—
Ini hari Minggu, pagi-pagi sekali dia sudah bertamu ke rumahku. Dengan cengirannya yang khas dan konyol itu, dia mengajakku joging bersama seperti biasa. Bisa dibilang ini adalah kegiatan rutin kami setiap hari Minggu. Walau, jujur saja sebenarnya aku malas bangun pagi. Kalau bukan karena dia, mungkin kegiatanku di hari Minggu hanya diisi dengan bermalas-malasan saja di dalam kamar sampai aku merasa bosan dan suntuk.
Oh ya, biasanya rute yang kami lalui ketika joging tidak jauh-jauh dari komplek perumahan tempat kami tinggal. Meski demikian, entah kenapa dia selalu terlihat bersemangat. Seperti pagi ini, sepanjang jalan dia terus-terusan memamerkan senyuman manis—kuakui senyumannya sangat manis, terkadang menggemaskan, dan terkadang sangat tampan—serta tak berhenti mengoceh di sampingku. Aku mendengarkan semua, menimpalinya sedikit lalu tertawa melihat tingkah tak terduganya. Dia juga sempat menunjukkan beberapa hasil jepretan dari kamera kesayangannya kepadaku.
Sepulang joging kebetulan Mama menyuruhku untuk belanja bulanan di supermarket. Sebagai anak yang baik dan penurut aku akan melaksanakan perintah Mama. Tapi, tentu saja sambil ditemani oleh dia. Dia yang menawarkan diri lho tanpa aku minta, bahkan dia yang paling heboh setibanya kami di supermarket. Dia langsung mendorong troli belanja yang masih kosong menuju rak-rak di sana.
Usai berbelanja, tak kenal lelah dia mengajakku ke taman kota dengan berjalan kaki. Ya, memang berjalan kaki. Berhubung jarak dari rumahku ke taman kota tidak terlalu jauh, dia memutuskan untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi. Aku tidak keberatan, toh aku masih belum terlalu lelah untuk saat ini.
Di taman kota dia berkeliling sambil memotret banyak hal, entah gedung tinggi, pepohonan, bahkan aku pun tidak ketinggalan menjadi objek potretnya. Oh, sebentar aku belum bilang kalau dia itu suka sekali dengan fotografi. Kemanapun dia pergi pasti kamera kecil kesayangannya akan selalu dia bawa.
Setelah puas bermain di taman kota, hari sudah mulai sore. Kami menghabiskan waktu berjam-jam tanpa kami sadari. Namun, dia tidak lantas mengajakku pulang, sekali lagi dia tak kenal lelah. Ajakan ke laut menjadi opsi pertama yang dia suarakan sebelum kami benar-benar meninggalkan area taman.
Aku hanya mengiyakan dan mengikutinya. Pemandangan laut kala sore hari pasti sangat indah. Aku tahu dia masih ingin memotret.
Tapi tunggu, ada satu hal konyol yang dia lakukan dan buat aku tak habis pikir. Dia membawaku pulang terlebih dahulu ke rumahnya untuk mengganti pakaian. Dia begitu memikirkan gaya berpakaiannya, mengabaikanku yang hampir seharian ini memakai pakaian yang sama serta make up yang sudah luntur oleh keringat. Tidak apa, aku tidak akan marah apalagi memprotes padanya. Selagi dia bahagia, aku juga bahagia, itu terpenting untukku.
Dia kini mulai memotret dengan kamera kecilnya, teramat fokus sampai aku tak begitu dihiraukan. Kuperhatikan wajah tampannya, terus kupandangi bagai tak ada hari esok. Dua kata untuk mendeskripsikan dirinya, indah dan mengagumkan. Dia indah, seperti langit senja sore ini. Dia mengagumkan, seperti hamparan laut luas di hadapanku. Aku menyukainya, sangat.
Dia menoleh, menghentikan aktivitas kesukaannya dan beralih menatapku. Kufokuskan kedua telingaku tatkala dia membuka suara. "I hope you stay by my side for a very long time." Ungkapnya tiba-tiba tanpa menoleh ke arahku. Aku terkejut sekaligus senang mendengarkan ungkapan romantis itu darinya. Dia jarang sekali bersikap romantis, momen ini sangat berharga bagiku. Dia laki-laki yang manis.
Hari kami masih belum selesai, saat malam tiba dia mengajakku mampir ke restoran klasik yang ada di tengah kota. Kami melanjutkan obrolan ringan sambil menunggu pesanan kami datang. Dia memesan banyak sekali menu omong-omong. Aku tidak tahu siapa yang akan menghabiskannya nanti. Ketika beberapa pelayan datang membawa pesanan kami, dia terlihat tidak sabar. Dia memakan sesuap daging dan kepalanya bergerak ringan. Jarinya menunjuk-nunjuk makanan yang baru saja dia makan. "Mmmmm! Ini enak banget!"
Aku tidak berhenti tersenyum dan tertawa melihat tingkah manisnya. Apakah laki-laki manis ini betul-betul kekasihku?
Hampir tengah malam, dia memintaku untuk menemaninya latihan menari dan bernyanyi bersama teman-temannya. Dia bilang, dia akan tampil di suatu acara musik bergengsi beberapa hari lagi. Aku tidak bisa menolak, tentu saja. Aku suka, aku sangat suka menghabiskan waktuku selama itu dengan dia. Dia, kekasihku. Dia, laki-laki manis favoritku.
My Boyfriend.