Aku adalah seorang istri dari dua orang anak.
Tapi juga seorang pejuang nafkah.
Kenapa aku bilang istri apa pembantu karena aku berasa seperti pembantu dirumah sendiri.
Ada pepatah mengatakan jika seorang wanita menikah dengan orang yang tepat dia akan diratukan tapi jika menikah dengan orang yang salah akan menderita. Dan ternyata itu benar adanya.
Kenapa aku bisa bilang begitu karena istri itu kerjanya hampir 24 jam sedangkan suami kerjanya cuma beberapa jam saja.
Disaat istri pagi-pagi sudah bangun berperang di dapur sibuk memasak lanjut beres-beres rumah dan menyiapkan keperluan sekolah anak apalagi jika masih memiliki anak kecil yang mandi, makan, berpakaian masih harus di urusin sedangkan si suami masih tidur pulas.
Sedangkan istri sibuk berperang dengan waktu menyiapkan itu semua karena dia sendiri harus segera berangkat ke kantor.
Jadi kadang jangan heran.. jika ada seorang ibu yang membentak atau memarahi anaknya tidak jelas walaupun sebenarnya anak itu tidak berbuat salah kepada ibunya. Itu semua karena sebenarnya dia sudah lelah dengan hidupnya disaat dia sangat lelah tapi suami tidak pengertian maka anaklah uang akan jadi korban agar si ibu ada tempat melampiaskan emosinya agar bisa tetap waras.
Kenapa aku bilang kerja hampir 24 jam..
Pagi-pagi sudah harus bangun sibuk didapur.. ngurus rumah.. ngurus anak.. berangkay kerja uang kebetulan jarak tempuh ke kantor 30 menit jadi kadang jika berangkat mepet harus bertaruh nyawa dijalan karena ngebut.
Aku seorang pegawai di sebuah bank mikro jadi berangkat pagi pulang malam. Bahkan saat sampai rumah pun tidak bisa istirahat karena disambut dengan dapur yang berantakan dan setumpuk piring kotor bekas makan seharian penuh.
Lelah.. aku lelah.. tapi adakah yang merasakan bahwa aku lelah.. tak ada.. karena walaupun suami dirumah yang memang dia kerjanya cuma sebentar berangkat siang sorenya dah pulang pun tak pernah mau membantu pekerjaan rumah. Cuma sibuk main hp dan ngomel.
Kadang aku meras bersyukur tinggal bersebelahan dengan orang tua ku sendiri.. saudara ku sendiri jadi setidaknya saat aku pulang kerja dan cucian piring kotor bersih itu pasti dibantu ibu ku membersihkannya. Aku sangat bersyukur dan terbantu sekali.
Karena walaupun sepel itu sangat membantuku. Karena walaupun aku lelah pekerjaan ku masih terus berlanjut.. walaupun pulang kerja sampai rumah malam pun tidak biaa istirahat. Jika ibuku tidak membantu maka aku harus berkutat dengan cucian piring kotor..menyiapkan makan malam jika tidak sang raja bisa marah karena lapar seharian main hp.
Belum lagi hampir setiap hari setelah selesai di dapur masih harus jadi tukang pijay suami jika gak nurut akan dimarahi. Belum lagi lanjut setelah anak tidur jadi pelacur. Maaf kata-kata ku kasar karena kita sebagai istri sudah lelah seharian bekerja dari pagi buta sampai malam hari dan ingin tidur istirahat menghilangkan lelah seharian ini masib harus melayani nafsu suami jika tidak dituruti akan marah-marah.
Belum lagi pusingnya kepala ini jadi istri harus muter otak gimana caranya uang dari suami yang pas-pasan.. sangat-sangat pas pasan bahkan kurang harus cukup untuk bayar hutanh dan segala kebutuhan.
Sedih aku sedih.. padahal aku ikut kerja banting tulang cari nafkah berangkat pagi pulang malam tapi masih diperlakukan begini serasa pembantu dirumah sendiri apalagi aku hanya jadi Ibu Rumah Tangga biasa yang cuma bisa pasrah nerima uang dari suami.. mungkin sudah lebih rendah lagi ketimbang pembantu.
Yang lebih sakit lagi kalau udah ditanya " lha uang yang tak kasih kemaren apa sudah habis" jangan boros jadi istri, aku kerja diluar capek"
Rasanya aku pengen ngilang dari bumi sembunyi dari kenyataan pahit ini.
Dikiranya aku pemgangguran apa ya?
Halloooo suami..
Aku juga kerja ges...
Bahkan aku lah yang seharusnya lebih lelang dari dia..
Tapi bahkan setiap aku mengeluh capek pun tidak ditanggapi..
Belum lagi jika uang tak cukup dan suami butuh uang..
Istri dipaksa cari pinjaman sana sini..
Malu.. malulah..
Jika menikah dengan orang yang tepat akan diratukan.
Tapi jika menikah dengan orang yang salah akan di babu kan .
Ya beginilah perumpamaannya
Karena suami jadi raja.. istri budaknya..
Suami itu ibarat Raja..
Apa pun minta dilayani..
Makan diambilkan.. butuh apa pun tinggal teriak minta diambilkan..
Ada yang habis tinggal perintah suruh belikan..
Bahkan istri gak bisa me time buat diri sendiri sedangkan suami hampir tiap malam nongkrong sama temennya pulang tengah malam bahkan sambil minum-minum.
Pulang-pulang bangunin istri minta jatah.
Kalau seperti ini salahkah aku mengeluh?
Giliran istri me time sebentar aja udah di telp in suruh pulang.
Marah dalam hati tapi sebagai istri cuma bisa diam menerima semua ini demi menjaga keutuhan rumah tangga.
Karena jika suami egois dan istri ikitan egois maka anak yang akan jadi korban.
Bahkan aku merasa iri dengan temanku yang menjadi janda..
Serasa hidup dan lelahnya hanya untuk diri sendiri dan anaknya.
Salahkah jika aku iri pada mereka.. ????
Mau ngeluh tak tau mau ngeluh sama siapa.
Mengeluh ke keluarga takut menambah beban pikiran mereka.
Jadi hanya bisa diam dan memangis dalam diam.
Yang paling bikin aku sakit hati jika muncul kata-kata
KAMU JIKA TIDAK MENIKAH SAMA AKU MAKA KU BUKANLAH SIAPA -SIAPA.. KAMU GAK AKAN JADI APA APA JIKA BUKAN KARENA AKU..
Deg... sakit sakit banget seolah-olah hidupku ini sangat bahagia karena menikah dengannya
Apalagi ngomong seperti itu dihadapan orang banyak..
Marah .. marah aku dalam hati cuma bisa pulang dan menangia dalam diam tak bersuara..
Segitu hinakan aku.. padahal aku kerja kantoran .. apa yanh kita miliki sekarang juga hasil jerih payahku..
Tapi tak pernah dianggap..
Kadang aku sempat berfikir..
Bisakah waktu diputar kembali..
Karena aku ingin berganti suami...