Cerita ini kejadiannya sore hari di tahun 2017. Waktu itu aku sedang di kamar, sambil menunggu adzan magrib berkumandang. Di rumah ada ayah, ibu dan juga adik perempuanku, Desy. Tapi, tidak lama ayah mengetuk pintu kamarku.
"Lim, Salim! Adikmu kerasukan di kamarnya!" teriak ayahku.
"Ah, ada-ada saja mau magrib kesurupan!" kataku menggerutu kesal.
Aku segera pergi ke kamar adikku, dan hanya berdiri di depan pintunya. Di dalam kamar Desi ternyata sudah ada ibuku yang sedang membacakan ayat kursi berulang kali.
Ibuku membaca ayat kursi dengan beruraian air mata. Sedangkan jin yang berada di dalam tubuh adikku itu tidak mau juga pergi juga.
"Brengsek...! Setan kok, dibacakan ayat kursi enggak mau pergi-pergi?"
"Hu... hu... hu!" Desy yang dirasuki jin terus saja menangis teseguk-seguk dan aku lihat ibuku sudah terlihat lelah membacakan doa untuk mengusir jin tersebut.
Tak selang beberapa lama, barulah ibu menyuruhku membantu menyadarkan Desy. Aku sudah amat kesal dengan jin itu, lalu bergegas masuk ke dalam kamar adikku. Tapi, aku masih saja terus menggerutu.
"Orang-orang mau melaksanakan salat magrib, ganggu saja ini mahluk halus!"
Aku pegang kepala adikku, lalu aku mulai membaca doa, "Allaahumma innii a'udzubika minal khubutsi wal khobaaits." Berulang-ulang aku membacanya.
Jin yang berada di dalam tubuh Desy saat itu sedang menangis, kemudian tiba-tiba tertawa terbahak-bahak mendengar doa yang lagi kubacakan.
Saat itu aku menjadi gugup dan gerogi ditertawakan jin tersebut. Sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. Aku pun jadi ikutan ketawa geli.
"Ha... ha... ha! Rasanya aku salah membaca doa? Pantas saja jin itu tertawa. Brengsek benar!"
Dengan mengerutkan dahi dan kuingat-ingat. Ternyata yang kubaca itu doa masuk ke kamar mandi, "Sialan...!" kataku.
Lalu dengan penuh percaya diri aku ajak bicara jin itu, "Kamu ini siapa? Kenapa mengganggu adikku?"
"Aku jin penghuni kuburan di seberang jalan di sana...!" Makhluk itu mengangkat jari telunjuknya.
"Kamu mau apa sebenarnya? Menganggu orang mau melaksanakan shalat magrib saja!"
Jin itu tidak mau menjawab pertanyaanku, hanya terus saja menangis, sambil diikuti gelak tawanya. Kemudian, aku berusaha bertanya kembali.
"Kamu mau apa sebenarnya? Aku tidak punya duit! Tolong pergi! Apa kamu mau kopi? Kopi mau ya please! Beneran aku enggak punya duit!" kataku sewot.
Tiba-tiba jin itu mendadak mengangguk, tanda ia mau diberi kopi. Setelah mendengar ucapan jin itu, ibuku bergegas membuatkan kopi hitam. Lantas memberikan padaku kopi hitam yang masih panas.
"Ini kopinya! Habis minum kopi kamu pergi, ya!" Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku saat itu. Kemudian aku menyodorkan kopi hitam yang masih panas tersebut.
"Cepat pergi ya. Aku enggak punya uang cuma ada kopi." Kataku lagi. Jin itu kembali mengangguk-anggukan kepalanya.
Kemudian diteguknya kopi hitam yang masih sangat panas itu. Kemudian saat itu juga adikku sadarkan diri. Dengan napas yang masih tersengal-sengal adikku bilang, "Kak tadi itu siapa?"
"Kamu kesurupan jin dari kuburan! Memang kamu main ke mana sih, tadi siang?"
"Enggak main ke mana-mana. Seingatku tadi aku mau bersiap-siap salat magrib, terus tiba-tiba ada bayangan hitam. Rambutnya panjang sampai lutut. Sepasang matanya merah tajam lihatin aku. Habis itu aku enggak ingat apa-apa lagi, Kak!"
"Ya sudah. Ini diminum airnya biar kamu agak tenang."
"Sedikit saja Kak minum airnya. Rasanya kok perut aku kenyang banget, ya?"
"Bagaimana enggak kenyang, kamu minum kopi panas-panas satu gelas. Ha ... ha ... ha!"[ ]