saksi cinta mereka.
Arka: "Dinda, aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa kamu. Kamu adalah segalanya bagiku."
Dinda: "Arka, cintaku padamu tidak akan pernah pudar. Kita akan selalu bersama, apapun yang terjadi."
Mereka saling menatap, ada cahaya kebahagiaan dalam mata mereka.
---
Bab 2: Awal Masalah
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Suatu hari, Dinda mulai merasa tidak enak badan. Awalnya hanya sakit kepala, tetapi kemudian disertai demam tinggi.
Arka: "Dinda, kau harus periksa ke dokter. Aku khawatir tentang kesehatanmu."
Dinda: "Tidak, Arka. Ini hanya flu biasa. Aku akan baik-baik saja."
Tetapi seiring berjalannya waktu, kondisi Dinda semakin memburuk. Arka merasa cemas dan tidak berdaya melihat kekasihnya menderita.
Arka: "Dinda, tolong! Aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Mari kita pergi ke rumah sakit."
Dinda: "Arka, aku janji akan pergi jika aku tidak sembuh dalam beberapa hari. Jangan khawatir."
---
Bab 3: Kegelapan yang Datang
Dinda tidak kunjung membaik. Suatu malam, ketika Arka menjenguknya, dia melihat Dinda terbaring lemah di tempat tidurnya.
Arka: "Dinda, kau harus bertahan. Kita akan melewati ini bersama."
Dinda: "Arka, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Kadang-kadang aku melihat bayangan aneh."
Arka: "Apa yang kau maksud? Apa kau mendengar suara-suara?"
Dinda: "Tidak, ini seperti ada yang mengawasi kita. Aku merasa takut."
Arka berusaha menenangkan Dinda, tetapi rasa cemas menyelimuti hatinya. Dia mulai curiga ada yang tidak beres.
---
Bab 4: Mengungkap Kebenaran
Suatu ketika, Arka mengetahui dari teman Dinda bahwa seorang cowok bernama Dimas, yang pernah menyatakan cinta kepada Dinda dan ditolak, melakukan praktik santet untuk membalas dendam.
Arka mendatangi Dimas dengan penuh amarah.
Arka: "Dimas! Apa yang kau lakukan pada Dinda? Dia sakit parah, dan aku tahu ini semua karena perbuatanmu!"
Dimas: "Kau tidak tahu apa-apa, Arka. Dia seharusnya jadi milikku! Dia tidak menghargai perasaanku."
Arka: "Kau jahat! Cinta tidak seharusnya seperti ini. Berhentilah dan biarkan Dinda sembuh!"
Dimas hanya tertawa sinis, menambah kemarahan Arka.
---
Bab 5: Perpisahan yang Menyakitkan
Akhirnya, setelah beberapa minggu berjuang melawan penyakitnya, Dinda terbaring lemah di rumah sakit. Arka tidak pernah meninggalkannya, tetapi Dinda semakin lemah.
Dinda: "Arka, aku tidak tahu berapa lama aku bisa bertahan. Maafkan aku jika aku membuatmu menderita."
Arka: "Jangan katakan itu, Dinda! Kamu akan sembuh! Kita akan berjuang bersama."
Dinda: "Tapi... kadang aku merasa... seolah aku sudah pergi. Cintaku padamu akan selalu ada."
Satu malam, saat Arka kembali setelah mencari obat, dia mendapati Dinda terbangun dengan napas yang berat.
Dinda: "Arka, jika aku pergi, ingatlah semua kenangan indah kita. Cinta kita tidak akan pernah mati."
Arka: "Jangan katakan itu! Aku tidak akan membiarkanmu pergi!"
Namun, harapan itu pupus saat Dinda menghembuskan napas terakhirnya di pelukan Arka. Suara detak jantungnya berhenti, meninggalkan Arka dalam kesedihan yang mendalam.
---
Bab 6: Kesedihan yang Tak Terduga
Arka merasa hancur. Dia berjanji akan membalas dendam kepada Dimas, tetapi saat melihat tubuh Dinda yang terbujur kaku, dia hanya bisa menangis.
Arka (berbisik): "Maafkan aku, Dinda. Aku tidak bisa menyelamatkanmu."
Hari pemakaman menjadi hari terkelam dalam hidupnya. Dia berdiri di depan makam Dinda, dengan air mata yang mengalir.
Arka: "Aku berjanji akan mengingat semua kenangan kita. Aku akan hidup untukmu."
---
Bab 7: Kenangan yang Takkan Pernah Pudar
Setelah kepergian Dinda, Arka berusaha mengisi hidupnya dengan kenangan indah mereka. Dia menulis surat untuk Dinda setiap hari, berbagi semua yang terjadi dalam hidupnya.
Arka (menulis): "Dinda, hari ini aku pergi ke tempat kita biasa bermain. Semua terasa kosong tanpa hadirmu. Aku merindukan senyummu."
Arka mengunjungi makam Dinda setiap minggu, membawa bunga kesukaannya.
Arka: "Dinda, aku akan mencintaimu selamanya. Cinta kita adalah yang terindah dan terburuk sekaligus. Aku akan memastikan Dimas membayar atas semua ini."
---
Cinta Arka kepada Dinda tidak akan pernah pudar meskipun Dinda telah pergi. Dia hidup dengan kenangan indah, berjanji untuk melawan kejahatan dan menjaga cinta mereka tetap hidup dalam hatinya. Dalam kesedihan, Arka menemukan kekuatan untuk melanjutkan hidup, selalu mengingat Dinda dengan cinta yang mendalam.