Di suatu sore yang tenang, di bangku taman sekolah, Aria duduk sambil menatap langit jingga yang mulai meredup. Hatinya berdebar, seperti pertama kali ia melihat Damar, teman sekelasnya yang baru pindah setahun lalu. Setiap kali Damar tersenyum, dunia Aria seolah-olah berhenti berputar.
Damar adalah tipe laki-laki yang tak banyak bicara, tetapi selalu ada ketika dibutuhkan. Mereka sering mengerjakan tugas kelompok bersama, dan diam-diam, Aria menyadari perasaannya mulai tumbuh. Namun, Aria selalu ragu. Apakah perasaannya ini hanya kagum, ataukah lebih dari itu?
Suatu hari, ketika mereka duduk di bawah pohon besar di halaman sekolah, Damar berbicara dengan nada yang serius, "Aria, aku punya sesuatu yang ingin aku ceritakan. Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana."
Jantung Aria berdegup kencang. Apakah ini saatnya? Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Apa itu, Damar?" tanyanya dengan suara pelan.
Damar menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis. "Sebenarnya... aku sudah lama suka sama kamu. Tapi aku takut kamu nggak ngerasain hal yang sama."
Aria terdiam. Waktu seperti berhenti untuknya. Ia tak pernah menyangka Damar, orang yang selalu ia kagumi dari jauh, ternyata memiliki perasaan yang sama.
Sambil tersenyum lembut, Aria menjawab, "Aku juga, Damar. Dari awal, hatiku sudah bergetar saat kita pertama kali bertemu."
Mereka berdua tersenyum, dan sejak hari itu, cinta pertama Aria berubah menjadi kenangan manis yang tak pernah ia lupakan.
TAMAT