Ceritaku sore itu, Aku, Ipang, Rendy, jogging sore hari di sebuah komplek perumahan dan ada sebuah lahan kosong yang biasa dijadikan lapangan sepak bola oleh warga setempat.
Sekitar pukul 17.30. sore hari, aku lihat banyak sekali orang yang sedang berenang. Bukan sungai sih, pokoknya kubangan yang disemen rapi. Mereka berenang ke sana kemari asyik bermain dengan air.
Teman-teman lain yang habis main sepak bola juga ikut renang. Aku kenali sebagian yang berada di tempat itu, memang pandai-pandai sekali cara mereka berenang.
"Pang, Ren, ikutan berenang, yuk?" tanyaku ketika itu.
"Ayo...!"sahut Rendy.
"Ayo, seruh juga kayaknya nih," timpal Ipang.
Aku yang sudah tidak sabar untuk berenang, kemudian masuk ke dalam air untuk mengukur kedalaman air. Semakin ke bawah, tetap saja kakiku belum juga menyentuh dasar airnya.
Sampai terus berusaha mengukur kedalaman air, akhirnya kakiku menyentuh juga dasar airnya. Aku segera naik berenang ke atas. Napas lumayan habis, kaki juga lemes. Habis lari malah berenang!
Rendy, berenang hanya di pinggiran batu sambil berpegangan. Sebab airnya memang cukup dalam. Mungkin ia takut tenggelam. Aku perhatikan Ipang jadi tertawa geli sendiri, berenang memakai bola! Jadi mengapung di air, macam anak buaya. Ha ha ha ha.
"Apa, Ipang enggak bisa berenang? Ah, coba aku dekati dia," tanyaku di dalamm hati.
"Pang, kamu nggak bisa berenang?" tanyaku tiba-tiba.
"Sudah tahu malah tanya, Lim!" jawab Ipang.
"Ha ha ha lucu juga baru tahu aku. Hati-hati lepas bolanya game over kamu!" ledekku kemudian.
"Iya, cerewet banget sih! Senang saja Lim, seger airnya.
"Hati-hati jangan ke tengah dalam airnya!" kataku masih memperingati Ipang.
"Oke, santai saja, ha ha ha," sahut Ipang sambil tertawa.
Tidak lama, tiba-tiba saja teman-teman yang habis bermain bola tadi itu. Semua meneriaki Ipang.
"Woi…! Ipang nggak bisa berenang, pakai bola lagi macam anak kecil saja, ha ha ha.”
"Biarin! Ha ha ha." Ipang menyahuti ejekkan mereka.
Aku tinggalkan Ipang dan kembali berenang, sambil menyelam ke dasar air. Namun,di saat aku naik kembali kepermukaan air, aku mendengar suara teriakan teman-teman dari atas.
"Woi, woi, woi Ipang tenggelam tolong itu, cepat, cepat!" teriak orang-otanh yang berada di situ.
Aku pikir mereka sedang bercanda mengolok-ngoloknya. Aku lihat Ipang masih berenang dengan mendekap bola, tetapi sekarang ia berada di tengah-tengah air, sedang berusaha menggapai bola agar tidak tenggelam karena begitu panik, akhirnya bola itu terlepas juga.
Aku lihat teman-teman yang pandai berenang tidak ada satupun turun ke air untuk menolong Ipang. Kuperhatikan mereka semua memalingkan wajah saat aku pandangi satu per satu.
Aku hanya bermaksud untuk meminta pertolongan secara bersama-sama, tetapi dengan sikapnya mereka seperti menolak Aku sempat berpikir mungkin mereka takut karena hari sudah beranjak sore. Orang tua bilang kalau waktu memasuki magrib banyak setan yang berkeliaran.
Aku tidak perduli lagi apa pun yang akan terjadi sore itu. Untuk kalian yang membaca cerita ini, kalian pasti ingat dan mengenaliku. Aku cuma mau bilang, aku sangat kecewa sekali pada kalian semua. Putar kembali memori kepala kalian beberapa tahun yang lalu, akulah orang yang menolong satu-satunya di dalam air.
Aku tidak tega melihat Ipang kehabisan napas di atas air, dan yang terlihat sekarang hanya rambutnya saja. Secara reflek aku menceburkan diri lalu berenang dengan cepat, berusaha meraih tubuh Ipang.
Aku jambak rambut Ipang, kemudian kuangkat tubuhnya agar dapat bernapas. Ipang mulai batuk dan muntah-muntah karena mulut serta hidungnya sudah banyak kemasukan air. Ipang masih berusaha menggapai bola dengan kedua tangannya yang masih mengapung di sampingnya, akan tetapi selalu gagal dan bola semakin menjauh.
Di dasar air aku masih menopang tubuh kawanku dan mulai kehabisan nafas. Kedua kakiku sudah terasa lemas. Ipang terus menerus menenggelamkan kepalaku, ia lakukan mungkin karena begitu panik akan tenggelam di dalam air.
Pada saat itu, mulai tampak bayangan sosok kepala besar di dalam air. Aku berkata dalam hati, aku sudah rela bila akan mati menolong Ipang. Dan terlintas bayangan jika kakiku ditarik siluman air. Aku pasti mati tenggelam dan menjadi tumbal di tempat ini.
Sementara ketika itu, aku tidak dapat melihat keadaan di atas air. Dengan sisa tenagaku di dalam air, aku menggerakkan kaki dan tanganku untuk berusaha berenang ke atas permukaan. Dan ternyata Ipang sudah mendapat bola dan mengapung di atas air. Mungkin sudah ada teman yang menolongnya pikirku saat itu.
Kedua kakiku terasa keram, tubuh serasa lemas semua tidak mampu berenang lagi. Aku mencoba terlentang di atas air dengan mengapungkan tubuh sambil mengumpulkan tenaga, tak lama barulah kakiku mulai ada sedikit tenaga.
Dengan cara berenang terlentang untuk menggerakkan kaki pelan-pelan di atas air. Akhirnya aku sampai juga di pinggiran. Serasa nafasku terasa sudah hampir putus.
"Angkat aku, kakiku sudah lemas!" Aku memberi tahu teman-teman yang berada di atas.
Aku lihat Ipang sedang tersedak-sedak memuntahkan air di dalam perutnya, matanya pun terlihat merah.
"Wah, gawat! Hampir saja aku mati! Aku sudah ikhlas tadi kalau mati tenggelam"
"Siapa yang bantu kamu naik ke atas? Waktu kepala aku kamu tenggelamkan di bawah air?" tanya Salim.
"Mana ada yang bantu kita, Lim? Cuma kamu saja yang menolong aku!"
"Aku pikir ada teman-teman yang menolong!" ucapku kemudian.
"Ha ha ha, enggak ada teman yang menolong kita, Lim, mereka semua takut turun ke air. Baru kali ini aku alami tenggelam. Rasanya hampir mau mati, sumpah aku enggak bisa berenang sama sekali!"
Aku benci sekali mendengar Ipang tertawa begitu senang, bukan langsung bersyukur bisa selamat. Kalau aku ceritakan bayangan kepala besar di bawah air, mungkin ia akan berhenti tertawa.
Sampai hendak jalan pulang, aku tidak menceritakan tentang sosok makhluk berkepala besar di bawah air itu. Sementara saat membuat cerita ini, aku diimpikan sosok tersebut sampai dua kali. Aku berharap semoga ini menjadi mimpi burukku yang terakhir.[]