Sampai saat ini aku masih merasakan kehadirannya. Pada awalnya hanya dengan membaca sebuah novel yang berkaitan dengan sesosok mahluk yang biasa disebut Cindaku, orang tuanya datang di dalam mimpiku.
Tidak memaksa siapapun untuk percaya kisah ini, karena ini pengalaman pribadiku yang mungkin teman-teman pembaca ceritaku ini pernah mengalaminya juga.
Pada saat menulis kisah ini pun, aku merasa gemetaran. Malam itu di tahun 2010 tepatnya waktu tengah malam, seperti biasa aku sebelum tidur membaca karya novel S.B Chandra dan Motinggo Boesje. Setiap malamnya, ketika hendak beranjak tidur, aku sempatkan untuk menelusuri novel kisah tentang Cindaku. Aku tidak ingat berapa novel yang sudah kubaca.
Pada saat itu rasa kantuk kudatang. Dan pada saat halaman terakhir aku tertidur pulas. Ketika terbangun tiba-tiba saja, aku sudah berada di dalam sebuah gua yang sedikit gelap, berwarna hijau tua dan berudara sejuk.
Saat membuka mata, aku melihat dua sosok pengantin berpakaian begitu indah yang keduanya mengenakan sebuah mahkota. Sosok itu seorang pria dan wanita. Aku tidak mengerti dihadapanku itu seorang raja dan permaisuri atau apa sebutan untuk mereka. Selesai memandang keduanya, tiba-tiba sosok itu menyapaku.
"Nak, kenapa kau ingin sekali mengetahui keberadaan Cindaku?" tanya sosok itu dengan begitu ramah.
Lantas akupun menjawabnya, "Hm, ya aku ingin sekali mengetahui Cindaku ...."
Kemudian sosok itu menampakkan penglihatanku pada kehidupan masa lampau, mereka memperlihatkan sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya, seolah mereka sedang bercerita dengan ringkas dan cukup jelas.
"Kau lihat gadis cantik itu, Nak. Dialah putriku, Cindaku. Anakku telah menikah dengan anak manusia. Kau sudah pahamkah, Nak?"
"Ya, aku sudah paham!"
Ketika pertanyaanku yang terakhir kali, tiba-tiba saja aku terbangun dengan keringat bercucuran dan nafas terengah-engah. Saat kulirik jam dinding di kamarku sudah pukul tiga pagi.
"Hah, sebenarnya aku bermimpi atau tidak! Siapa kedua sosok tadi itu?"
Belum hilang rasa penasaranku, kulihat buku novel yang aku baca tadi, robek dicover depan dengan goresan cakar yang begitu halus.
Pada saat menulis akhir cerita ini, tiba-tiba telinga kananku berdenging. Seperti sebuah pertanda, atau apalah namanya. Aku tidak mengerti soal ini, dan seolah-olah hadir sesosok laki-laki tua yang sejak tadi memperhatikanku.[ ]