Ibu kalya berkerja didinas kebersihan kota. Beliau biasa membersihkan taman yang terletak disamping kompleks perumahan Pelita Indah. Karna kerja keras Bu kalya, bunga-bunga disana tumbuh subur, indah dah asri.
Seperti biasanya, setiap sore banyak orang mengunjungi taman. Mereka datang bersama keluarga, teman, pacar, dan sahabatnya masing-masing. Pemandangan disana sangat indah. Kolam ikan dengan batu dan teratai mengapung dipermukaanya. Didalamnya banyak ikan hias hidup.
Ada juga air mancur dibeberapa tempat. Lapangan rumput dikanan kiri jalan. Berbagai jenis bunga, tumbuh disana-sini pohon-pohon rindang tumbuh dibeberapa tempat. Dibawahnya ada beberapa kursi panjang dan tikar-tikar digelar.
Pera pengunjung duduk bersama, berfoto, makan, bermain, dan ada juga yang mengerjakan pr. Kalya juga sering mengerjakan pr-nya disana sambil menunggu ibunya selsai bekerja.
Hari ini Kalya tidak punya pr. Dia memutuskan untuk membantu ibunya membersihkan taman. Dia menyerok dedaunan yang sudah disapu dan membawanya ketempat sampah. Sampah-sampah itu akan dihaluskan dan dijadikan pupuk. Karna bantuan dari Kalya, ibunya bisa menyelsaikan pekerjaanya lebih cepat.
"Terimakasih sudah membantu ibu." Kata Bu Kalya pada anaknya.
"Tak mengapa, bu. Kalya senang bisa membantu ibu, Kalya juga senang jika melihat tamanya bersih." Jawab Kalya sambil menyeka keringat yang membasahi keningnya.
Mereka duduk disebuah kursi panjang dibawah salah satu pohon. Kalya dan ibunya membuka tempat minuman yang mereka bawa dari rumah. Beberapa orang mulai berdatangan. Sebentar lagi taman akan ramai.
"Segar sekali!" Kata Kalya meneguk minumanya. Berteduh dibawah pohon saat musim panas tiba adalah hal yang terbaik. Bahkan lebih nyaman dari pada berada di ruangan yang ber-AC.
"Benar." Kata ibu. Mereka memandang taman yang mulai ramai dikunjungi orang. Seorang anak dengan rambut yang dikepang masuk. Usia mereka mungkin sebaya. Dia duduk tidak jauh dari Kalya dan ibunya.
"Kalya, ibu mau pulang. Jika bermain disini, jangan pulang terlalu sore." Kata ibunya. Kalya mengganguk. Ibunya membawa serok dan sapu menuju sebrang jalan. Rumah mereka tak jauh dari sana.
Setelah ibunya pergi, Kalya mendekati gadis itu.
"Sedang apa?" Kalya menyapa. "Namaku Kalya, ibuku pengurus taman ini." Kalya melanjutkan.
"Aku Saki, aku sedang membuat dompet dari tali." Dia menunjukan karyanya.
"Bagusnya. Apa benar ini buatan tangan." Kalya terkesiap.
"Iya. Aku mempelajarinya tahun lalu. Kita bisa membuat banyak benda berguna dengan makrame."
"Makrame?"
"Makrame adalah kerajinan tali. Dengan menganyam atau dengan menyimpulnya." Mereka berbincang-bincang dan menjadi akrab.
Saki mengatakan mereka kesulitan keuangan semenjak ayahnya pensiun. Padahal kakaknya masih kuliah dan dia juga masih SMP. Karna itu Saki memutuskan untuk menekuni dunia makrame.
Saki mengatakan dia menitipkan sebagian karyanya ditoko tas dekat pertigaan jalan. Sebagian lagi dipesan oleh teman dan kenalanya. Keuntungannya dia gunakan untuk membeli peralatan sekolah dan ongkos bis. Jadi dia tidak perlu meminta uang saku lagi pada ibunya.
"Hebat!" Kata Kalya. "Aku ingin pesan satu, yang motifnya seperti ini." Dia menunjuk sebuah dompet dalam keranjang yang dibawa Saki.
"Tapi butuh waktu agak lama, ada beberapa tas yang belum selsai. mungkin lusa baru bisa mulai dikerjakan." Kalya tidak mempermasalahkan hal itu.
"Datanglah ketaman ini jika sudah selsai. Aku selalu kesini setiap sore." Kalya menambahkan.
Dua hari berikutnya Saki datang membawa dompet yang Kalya pesan. Saat itu Kalya sedang menyapu dedaunan yang berserakan. Hasilnya luar biasa. Meski hanya dari tali sederhana. Saki mampu membuatnya menjadi dompet yang indah.
Ibu Kalya kagum sekali.
"Saki kau seperti pohon yang teduh ini." Kata ibu Kalya saat mereka berteduh dibawah salah satu pohon untuk beristirahat.
Kalya dan saki menatap bingung.
"Saat musim kemarau datang, pohon mengugurkan daunya untuk bertahan hidup. Ketika akarnya berjuang mencari air daunya berkorban. Saat air melimpah, daun-daun yang merekah tidak perlu khawatir akan tumbang karna akarnya telah lebih kuat dan dalam."
"Dedaunan yang digugurkan demi menghemat air itu sering kali dianggap sampah bagi manusia. Namun itu merupakan pupuk alami bagi Sipohon. Kelak akan berguna dalam menyuplai kebutuhan nutrisi bagi Sipohon dan buahnya.
Ternyata buah yang manis dihasilkan dari kerja sama, kerja keras dan ketabahan yang luar biasa." Jelas ibu Kalya.
"Sebenarnya ibu ingin mengatakan kerja keras Saki akan membuahkan sesuatu yang berharga. Manis dan enak seperti ini, kan?" Kalya mengangkat melon yang sedang mereka makan. Mereka tertawa bersama.
Pilinan tali-tali yang dirangkai Saki mengawali persahabatan antara saki dan Kalya.