Ketika aku masih duduk di bangku sekolah SMP, aku tinggal di perumahan AD (Angkatan Darat) Brawijaya Surabaya. Bukan karena ayahku seorang AD (Angkatan Darat), aku tinggal di rumah peninggalan jaman belanda bersama pakde dan juga budeku.
Kebetulan pakdeku komandan CPM. Jadi, mendapat fasilitas perumahan yang besar, dengan bangunan mewah dan tinggi yang memiliki 6 kamar.
Hari-hari pun berlalu, setelah semua anak pakde menikah satu per satu, rumah itu pun menjadi begitu sepi. Pakde dan bude menyuruhku untuk menemani mereka tinggal di rumah tersebut bersama-sama.
Aku ditempatkan di salah satu kamar yang lumayan cukup besar juga. Kamar yang akan aku tempati sebenarnya bekas kamar mbaku dahulu. Kamar tersebut berukuran 4x4 besar, dengan bed yang sangat besar juga. Aku tidur sendirian di kamar itu karena pembantu tinggal di sayap rumah tepatnya di bagian belakang rumah.
Saat awal-awal aku tinggal di rumah peninggalan Belanda itu, aku mempunyai rasa cemas juga takut. Namun, syukurnya aku belum mengalami hal aneh-aneh yang dirumah Belanda itu.
Selama aku menempati kamar baruku, aku merasakan kalau di dalam kamar itu, aku tidak sendirian. Rasa takut dan gelisah membuatku tidak tenang. Tiap malamnya aku kesulitan untuk tidur. Seolah-olah di dalam kamar itu ada orang lain yang sedang memperhatikanku.
Pada suatu malam aku bermimpi, di dalam mimpi aku melihat kalau di bawah kolong tempat tidurku itu ada sebuah makam wanita Noni-noni Belanda. Posisi makamnya persis di bawah ranjang tempat tidurku. Kuperhatikan makam itu dilapisi sebuah kaca. Di sana tampak sesosok Noni Belanda dengan wajah tenang dan damai. Namun, pada saat menjelang pagi aku baru terbangun, dan melupakan mimpi itu serta beraktivitas seperti biasanya.
***
Keesokan malamnya, aku kembali bermimpi, kulihat Noni Belanda itu sedang memegang bunga berwarna kuning, dan memakai baju putih yang lusuh, dengan kuku yang membiru sedang berdiri mematung. Noni Belanda itu melihat ke arahku, kemudian kami pun beradu berpandangan. Kulihat mata wanita itu seperti menembus mata dan hatiku. Seakan aku tidak bisa mengalihkan dari pandangannya.
***
Siang harinya aku tidak berani bercerita dengan pakde dan juga budeku karena kalau aku menceritakan mimpiku. pasti mereka tidak percaya dan menertawakanku. Berawal dari kontak mata itu, ternyata itulah ikatan batinku bersahabat dengannya. Noni Belanda itu memperkenalkan dirinya, namanya France, meninggal pada saat usia 17 tahun, karena sakit.
Setiap malam France mendatangiku lewat mimpi. France sangat cantik ia mengenakan baju putih ala Noni Belanda, tetapi sayang bajunya kusam dan lusuh. Setiap malam France mengajak aku jalan-jalan, dan kulihat kukunya panjang membiru sambil menggandeng tanganku. Pada saat itu yang selalu kuperhatikan di mimpi, France selalu membawa bunga berwarna kuning dalam genggaman tangannya.
Aku merasa tidak takut dengan France, kami selalu bertemu di saat hari sudah sore. Pada saat pertemuan dengan France pasti suasananya sore hari menjelang waktu magrib. Aku bershabat dengan France selama 7 tahun, selama 7 tahun itu banyak hal yang kami lalui bersama. France juga mengatakan kalau ia baru saja dibelikan sepeda baru oleh Papinya. France pun menunjukan sepeda barunya padaku. Bentuk sepeda itu seperti sepeda model jaman Belanda tempo dulu. Sepeda yang belakangnya ada keranjang berisikan bunga berwarna kuning.
France juga mengatakan kalau Papi dan Maminya sangat menyukai aku, mereka juga mengatakan kalau bahasa inggrisku bagus, padahal aku tidak pandai dalam pelajaran bahasa inggris. Ternyata setelah France menyampaikan apa yang dikatakan kedua orangtuanya, mendadak aku menguasai bahasa inggris dengan bagus, dan sekarang aku menjadi mentor bahasa inggris.
Pada suatu malam France mengatakan, ingin memberikanku hadiah, sebuah baju miliknya untukku. Tentu saja aku tidak mau, France memberi tahu kalau di belakang rumahku, ada sebuah rumah dan di sana ada sebuah baju untukku, France menyuruh aku untuk mengambilnya. Aku heran, di belakang rumahku yang jaraknya setengah kilo dari rumah pakdeku, hanya ada sebuah makam kuno saja.
Berapa saat lamanya, aku baru tersadar. Kalau yang di maksud rumah oleh France, adalah sebuah makam, tetapi aku tidak tertarik untuk mengambil baju itu. Aku takut menyekutukan Tuhan, dengan mempercayai benda gaib.
Pada saat itu, ada seseorang lelaki setengah baya yang menguasai kemampuan supranatural, dia duduk bersila di pemakaman itu. Lelaki itu mengatakan memang ada baju di makam itu, tetapi dia tidak dapat mengambilnya. Lelaki itu pun meminta aku agar membantunya mengambilkan baju tersebut, tetapi aku tidak menuruti kemauannya.
Sementara France pun datang dan bertanya di dalam mimpiku. "Kenapa kamu tidak mengambil baju itu Nurul?" tanya France kepadaku.
"Aku tidak bisa menerima hadiah secara cuma-cuma France," sahutku kemudian.
"Mungkin, lain kali kamu mau menerimanya, Nurul," ucap France kembali.
Setelah kejadian itu, kami pun masih tetap bersahabat. Sampai pada akhirnya aku menikah. Di dalam mimpi France bicara. "Walaupun kamu sudah menikah Nurul, kita tetap akan bersahabat, dan selalu bersama. Percayalah aku akan menjaga keluargamu."
Pada saat masa kehamilanku, France masih terus memperhatikanku layaknya sahabat. Persahabatanku dengan France, persahabatan yang menurutku begitu janggal. Dua sahabat yang berbeda alam. Lantas France kembali berbicara padaku di dalam mimpi. "Kamu sangat cantik Nurul, bolehkah aku menjaga anakmu?"
Meskipun di dalam mimpi, aku tetap dalam keadaan sadar.
"Tidak perlu perlu, France, Anakku biar aku yang akan menjaganya."
Mungkin karena jawabanku terasa menyakiti hatinya, France pun pamit untuk pergi dan menghilang dari kehidupanku. France memberiku setangkai bunga berwarna kuning, selama tujuh tahun kami bersahabat, lalu ada empat tangkai lagu bunga berwarna kuning yang diberikan France kepadaku.
Aku sangat sedih menerima bunga terakhir dari France, aku merasa sangat kehilangannya. Sampai saat ini France masih bersamaku, terkadang terasa dekat kadang terasa jauh. Aku dapat merasakan kalau ia akan datang saat pikiranku sedang susah. Pernah waktu itu France bicara padaku, ia mengatakan.
"Siapa yang menyakitimu Nurul? Katakan saja!"
Aku hanya menggelengkan kepala, aku tidak mau dibantu France karena France sesosok jin pikirku. Sampai saat ini aku merasakan kalau France masih berada di sekitarku.