malam ini, di kerajaan Dinasti Qing. terdapat beberapa pasukan kelompok pembunuh bayaran, di depan gerbang halaman taman rumahku saat itu, aku melihat diantara pembunuh itu ada salah satu pembunuh cowo yang wajahnya begitu tak asing bagiku, walaupun dia dan mereka semua memakai penutup kepala, aku pun langsung memanggil bala bantuan para pelayan ku sudah mulai keluar rumah dan langsung bertarung bersama mereka " ini nasib ku atau takdir ku ", ujarku sebelum tubuh ku ditusuk pedang oleh pembunuh itu saat sebelum ditusuk aku pun, langsung menarik penutup wajahnya, kaget bukan main ternyata dia seorang jendral sekaligus sahabat masa kecil ku,"kenapa". ujarku aku pun langsung tersungkur kaku di atas tanah rumahku.
"kenapa", ujarku lagi, eh dimana aku berada saat ini aku seperti masuk ke Dunia dimensi lain saat itu aku melihat tunangan ku sedang bersama kakakku, mereka berduaan lalu melakukan hubungan suami-istri, "kenapa, apa ini sudah menjadi nasibku". ujarku lalu meneteskan air mata, tak kusangka lelaki baik yang dulunya setia kepada ku, sekarang malah mengkhianati ku.
setelah melihat kejadian itu, sesaat kemudian aku ditarik oleh sesuatu di belakangku, setelah itu aku pun langsung terbangun dari mimpi,"eh kok aku ada disini", ujarku dengan ekspresi wajah linlung.
saat melihat wajahku dikaca, ternyata aku kembali ke masa lalu masa 4 tahun yang lalu, saat sebelum kerajaan ku di ambil alih oleh kaisar sekaligus ayah dari tunangan ku itu " Zhang jie" nama seorang lelaki tunaganku dan nama kakak perempuanku iyalah " Qin Hao Xiang ",dan namaku " Qin Xiang Xiang ".
masih tak percaya aku pun langsung memanggil pelayang setia ku dulu " Rong Lien ", aku sering memanggilnya Lien " Lien tolong ambilkan air sebaskom ",ujarku padanya , " eh nona ini untuk apa ", ujarnya, lalu kusambut dengan senyuman manis.
"apa ini hari minggu yah"? ujarku dalam hati, "eh tunggu dulu kalo ini hari minggu berarti besok senin dong hari kedewasaanku"!, ujarku dalam hati.
setelah melakukan hari kedewasaan ku, akupun langsung berpamitan dan kembali ke kamar dengan ekspresi wajah murung, lalu seketika kak Hao datang menemuiku, "Hey Xiang ingat kamu jangan macam-macam awas aja kalo jie kesayangan ku direbut olehmu", ujarnya dan langsung meninggalkan ku, " emangnya siapa juga yang mau ambil jie " ujarku dengan nada sedikit besar, hmmm, ngomong-ngomong kakakku itu orangnya kasar dan naif juga egois jadi maklumi aja kalo dia nggak sopan.
keesokan harinya "mumpung masih pagi aku jalan-jalan dulu deh", ujarku lalu keluar kamar aku pun mengelilingi taman bunga persik dan teratai di samping halaman rumahku, tak sengaja aku berpapasan dengan tunangan ku "jie", "hmmm, pagi ujarku dengan nada suara yang pelan", "kok kayak lesu gitu kan masih pagi", ujarnya dengan ekspresi wajah bingung.
3 tahun pun berlalu, di tahun ini adalah tahun, yang penuh dengan peperangan darah dimana, semua orang mati karna kaisar sialan itu, saa itu pasukan kaisar Lin, pun langsung memperangi tentara kami, aku dan ibuku hanya bisa berdoa agar ayah bisa mengalahkan kaisar Lin itu.
ternyata itu tidak seperti yang kami berdua bayangkan, sesuai dugaan ku ayah pun kalah dan kaisar bererta paraa pasukan nya pun tertawa gembira, saat kami akan bersembunyi tak sengata ketawan oleh salah satu pasukan itu, "Hey kalian dua orang ini akan kabur cepat tangkap" ujar kaisar sialan itu, ternyata tenaga kami tak sebanding dengan tenaga mereka yang terlalu banyak.
saat itu kai pun tertangkap dan langsung dibawah ke ruang bawah tanah, disana kami pun terperangkap selama 1 tahun, aku yang ajaib untungnya bisa selamat sedangkan ibuku sudah mati menjadi tengkorak, air mata dan isak tangis pun tak bisa kutahan lagi, saat melihat orang yang kusayangi mati dihadapanku.
"kak kau dimana?", ujarku seketika aku langsung pingsan karna kelelahan, saat terbangun aku sudah di atas ranjang yang empuk, seketika ada jie yang langsung memelukku "wahai tunangan ku apa kabar mu akhir-akhir ini" ujar nya yang langsung seketika membuat aku emosi
"jue kenapa kau sangat tega terhadap kedua orang tua ku apa salah mereka dan dimana kakakku"!, ujarku dengan nada kesal, " hupp tenang aja kakakmu sekarang lagi ada di kerajaan ini dia akan menjadi pembantuku, sedangkan kau akan menjadi tunanganku". ujarnya lagi.
"aku akan jadi tunanganmu, huh jangan harap"!, ujarku lagi, " kau berani- raninya kau sudah beruntung kau akan jadi kekasih ku dari pada kau menjadi budak ayahku"!, ujarnya dan langsung keluar dan menutup pintu kamarku dengan keras.
aku pun sangat terkejut akan hal itu "budak", ujar ku dengan ekspresi ketakutan bukan main.
6 bulan pun berlalu setelah aku menyetujui akan pertunangan ini, seluruh Dinasti pun langsung gempar akan hal ini, untungnya aku memiliki wajah cantik bak putri bulan, tapi bagaimana keadaan kakaku?.
setelah sah menjadi calon suami istri, jie pun langsung memberikan harta yang berlimpah, "selain memiliki wajah nan tampan, ternyata irang ini cukup baik juga", ujarku di dalam hati.
tapi tak kusangka dia memiliki sifat, yang sama dengan kakakku jie ternyata memiliki banyak simpanan, aku yang mengetahui akan hal itu, langsung ingin membatalkan pertunangan ini, " jie kita batalkan saja pertunanga ini", ujarku dengan nada sangat tinggi.
tak kusangka dia lalu menarikku ke ruang bawah Tanah, itu "jie kau mau apa disini?", ujarku dengan nada orang ketakutan, jie pun langsung melepas semua pakaian ku dan langsung menyetubuhi ku, aku pun tersentka dan mendorong jie terbentur ke dinding, jie pun sangat marah lalu ia pun menarikku dan mengikata kedua tangan dan kakiku dengan rantai, aku pun tak sempat meronta-ronta,setelah itu jie langsung memukul bandan ku Dengan tali rantai yang sangat manas, aku pun hanya bisa berteriak histeris aebelum aku mati dan langsung di bakar abuku oleh jie dan di buang kelaut.
tak kusangka jadi jie sudah selama ini merencanakan hal ini, ternyata jie sudah lam menyukai kak Hao kok dia tega sih, kenapa kaisar sialan itu tidak melarang jie untuk membunuhku dan menikahi kakakku, tak kan kubiarkan mereka hidup bahagia, entah mungkin saja Tuhan mengabulkan permintaan ku dan langsung, menenggelamkan seluruh kerajaan itu.
"TAMAT"