Namaku Aluna Tiara Dharmaraja, aku adalah seorang gadis remaja yang memendam semua rasa apa yang aku rasakan. Kisah awal diriku, dimulai yang mempunyai sebuah keluarga yang sangat harmonis, aku punya ayah, bunda dan Abang yang bernama Mahesa Jenar Dharmaraja, serta mempunyai adik kembar yang bernama Alana Tiara Dharmaraja. Keberlangsungan keluargaku yang begitu harmonis tidak lama ketika sebuah insiden terjadi sekitar 5 tahun yang lalu, yang dimana seluruh anggota keluargaku tiba-tiba membenci aku.
Flashback 5 tahun yang lalu:
Aku dan seluruh keluargaku akan piknik bersama disebuah taman besar dipusat kota, banyak pemandangan yang indah didekat taman tersebut. Taman itu sangat bersih dan juga asri, singkat cerita kami semua sudah membereskan apa yang akan dibawa untuk pergi piknik ke taman nanti. Sampailah kami semua di taman, begitu ramai sekali orang-orang yang piknik ke taman ini.
Kedua orangtuaku langsung menyiapkan barang barang yang akan diletakkan di taman tersebut, aku, Abang, dan Alana ikut membantu ayah, bunda untuk menyusun barang-barang. Kami semua sudah duduk yang beralaskan sebuah karpet sedang yang cukup untuk 5 sampai 6 orang.
Kedua orangtuaku izin untuk ke parkiran buat mengambil barang yang ketinggalan di dalam mobil, sedang kan Bang Mahesa izin pergi ke kamar mandi.
Tersisa hanya aku dan Alana saja yang berada di taman, Alana bermain sebuah bola sedang kan aku duduk sambil melihat permainan Alana. Saat Alana ingin mengambil bola itu, tiba-tiba bola itu menggelinding dengan sangat cepat, aku dan Alana langsung berlari untuk mengejar bola tersebut. Tanpa kami sadari ternyata bola tersebut menggelinding di jalanan besar yang penuh dengan kendaraan, aku dan Alana berhenti di sisi jalan raya.
"Kak, bola Lana ke sana kak, gimana dong?" tanya Alana seraya menunjuk bola yang berada di tengah jalan
"Aduh gimana de? Kaka ga bisa nyebrang, kan kata ayah sama bunda ga boleh" ucapku
"Tapi bola Lana gimana kak?" tanya Alana
"Kalau kaka ga mau biar Lana aja yang ambil!" ucap Alana seraya berjalan ke depan
"Ih jangan! Bahaya!" teriak ku
"Lepasin kak! Lana mau ambil bola Lana!" teriak Alana seraya berlari ke tengah jalan
"Alana!" teriak ku seraya ikut berlari
"Dek, awas ada mobil!" ucap seseorang
Aku pun melihat ke arah lain, dan benar apa yang dikatakan seseorang itu, ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan rata-rata yang berlawanan arah, aku dengan cepat mendorong tubuh Alana sehingga Alana terdorong sedikit jauh dari tempat dia mengambil bola dan aku lari untuk ke sisi jalan.
Namun naas, kaki ku terpleset dan terlindas ban mobil yang melaju dengan kencang tersebut, dan membuat kaki ku berlumuran darah.
"AAAA!" teriak ku seraya menangis
"Astagfirullah dek" ucap seseorang menggendong ku
"O-om... Adik saya t-tolong... Dibawa kerumah sakit dulu.. ya?" ucap ku terbata-bata dan pingsan
"Alana!" ucap Ayah, Bunda dan Abang
"Bang! Panggil Ambulance sekarang!" ucap Ayah seraya menggendong Alana yang pingsan
"Iya ayah!" ucap Mahesa seraya menelpon Ambulance
Singkat cerita aku dan Alana sudah dibawa kerumah sakit terdekat, Alana langsung dibawa keruangan UGD dan aku dibawa keruangan Operasi karena kaki ku lukanya cukup parah.
5 jam setelah di operasi, aku akhirnya sadar dan menemukan ruangan putih dan aroma obat yang kuat, aku mencoba untuk membangkitkan tubuh tapi, tubuhku masih lemah. Tiba-tiba seseorang yang menolong ku tadi membantu gue untuk duduk.
"Anu Om, maaf.. gimana sama keadaan adik saya ya?" tanya ku
"Adik kamu.." ucap seseorang
"Adik saya selamat kan om?" tanya ku sambil berlinang air mata
"Kamu bisa cek keadaan adik kamu, diruangan sebelah dek" ucap seseorang seraya menggendong ku
"Baik Om" ucap ku seraya turun digendong oleh seseorang
"Yah, Bun, Bang? Dede selamatkan? Dede ga luka kan Yah, Bun, Bang?" tanya ku
Aku terkejut, air mataku jatuh ketika melihat Alana sudah ditutupi oleh main putih, aku ga terima kalau Alana pergi. Aku ga mau Alana tinggalin aku, aku memegang tangan Abang Mahesa.
"Bang Hesa, Dede pergi?" tanya ku seraya menangis
"Lihat! Akibat perbuatan kamu Luna!" teriak Ayah
"Coba kalau kamu ga lalai jagain Lana, Lana ga akan kaya gini!" teriak Bunda seraya menangis
"Dasar anak pembawa sial!" teriak Ayah
PLAK!
Ini pertama kalinya ayah menamparku, karena sebuah kesalahpahaman yang membuat mereka membenciku.. aku tau.. aku tau itu salah, tapi bisakah mendengarkan ceritaku sebelum menarik kesimpulan apa yang terjadi? Kenapa ayah tiba-tiba menamparku? Aku akui.. aku yang salah.. seharusnya aku mencegah Alana, walau aku sudah mencegah nya tapi tetap saja tidak akan ada yang percaya apa yang aku katakan sekarang, aku.. lebih memilih diam dan tidak akan mengungkit kejadian yang sebenarnya.
Sejak saat pemakaman Alana tiba, mereka semua membenci ku.
Aku menangis didepan makam Alana, aku tidak rela Alana pergi meninggalkan aku untuk selama-lamanya, dan seseorang yang membawa ku rumah sakit adalah seorang suami yang bernama Argantara Felix dan istrinya bernama Viona Rosalina. Mereka membiayai semua kebutuhan ku selama dirawat, sebenarnya aku takut memberatkan mereka, karena mereka begitu baik kepadaku.
Mereka mengatakan tidak apa-apa malah mereka senang membantu orang, aku menjadi lebih akrab dengan mereka, mereka mempunyai seorang putra yang bernama Juandra Raditya dia lebih tua dariku 1 tahun, dia juga selalu bermain denganku saat di rumah sakit.
Selama di rumah sakit, Ayah, Bunda, dan bang Hesa tidak menjenguk ku, mereka datang ketika aku sudah diperbolehkan untuk pulang. Aku berpamitan dengan Om Arga dan Tante Vio dan juga Juan, mereka memeluk ku seraya mengecup kepalaku.
"Jaga diri kamu ya anak manis" ucap Tante Vio
"Jangan lupa makan dan istirahat yang baik ya anak cantik" ucap Om Arga seraya mengusap rambutku
"Kalau ada apa-apa cerita ya sama kita?" ucap Juan seraya mengelus pipiku
"Iya siap, makasih hehe, maaf ngerepotin kalian semua ya" ucapku seraya tersenyum manis
"Eh sini dulu, sebelum berpisah kita foto dulu yuk? Biar nanti pas gede kita bisa ketemu" ucap Juan
"Iya bener tuh yang dibilang Juan, yuk foto dulu ya anak cantik sama Juan" ucap Tante Vio
"Iya ayo" ucapku seraya tersenyum manis
Cekrek!
"Nih lihat hasil nya, bagus kan?" ucap Om Arga
"Wah bagus banget Om!" teriak ku
"Hehe makasih cantik" ucap Om Arga seraya mengelus kepalaku
"Anu, Luna pamit dulu ya? Dadah om Arga, Tante Vio sama Juan, nanti ketemu lagi ya!" ucap ku
"Hati-hati!" ucap Om Arga, Tante Vio dan Juan
Dari sanalah dimana hari saat aku keluar dari rumah sakit, suasana rumah ku begitu sangat berbeda, rumah yang dulu begitu hangat kini menjadi dingin, tatapan mata yang mengarah kearahku membuatku sesak nafas, Bi Tuti langsung membawaku ke kamar.
5 tahun kemudian, aku bersekolah di SMA GRAHAM, sekolah itu fasilitas nya sangat lengkap ada kolam renang, lapangan ada 4, 2 indoor dan 2 outdoor, disertai banyak nya kelas yang berjajar. Disana aku mengambil jurusan IPS, yang aku baru tau adalah bang Hesa bersekolah disini bersama teman-temannya.
Singkat cerita bel istirahat pun tiba, ketika aku ingin membereskan buku tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak ku, dan aku langsung melihat siapa yang menepuk pundak ku.
"Luna, mau ke kantin bareng ga?" tanya Auryn
"Hayu lah gas nguengg" ucapku
"Oh ya Lun, sekarang kita ada kumpul ya?" ucap Kaerzya
"Iya, diruang seni" ucapku
"Jujur gue males ngumpul Lun, izin yuk?" ajak Kaerzya
"Lu bodoh apa gimana sih? Kan eskul kesenian bakal ikut lomba buat perwakilan sekolah kita" ucap Anna
"Eh tumben sok bijak lu, sodaranya Elsa" ucap Kaerzya
"Yeh, makanya jangan sering izin mulu lu, kan ga tau lu ada informasi begini" ucap Anna
Bel pulang sekolah pun tiba, gue dan Kaerzya pergi ke ruangan seni, dan gue melihat ada bang Hesa dan teman-temannya tanpa gue sadari ternyata Juan juga ada. Akhirnya kita bertemu lagi setelah 5 tahun ga ketemu.
"Ih anjir cakep banget Kak Mahesa" bisik Kaerzya
"Iya in aja" ucapku
"Hai, udah lama ya ga ketemu" ucap Juan
"Anjir? Lu kenal sama kapten basket sekolah ini?" tanya Kaerzya
"Kenal, dia temen gue pas kecil" ucapku
"Iya udah lama, gimana kabar kamu Juan?" ucapku
"Alhamdulillah baik, kamu gimana?" tanya Juan
"Alhamdulillah baik, aku pamit ke ruang seni ya dadah" ucapku seraya meninggalkan Juan dan teman-teman
3 bulan kemudian setelah perlombaan, aku mendapat juara pertama menari tingkat ibukota, aku senang sekali. Aku ingin nunjukin prestasi ku ke ayah sama bunda, tapi lagi dan lagi mereka hanya menghiraukanku. Aku muak dengan semua ini, semakin hari gue terus jadi bahan pelampiasan baik ayah, bunda atau pun bang Hesa, aku yang selalu disiksa sama mereka bertiga. Mereka bertiga belum bisa mengikhlaskan kepergian Lana, jujur saja aku cape..dan lelah.. hidungku terus mimisan setiap mereka selesai menyiksa tubuhku, akibat siksaan dari merekalah aku dilarikan kerumah sakit karena luka yang ada tubuhku begitu parah. Ternyata aku didiagnosis punya penyakit kanker paru-paru stadium 2.
Setiap disekolah aku selalu di bully oleh bang Hesa di depan teman-temannya. Teman-teman nya selalu ngebela dan ngebantuin ku terutama Juan sama Reyhan, mereka adik kakak ternyata dan mereka ditugaskan untuk melindungiku oleh om Arga dan tante Vio.
Juan dan Reyhan begitu baik pada diriku, mereka menjaga ku layaknya seorang adik berbanding terbalik dengan seseorang, ayah dan bunda ku tau bahwa aku lebih dekat dengan keluarga om Arga dan tante Vio, mereka terus mengabaikan ku, pernah terfikir olehku setelah insiden itu, apakah mereka tidak menganggapku ada dikeluarga mereka?
Pagi hari nya, aku pamitan dengan ayah dan bunda untuk pergi kesekolah, lagi dan lagi mereka mengabaikanku. Jujur sakit dianggap ga ada oleh kedua orangtua karena sebuah kesalahpahaman yang belum terpecahkan. Dan untuk masalah penyakit, aku akan tetap merahasiakan ini sampai waktunya tiba.
"Hay cantik, gimana hari ini?" ucap Reyhan
"Alhamdulillah, baik bang Reyhan" ucapku seraya tersenyum manis
"Aduh masih pagi udah bikin diabetes aja" ucap Juan
"Apa sih" ucapku seraya tertawa kecil
"Dah masuk kelas, bel bentar lagi bunyi" ucap Juan
"Makasih loh" ucapku
Saat jam istirahat aku izin ke ketemuan sama bang Hesa di dekat kolam renang, ketika aku sampai ada bang Hesa sendirian di dekat kolam itu, aku pun menghampiri bang Hesa dan menepuk pundak nya.
"Ada apa ya kak?" tanya ku
"Sini lu duduk" ucap Mahesa
"Oke" ucapku seraya duduk
Hening, tidak ada suara sama sekali hanya ada gemericik air.
"Oh ya bentar lagi kan, abang ulang tahun, Abang mau kado apa dari aku?" tanyaku
"Gue mau lu mati!" ucap Mahesa seraya mendorong ku ke kolam
BYURR!
"T-tolong!" ucapku terbata-bata
"Kenapa ga lu aja yang mati ha?!" ucap Mahesa seraya menekan kepalaku
"Dasar anak pembawa sial!" ucap Mahesa seraya meninggalkan ku
"T-tolong.." ucapku terbata-bata dan aku pun mulai pingsan
Aku pun membuka mata dan melihat ada ruangan putih dan bau obat, aku tau tempat ini, ya rumah sakit. Aku berusaha untuk duduk dengan sigap ada dua tangan yang menyangga tanganku.
"Kenapa bisa sampai kesini?" tanyaku
"Kamu pingsan dan penyakit kamu kambuh" ucap Juan seraya menunduk
"Hufh, kambuh lagi ya? Ga apa apa si, toh aku udah cape ini" ucapku
"Ga boleh! Kamu ga boleh nyerah gitu aja!" ucap Juan
"Aku cape Juan.. Aku pengen nyerah, aku ga sekuat itu, ada kalanya aku cape!" ucapku
"Aku pengen diperhatiin sama kalian bertiga apa susah ya?!" ucapku seraya menangis
"ARGHH?!" ucapku seraya memukul kepala
"Hey tenang, jangan sampai kamu lukai diri kamu" ucap Juan seraya memelukku
"AKU CAPE JUAN, LELAH RASANYA, PENGEN NYERAH!" teriak ku
"DADA AKU SESAK, MELIHAT SEMUA NYA, AKU GA PERNAH DI ANGGAP!'
"MEREKA SELALU NYIKSA AKU, SELAIN RAGA, JIWAKU CAPE!"
"Aku pengen dianggap... hanya saja sebuah kesalahpahaman membuat hubungan kita retak" lirih ku
"Ini bukan salah ku.. aku sudah berusaha sebisa mungkin untuk selamatkan Lana.."
"Kenapa mereka ga mau dengerin cerita aku?" ucapku
"Aku pengen ke pantai sama kalian bertiga lagi.. apa ga bisa terulang lagi?" lirih ku
1 bulan kemudian, mereka bertiga malah makin menjadi jadi yang awal nya hanya memakai tangan, sekarang memakai benda seperti melempar barang ke arahku, memukul ku dengan tongkat baseball dan besi dan lain lain. Aku sudah muak dan sudah cape.. Dan tanpa pikir panjang aku memutuskan untuk pergi kepantai dalam kondisi yang penuh dengan luka, aku hanya menatap air laut, suara ombak membuatku tenang, aku ingin ke tengah laut dan membiarkan tubuhku dibawa oleh arus ombak.
Sebelum aku berjalan ke arah air laut aku memberikan beberapa pesan untuk Reyhan dan Juan untuk memberikan informasi tentang kejadian 5 tahun yang lalu, sekaligus ini akan menjadi hadiah untuk Bang Hesa.
Aku melangkah kan kaki ke arah laut, dan memandangi senja, dimana senja ini membuatku kehilangan seseorang yang aku sayang dan aku akan menyusul di tanggal dan diwaktu yang sama. Dan pada akhirnya aku menenggelamkan diri di air laut.
"Berita terbaru, telah ditemukan mayat gadis remaja yang berinisial A.T.D" ucap reporter
"Diduga di tubuh nya memiliki luka memar yang begitu banyak" ucap reporter
"Ayah! Itu Aluna kan?!" ucap Mahesa
"Apa?!" ucap Ayah
"I-itu Aluna?" tanya Bunda seraya menutup mulutnya
"Ga, ga mungkin! Ini ga lucu! ALUNA!" teriak Mahesa
"Ga! pasti Luna bohong!" teriak Bunda
"Tapi itu bener bener Luna bun!" ucap Ayah
"G-ga mungkin.. jangan ambil lagi anak hamba ya Allah.." ucap Bunda seraya menangis
"Luna.. maaf, maaf, maaf Luna.." ucap Mahesa seraya menangis
"Abang bodoh! Harusnya Abang ga minta hadiah yang kaya gitu!" teriak Mahesa
"Maaf in ayah Luna.. ayah udah salah sama kamu nak.." ucap Ayah seraya menangis
"Maaf om, tante, bang, ini ada titipan dari Luna" ucap Juan dengan nada yang bergetar
"Kita berdua pamit om, tante, bang" ucap Reyhan keluar dari rumah
Di dalam surat itu :
Hallo ayah, bunda, bang Hesa, ini Aluna anak/ adik kalian. Maaf ya selama ini Luna selalu buat ayah, bunda sama bang Hesa marah-marah, maaf kalau misal nya Luna sering ngerepotin kalian, maaf kalau Luna sering ada salah sama kalian.
Luna cuman mau bilang maaf dan terimakasih, terimakasih atas momen terindah kalian bersama Luna dan Lana, kami ga akan lupa kok dengan kenangan itu. Luna cuman pengen dianggap boleh ga ayah, bunda, bang Hesa..? Emm kaya nya ga bisa ya? Kalian menyalahkan Luna atas kematian Lana ya? Setelah kalian baca surat ini.
Kalian bisa liat rekaman nya ya? Kalian tau? Luna punya penyakit kanker paru-paru, iya udah lama penyakit ini ada pas saat kecelakaan itu terjadi. Ya pokok nya kalian jaga diri masing masing yaa, Luna sama Lana akan liat dari atas oke? Semua kesalahan yang kalian lakukan, Luna udah maaf in kok.