Seorang anak laki-laki tengah memperhatikan gerombolan semut, dia sesekali mengambil semut itu lalu membiarkan dia berjalan dj telapak tangannya.
"Aulian, kau sedang apa?" seorang wanita mendekati anak laki-laki bernama Aulian itu dan ikut berjongkok bersamanya, "Wah semut. Kau tahu Aul, semut adalah serangga yang kuat. Walau dia kecil dia bisa mengangkat benda 5 kali lebih besar dari tubuhnya"
Aulian kecil menatap koloni semut itu dengan seksama, "Kalau itu?"
Wanita itu mengikuti arah yang ditunjuk Aulian, "Itu Laba-laba. Dia rela mati demi anak-anaknya menetas. Laba-laba itu diibaratkan sebagai ibu yang rela mengorbankan dirinya demi anaknya"
Aulian menatap laba-laba itu, "Apa ibuku seperti laba-laba?"
Wanita itu tersenyum lalu menepuk pelan kepala Aulian, "Tentu, Ibu Aulian adalah laba-laba yang baik" ujar wanita itu sambil mengulurkan tangannya.
Aulian menatap tubuh bersimbah darah itu dengan tatapan sendu, "Ha~ ini sudah keterlaluan" celetuknya sambil menggosok darah di dekat tubuh itu, "Iblis? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?"
Kring.
Lonceng yang diikat di bagian pinggangnya tiba-tiba berbunyi, "Ada apa sekarang?" gumam Aulian sambil menutup matanya, "Pantai?"
Klak.
Seorang anak laki-laki sedang menyiapkan sebuah senjata api di sebuah ruangan yang lumayan gelap, "Malvory? Sang Wrath? Kenapa aku harus ikut pemburuan ini...Zaba?"
Tak.
Zaba berdiri di bantu tongkat hitamnya, "Kau yang meminta dia untuk mengirimkan bantuan kan?"
Ctak.
Anak laki-laki itu menatap Zaba tajam, "Apa maksudmu?"
"Anu, kau turun karena para bawahan 7 pangeran yang membangkang dirimu. Tapi kau juga meminta dia, untuk mengirimkan seseorang untuk memburu 7 pangeran juga kan"
Anubis mengeluarkan wujud aslinya kepada Zaba, "Lalu kau? Kau turun karena apa?" tanya Anubis dengan suara beratnya.
"Para iblis dengan santai menciptakan pengikut yang menyusahkan, kau tahu!" seru Zaba sambil mengeluarkan aura nerakanya.
Anubis yang merasakan intimidasi yang kuat mengubah wujudnya kembali menjadi manusia, "Jadi siapa yang dia kirim untuk mengembalikan para pangeran?"
"Dia mengirimkan manusia"
"Manusia? Sepertinya bukan..." Anubis memunculkan tongkatnya dan mengubahnya menjadi sebuah payung, "Aku rasa dia adalah hambanya yang setia, tapi karena iblis dia harus di bumi selama bertahun-tahun, makannya dia jadi manusia"
Gaia tengah duduk di sebuah kafe sambil melihat keadaan sekitar. Kipas putih berukuran sedang menemaninya bersama hangatnya sang matahari.
Zringg.
Telinga Gaia tiba-tiba berdengung, "Siapa?" gumamnya yang menutup matanya, "Haa~. Sudah kuduga, Vory tidak akan mati semudah itu" celtuknya sambil menyesap latte yang sudah dia pesan.
Gaia menatap sebuah lambang di kedua pergelangan tangannya, "Aku harus segera membawanya kembali ke neraka. Atau aku tidak akan bisa kembali ke surga"
Kring.
"Surga tetap tidak akan menerima mu, Gaia"
Tiba-tiba sesosok pria tampan duduk di depan meja Gaia dengan senyuman mengejek.
Gaia menatap pria di depannya dengan malas, "Seperti dirimu, dua tempat itu juga males menerima mu" celetuknya yang membuat si pria menatapnya tidak suka.
Pria itu berdecih dan melipat tangannya di depan dadanya, "Kau harusnya senang karena terlahir sebagai manusia dan mendapat kekuatan itu" ucap pria itu yang dihiraukan oleh Gaia.
"Dan terus menjaga bumi? Tidak, terimakasih"
Pria itu tersenyum sinis, "Kau tahu target selanjut ku siapa?" pria itu mencondongkan tubuhnya, "Kau"
Gaia menatap sinis pria itu, "Keinginan ku juga mengembalikan dirimu, Aryan. Oh maksudku, Lucifer sang Pride"
Aryan tertawa senang, "Akan ku tunggu masanya, Gaia sang Patience"