”Nah, ini dia vila yang akan kita tempati selama bekerja di sini?” Jeono menunjuk villa milik ayahnya.
”Yakin kita bakalan tinggal di sini?” tanya Rokim kepada dua sahabatnya Samin dan Jeono. Kim tidak yakin akan bermalam di vila yang terlihat creepy dari luar, gapura selamat datang di villa ”Cubs” sudah hampir tertutup tanaman rambat sebagian bunganya berguguran, villa itu seperti terbengkalai lama tak ada orang yang manginap. Tapi memang seperti itulah adanya, maka dari itu tiga sekawan bekerja di villa tersebut, supaya ada yang merawat kebun dan ada yang membantu di dalam.
”Kita kan mau kerja di sini Kim, mereka kekurangan orang makanya tempat ini terlihat gak ke turus. Ayo buruan kita masuk banyak kok penghuni villa ini” Jawab Jeono terlihat santai karena memang sering berkunjung saat kecil, dan tidak takut dengan hal yang berbau gaib. Bukan berani sekali, terkadang juga ada rasa takut karena Jeono hanya manusia biasa.
Villa ini terletak di paling ujung pulau dekat dengan pantai, view-nya jangan ditanya lagi, sangat indah. Kebanyakan villa dihuni oleh para turis dari berbagai negara. Saking kotornya villa tersebut terlihat lama tak pernah dijamah oleh siapapun. Hal itu terlihat dari keadaannya yang kotor karena debu, juga banyaknya sarang laba-laba yang menempel di permukaan pintu juga tembok. Tiga sahabat ini pasti akan sangat kewalahan mengerjakan tugas mereka sebagai ”cleaning servis”.
Karena tempatnya yang indah jika dilihat dari atas bangunan villa tetap ramai pengunjung. Hanya saja para pekerja sebelumnya tidak tahan dengan kengerian tempat itu, banyak karyawan keluar masuk.
"Iya, Kim" Jawab Jeono membenarkan.
"Kok, serem banget."
"Yaelah. Lu mau tempat yang bagus ya cari kerja sendiri saja, tempat ini kalau kita rawat bakalan cantik kok. Udah bagus ada yang kasih pekerjaan sama kita. Dari pada lu nganggur di rumah nungging gak jelas, mending di sini lah." Sahut Min sembari memukul lengan sahabatnya yang lumayan pilih-pilih pekerjaan, dan akhirnya selalu menganggur.
"Gimana, Kim? Lu mau nggak kerja sama kita di sini?" tanya Jeono.
"Mau nggak mau ya harus mau lah. Gue kan harus nabung buat lamar ayang," Jawab Kim penuh keterpaksaan, sebenarnya malas sekali bebersih apalagi tempat ini nampak horor walaupun di siang hari.
"Yaudah kalau gitu kita langsung ke pak de, dia yang urus semua villa di sini." Jeono melangkah menuju meja resepsionis dan diikuti kedua sahabatnya.
Sretttt ...
Kim menarik lengan Min.
"Apaan sih! Lu sawan?" tanya Min menanggapi kelakuan Kim.
"Lu serius mau ikut masuk ke dalam?" Bisik Kim.
"Iya lah. Emang kenapa?" Jawab Min dengan berbisik juga.
"Lu nggak takut sial?"
"Pantat lu yang bikin sial!"
"Syalan lu Min!" Umpat Kim, dia sudah merinding disko sejak melihat gapura selamat datang kini kakinya justru melangkah ke dalam bangunan.
”Assalamu'alaikum pak de, kita sudah datang. Apa kabar?” Sapa No setelah bertemu pak De-nya di meja resepsionis dan salim bergantian.
”Wa'alaikumsalam No. Alhamdulillah baik Ayo duduk dulu, pak de jelaskan tugas kalian” Pak de Jeono menyambut baik kedatangan sang keponakan.
Mereka pun berbincang perihal tugas masing-masing, No dan Kim jadi tukang kebun dan Min ada di restoran. No yang biasanya gali lubang sekarang hanya sapu-sapu halaman bersama Kim.
Terdiri dari 12 bangunan, yang pertama bangunan tempat resepsionis di depan, 9 kamar villa, 1 kamar khusus pekerja yang tinggal dan restoran tempat makan para turis untuk sarapan, makan siang dan makan malam.
Ada kolam renang, tempat spa, galeri lukisan, dan lapangan mini untuk berolahraga atau aktivitas lain.
Setelah mendapatkan kunci pintu kamar tempat mereka tinggal No segera membuka pintu di hadapannya dengan kunci yang ia bawa. Seketika bau pengap pun menyeruak dan ketiga cowok itu pun otomatis langsung terbatuk-batuk.
"Parah ini kamar! Sejak kapan nggak pernah ditinggalin!" Rutuk Kim sambil mengibas-ibaskan debu yang bertebaran di depan mukanya.
"Sejak nabi Adam pisah sama Siti Hawa," Jawab No asal mangap.
"Udah ah! Yuk bereskan tempat ini!" Ajak Min. Mereka bertiga pun segera masuk ke dalam. Memperhatikan keadaan sekeliling kamar yang begitu memprihatinkan. Cat tembok banyak yang terkelupas, atap plafon ada yang bolong, dan nampak bercak bekas air hujan dari genting di atasnya. Tak lupa lumut ditepi plafon yang menambah horor kamar tersebut.
"Serius kamar ini ditinggali manusia?" Celetuk Kim ia tak henti mengangkat kedua bahunya merinding.
"Maksud lu?"
"Ini bukan bekas kandang ayam kan?"
"Kadang ayam pantatmu dua!" Umpat No tak tak terima kamar yang menurutnya bagus di bilang kandang. Sedang Min nampak seketika tertawa ngakak mendengar percakapan kedua sahabatnya.
"Bantuin beberes, ngomong boleh tapi badannya juga gerak gak mulut aja yang gerak" Ucap No sambil memasukkan koper besar yang semula ia bawa ke dalam kamar yang mulai malam ini akan ia tinggali. Ia segera mengeluarkan barang-barangnya. Seperti pakaian, buku-buku, dan peralatan-peralatan kesehariannya. Karena sebelum ia minggat dari rumah, ia lumayan membawa barang-barang yang banyak dari rumah mewah milik orang tuanya.
Kom dan Min benar-benar membantu No beberes di kamar ini. Min menyapu lantai dan membersihkan debu, sedang Kim membantu menata barang-barang di tempat yang semestinya karena satu kamar itu bisa diisi 6 orang dengan 3 dipan bertingkat.
Mereka bertiga begitu sibuk dengan kegiatan sendiri-sendiri. Hingga suara pun terdengar sunyi di kamar ini.
Jiwa penakut Kim pun kembali melanda. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri.
"No!" Bisik Kim sambil melihat ke arah Sahabatnya tersebut yang nampak sibuk mengelap meja di hadapannya.
"Lu ngerasa ada yang aneh nggak?" Tanya Kim, karena No bisa melihat yang orang lain tidak bisa lihat.
"Aneh gimana?"
"Suasananya tiba-tiba mencekam."
"Maksudnya?"
"Bulu kudukku tiba-tiba berdiri, No. Gua merinding banget."
"Kok sama!" Jawab No.
"Lu merinding juga?"
"Yups. Tapi kalau gua merinding karena kebelet eeq. Pffftt..." Jawab No sambil menahan tawa.
"Udah ah, gua mau eeq dulu!" No pun segera masuk kamar mandi yang sudah tersedia didalam kamar, ada dua kamar mandi satu wc satu lagi tempat mandi.
"Syalan lu! Pantas saja dari tadi ada bau busuk!" Umpat Kim lantang mengiringi kepergian No.
”Makanya Kim, jangan mikir negatif terus” Tegur Min dengan pikiran jernih saat terbiasa dengan tempat ini. Ia juga berfikir kalau tempat ini dirawat bisa jadi tempat bagus.
Setelah hanya berdua bersama Min, Kim pun meneruskan aktivitasnya. Ia kembali menata barang-barang miliknya, sedang Min sendiri nampak memasang kabel-kabel penghubung ke ponsel yang terletak di samping ranjang persis.
Ketiganya selesai bebenah kamar, perut ketiganya keroncongan. No masih mules di kamar mandi ditinggal, Min dan Kim membuat makan siang untuk dirinya dan semua karyawan. Tak lama No sudah tiba dengan membawa satu keranjang besar penuh buah-buahan.
Entah hari itu sial atau kenapa, 6 karyawan tidak ada yang hadir dengan alasan yang sama yaitu sakit.
No dan Min bekerja cukup gesit kecuali Kim yang mantan pengangguran kerjanya lelet tapi tetap berusaha mengimbangi ke dua sahabatnya.
***
"Ada lukisan di balik lemari?" Lirih No begitu melihat lukisan sebesar 70cm x 50cm yang berhasil ia ambil dari celah lemari saat membersihkan debu. Potrait seorang gadis cantik.
"Apa No, serius banget?" Tanya Kim.
"Aku nemu lukisan di belakang lemari."
Kim pun berjalan ke arah No demi ikut melihat gambar yang di maksud temannya.
"Wuih, cantik banget anjirr!" Celetuk Min ikut nimbrung dibelakang Kim dan No. Gadis berambut panjang, berkulit putih namun terkesan pucat.
"Ada namanya oe, Melati!" Sahut Kim sambil mengusap lembut di atas namanya.
"Sudah lihatnya, kerja..Kerja!" No melipir dari tempatnya setelah memasang lukisan tersebut disamping lemari.
***
Detik jam yang tergantung di dinding terdengar begitu jelas di tengah malam seperti sekarang ini. No yang semula begitu sulit terlelap karena tak biasanya dia tidur di tempat baru semakin terganggu dengan suara tersebut.
Ia nampak menutup kedua telinganya menggunakan bantal. Tetapi suara itu masih tetap bisa ia dengar meski tak sejelas sebelumnya.
No berganti-ganti posisi miring ke samping, terlentang, dan bahkan tengkurap. Tetapi ia tak juga menemukan posisi yang nyaman agar lekas terlelap.
Brakkk ...
Sebuah suara keras terdengar. Di susul semilir angin malam yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan kamar. Rupanya kerena hentakan angin, jendela samping dia tidur terbuka dengan sendirinya.
"Syalan!" Umpat No terkejut langsung menutup jendela tersebut. Lalu ia kembali merebahkan diri. Tetapi baru beberapa detik ia berposisi membelakangi jendela itu, malah kembali terbuka.
"Anj*ng!" No mengumpat sejadi-jadinya. Ia pun melakukan hal yang sama. Menutup jendela lalu kembali merebahkan diri di tempat tidurnya. Tetapi ia menyadari ada yang sedikit berbeda. Selimut miliknya tak berada di tempat yang seharusnya. Bantal juga yang tadi ia gunakan sebelum menutup jendela untuk yang kedua kalinya.
"Tuh bantal kemana coba? Gak mungkin kampret-kampret itu yang ambil" Pandangan No berkeliling. Dengan keadaan gelap maka ia pun kesulitan mencari bantal dan selimutnya. Hingga kemudian ia pun menemukannya. Bantal tersebut tergeletak di di depan pintu.
"Aneh. Kok bisa di situ!" Gumam No meneranginya dengan senter ponsel. Ia segera mengambilnya. Lalu membawanya kembali ke tempat tidurnya berada. Melupakan kejanggalan yang ia alami. Karena dia memang selalu cuek terhadap hal apapun.
No merebahkan tubuhnya. Kali ini ia benar-benar bertekad untuk bisa terlepap di jam yang sudah terlalu larut, dua sahabatnya saja sudah ngorok.
No memejamkan matanya lekat-lekat. Ia berusaha merilekskan diri. Hingga akhirnya kesadarannya pun berlahan-lahan mulai menghilang. Dan akhirnya ia pun berhasil tertidur.
***
"Jeonoo...!" Terdengar suara lirih memanggil nama No. Suara seorang wanita yang seolah berbisik di sampingnya.
Tiba-tiba matanya terbuka mendengar suara sayup-sayup tersebut.
Sadam pun terduduk. Ia masih menatap lekat-lekat sosok yang ada di sampingnya.
"Kamu siapa?" Sadam memberanikan diri untuk bertanya. Itu sosok wanita ia tak menjawab, hanya saja wajahnya pun terangkat berlahan. Wajah yang begitu cantik rupawan rambut panjang, kulit seputih susu, mata hitam pekat nampak tersenyum kepadanya.
No biasanya begitu acuh kepada seorang wanita kini seolah terhipnotis akan kecantikannya. Ia terperangah, wanita itu tengah tersenyum makin menawan.
Dan tiba-tiba saja ...
Cup ...
Wanita itu mengecup bibir No.
***
"Alamak ...!" No terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke sekeliling, wanita itu sudah tidak ada di tempat yang sebelumnya. Apalagi posisinya saat ini sedang tidur terlentang, tak sedang duduk seperti yang baru saja dia lakukan.
"Syalan! Ternyata hanya mimpi!" Umpat No sambil teduduk dengan cepat.
"Tapi, rasanya nyata banget!" No refleks menyentuh bibir yang terasa seperti usai dicium oleh seseorang.
"Bukankah gadis di mimpi gua barusan mirip banget dengan gadis yang ada di lukisan!?"
..BersambunG..