Aku lupa kapan tepatnya. Satu hal yang pasti, itu sudah sangat lama. Langit mendung hari itu. Gerimis mulai turun sejak pagi saat matahari belum bangun. Gerimis hari itu lestari hingga digantikan hujan lebat kala menjelang tengah hari.
Hari itu adalah kala pertama aku melihatnya. Dia berlarian di bawah guyuran air hujan bersama tiga anak manusia lain. Berlarian sambil tertawa dan kadang menjatuhkan diri ke tanah berlumpur entah untuk apa. Dan pastinya, sambil tertawa.
Sejak saat itu, dia selalu datang. Kadang bersama temanya, kadang sendiri. Kadang bermain kejar-kejaran kadang hanya duduk di bawah rimbun daunku. Namun tiba-tiba dia menghilang entah ke mana. Tidak lagi datang.
Tidak tahu mengapa. Apa mungkin dia terlanjur jenuh mencabuti paku dan melepaskan iklan dari tubuh batangku?. Atau mungkin sudah ada tempat berteduh lain yang lebih rindang dariku?. Atau mungkin ada alasan lain yang tidak terpikir oleh otak kayuku ini?.
Aku kehilangannya. Bukan kehilangan orang yang mencabuti paku atau melepaskan iklan dari tubuhku tetapi kehilangan sesuatu yang bisa kulindungi, meeskipun hanya melindungi dari terik matahari. Aku kehilangan sesuatu yang dapat membuatku merasa berguna. Memiliki guna yang bukan sekadar tempat pajangan poster dan spanduk-spanduk.
Juga kehilangan orang yang peduli bahkan pada ciptaan tuhan lain yang jelas berbeda dengannya. Memang masih ada yang peduli. Masih ada yang mau menghilangkan paku dan iklan dari tubuh batangku tapi tidak ada yang benar-benar dari hati. Benar, mereka mencabuti paku yang menancap di tubuh batangku. tapi itu hanya demi eksistensi organisasinya, demi julukan "organisasi peduli akan lingkungan" yang dibalut dengan "demi lingkungan".
"Manusia tidak berotak". Begitu katanya saat mencabuti paku atau melepas iklan dari tubuhku. Walaupun aku tidak tahu apa arti "manusia tidak berotak" secara pasti. Namun dari nada dan mimiknya, aku yakin artinya bukan sesuatu yang baik.
Hari terus berlalu tanpa kedatagannya. Pekan menumpuk bulan kemudian tahun lalu windu hingga dasawarsa. Hingga hari ini, dia masih belum datang. Sementara poster yang menempel di tubuhku telah datang silih berganti. Dan sekarang poster yang dipakukan beberapa hari yang lalu, sedang diganti dengan yang baru. Dan pastiya, paku baru juga sedang ditancapkan ke tubuh batangku.
Banyak macam poster yang pernah dipakukan ke tubuh batangku. Mulai dari poster wajah anak manusia, hingga poster rumah mewah. Namun, poster kali ini sukses mengejutkan klorofilku. Pada poster itu terdapat wajahnya. Walaupun kini tampak sedikit berbeda dari saat itu, tapi aku yakin itu wajahnya. Senyumnya walaupun tampak palsu, masih seperti dulu. Juga pahatan dagu dan mancung hidungnya masih sama. hanya saja, sekarang dia tampak lebih tua.
Seketika, kembali terbayang dalam benak kayuku, bagaimana dia mencemooh setiap poster yang dipakukan ke tubuh batangku dengan “ manusia tidak berotak”. Bagaimana dia mencabut paku yang bertebaran di tubuh batangku. Namun sekarang wajahnya ada di poster “manusia tidak berotak”. Aku kecewa. Namun bukan kecewa karena dia juga memakukan wajahnya di tubuhku, tapi kecewa karena dia ikut menjadi "manusia tidak berotak".