Langit malam ini sangat indah. Begitu berbeda dari langit malam sebelumnya. Yang mana, kali ini sang dewi menunjukkan kecantikannya yang lebih terang dari kemarin. Terasa lebih merah menyala.
Ya, tepat malam ini adalah malam purnama merah. Malam sakral seluruh makhluk immortal di seluruh penjuru bumi. Malam penentuan bagi salah satu pangeran terkutuk, Elvano Rodrigo. Malam yang menegangkan bagi semua orang.
Dibantu sang dewi, Elvan beserta beberapa pasukannya sedang bersembunyi di salah satu sudut bangunan kastil tua di tengah hutan. Semuanya nampak serius mendengar instruksi dari Elvan.
"Lucas, ingat! Selalu berada di belakang Bryan. Kemampuannya bisa menyamarkan aroma darahmu yang bisa memancing mereka. Mengerti?!!" ucap Elvan tegas pada Bryan.
'Heh. Menyamarkan apaan? Pada saat aku melarikan Emely, tak ada satupun dari mereka yang menyadari keberadaanku. Aku bisa jaga diriku sendiri tanpa bantuan vampire itu,' umpat Lucas dalam hati.
Tanpa Lucas sadari, Elvan mampu mendengar isi hatinya. Dia pun menggeram dan menatap Lucas dengan mata merah menyala dan tatapan tajam.
"Jangan membantah, jika kau mau selamat. Aku tidak akan tanggung jawab kalau sampai darahmu habis oleh mereka. Paham?!!!"
Lucas hanya mengangguk mengerti, meskipun sedikit jengkel.
Seluruh pasukan pun mulai dikerahkan untuk memancing pasukan musuh keluar semua dari kastil. Pertarungan pun berlangsung sengit. Semuanya mengerahkan seluruh kemampuannya agar bisa memenangkan pertarungan ini.
Hingga, tak butuh waktu lama. Pasukan musuh dapat ditekan mundur hingga ke dalam kastil. Namun tiba-tiba....
DUUAAARRRR.........
Sebuah ledakan langsung meluluhlantakan seluruh pasukan Elvan yang tersisa. Semuanya langsung terlempar ke berbagai tempat. Lucas terhempas ke sebuah tiang hingga terluka cukup parah. Meskipun begitu, dia beruntung karena masih tidak terdeteksi oleh vampire lain.
Sementara Elvan dan Bryan masih berdiri kokoh seakan tak tersentuh. Hingga tak lama, villain character yang ditunggu pun keluar juga dari sarangnya. Dia menyambut para tamu dengan seringai dan gigi tajamnya.
"Hallo, sepupuku. Selamat datang di kastilku," sambutnya dengan lengan lebar terbuka.