Alya berdiri di tengah hiruk-pikuk studio syuting, diapit oleh lampu-lampu terang yang menyilaukan. Semua orang berlarian sibuk, mengatur peralatan kamera, menyempurnakan tata rias para aktor, dan memastikan bahwa setiap detail dari set sudah sempurna. Di balik senyum profesional yang ia tampilkan, hatinya terasa bergetar, bukan karena gugup berakting, tetapi karena hari ini ia akan bertemu kembali dengan seseorang dari masa lalunya—Ryan.
Ryan. Nama itu membawa kenangan pahit yang tak mudah dilupakan. Lima tahun lalu, mereka berdua hanya aktor pemula, berjuang keras untuk mendapatkan peran di tengah kerasnya dunia hiburan. Saat itu, Alya dan Ryan terjebak dalam romansa singkat, penuh dengan janji manis dan mimpi besar yang mereka harap bisa raih bersama. Namun, saat Ryan mendapatkan kesempatan besar—sebuah peran dalam film blockbuster yang langsung melambungkan namanya—dia meninggalkan Alya tanpa penjelasan.
Sementara Ryan menanjak ke puncak popularitas, Alya tertatih-tatih membangun kariernya sendiri. Dia tidak memiliki koneksi atau dukungan seperti Ryan. Sakit hati dan pengkhianatan Ryan membuatnya lebih kuat, tapi juga menyulut api dendam yang terus berkobar dalam dirinya selama bertahun-tahun.
Kini, setelah bertahun-tahun berjuang, Alya akhirnya berada di tempat yang sama dengan Ryan—di puncak dunia hiburan. Dan kebetulan yang seolah disengaja oleh takdir, mereka dipertemukan kembali dalam sebuah proyek film yang sama. Namun, Alya bukan lagi gadis yang lemah dan tergantung pada cinta seperti dulu. Kali ini, ia memiliki rencana lain. Ia ingin balas dendam.
“Scene berikutnya akan melibatkan Alya dan Ryan. Siapkan semuanya!” suara sutradara memecah kesibukan di sekitar set.
Alya menarik napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. Ia harus bermain dengan hati-hati. Ini bukan sekadar adegan film; ini adalah medan perang, di mana ia harus menunjukkan bahwa dia lebih kuat daripada Ryan, baik di depan kamera maupun di balik layar.
•••
Ryan tiba di lokasi syuting dengan gaya yang selalu memukau. Dengan setelan jas hitam yang rapi dan senyum yang mampu meluluhkan hati banyak orang, Ryan terlihat seperti aktor kelas atas yang ia ciptakan untuk dirinya sendiri. Namun, bagi Alya, semua itu hanya topeng yang menutupi pria yang sebenarnya—seorang pengkhianat, egois, dan manipulatif.
“Alya,” Ryan menyapanya dengan senyum yang seolah-olah tidak ada apa-apa yang pernah terjadi di antara mereka. “Lama tidak bertemu.”
Alya balas tersenyum tipis. “Ya, lama sekali.”
Ryan menatapnya sejenak, seolah mencoba mengingat apakah ada sesuatu yang harus dia ingat. Namun, Alya tahu bahwa Ryan bukan tipe orang yang mengingat orang lain kecuali itu menguntungkan baginya. “Senang melihatmu berkembang,” lanjut Ryan. “Kamu sekarang benar-benar menjadi bintang besar.”
Alya hanya mengangguk. Dia tidak butuh pujian kosong dari Ryan. Yang ia butuhkan hanyalah kesempatan untuk memperlihatkan kepadanya bahwa dia tidak lagi gadis muda yang bisa diperdaya begitu saja.
Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi. Alya telah bekerja sama dengan Adrian, seorang produser muda yang berpengaruh di industri. Adrian memiliki reputasi yang bersih, tetapi tidak banyak yang tahu bahwa dia juga memiliki alasan untuk membenci Ryan. Ryan telah menjatuhkan Adrian dari sebuah proyek besar beberapa tahun lalu, dan sejak saat itu Adrian mencari cara untuk membalas dendam.
Alya dan Adrian bertemu secara tidak sengaja di salah satu acara industri film. Percakapan mereka yang awalnya hanya sekadar berbagi cerita, akhirnya berujung pada kerja sama rahasia untuk menghancurkan Ryan. Mereka merencanakan segala sesuatunya dengan cermat—mengumpulkan bukti atas semua skandal dan manipulasi Ryan selama bertahun-tahun. Mulai dari perilaku buruknya di lokasi syuting, hingga hubungannya dengan produser-producer besar yang didapatkan melalui cara yang tidak etis.
“Alya, kamu yakin ini adalah yang kamu inginkan?” tanya Adrian di suatu malam ketika mereka sedang mendiskusikan langkah terakhir dari rencana mereka. Mereka bertemu secara rahasia di apartemen Adrian, jauh dari sorotan media.
Alya menatap Adrian dengan penuh keyakinan. “Aku sudah terlalu lama menyimpan ini di dalam diriku. Ryan harus membayar untuk apa yang dia lakukan, bukan hanya padaku, tapi juga pada semua orang yang pernah dia hancurkan.”
Adrian terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Baiklah. Besok, kita akan melakukannya.”
•••
Hari itu tiba. Adegan terakhir dari film yang mereka bintangi bersama adalah adegan besar, di mana karakter Alya dan Ryan akan menghadapi konfrontasi emosional di tengah badai. Ini adalah adegan yang sangat penting, tidak hanya bagi film, tetapi juga bagi Alya dan Ryan secara pribadi.
Sementara para kru mempersiapkan set, Alya merasakan kegugupan yang luar biasa. Bukan karena adegan itu sendiri, tetapi karena setelah syuting hari ini, dia dan Adrian akan meluncurkan skandal besar yang akan menghancurkan karier Ryan. Mereka telah menyiapkan semua bukti dan merencanakan wawancara eksklusif di media yang akan mengungkap sisi gelap Ryan yang selama ini tersembunyi di balik citra bintang besar.
Namun, saat adegan dimulai, ada sesuatu yang berbeda. Alya melihat Ryan berakting dengan begitu tulus, menampilkan emosi yang seolah datang dari hatinya. Ketika mereka melakukan konfrontasi di tengah badai tiruan itu, mata Ryan dipenuhi dengan penyesalan dan kesedihan. Alya tahu bahwa itu hanya akting, tapi ada sesuatu yang membuatnya tersentuh.
Setelah adegan selesai, Ryan mendekati Alya, napasnya masih terengah-engah karena intensitas emosi yang baru saja mereka keluarkan di depan kamera. “Aku tahu aku banyak membuat kesalahan di masa lalu, Alya,” ucapnya pelan. “Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar menyesal.”
Alya terdiam. Ia tidak menyangka bahwa Ryan akan mengatakan hal semacam itu. Dalam hatinya, dia tahu bahwa seberapa besar pun penyesalan Ryan, itu tidak akan mengubah apa yang telah terjadi. Namun, apakah dia benar-benar ingin menghancurkan Ryan seperti ini?
Pikirannya berputar-putar. Adrian menunggu di belakang layar, siap dengan rencana mereka. Tapi Alya tiba-tiba merasa ragu. Dia telah menunggu bertahun-tahun untuk momen ini, tapi mengapa sekarang rasanya tidak benar?
•••
Malam itu, Alya bertemu dengan Adrian untuk yang terakhir kalinya sebelum rencana mereka dilaksanakan. Namun, saat Adrian mengeluarkan laptopnya dan menunjukkan semua bukti yang mereka miliki, Alya merasa jantungnya berdegup lebih kencang.
“Apa kamu siap?” tanya Adrian.
Alya terdiam sejenak, lalu akhirnya menggelengkan kepalanya. “Tidak, Adrian. Aku tidak bisa melakukannya.”
Adrian menatapnya dengan bingung. “Kenapa? Ryan pantas mendapatkannya.”
“Ya, mungkin dia memang pantas dihukum atas semua yang dia lakukan. Tapi menghancurkan hidupnya tidak akan membuatku merasa lebih baik. Aku sudah cukup lama hidup dalam bayang-bayang dendam, dan aku tidak ingin itu terus menguasai hidupku.”
Adrian menatapnya dengan penuh pengertian, lalu tersenyum kecil. “Kalau itu keputusanmu, aku akan mendukungnya.”
Alya tahu bahwa dia telah membuat keputusan yang sulit, tapi ini adalah yang terbaik. Ryan mungkin tidak akan pernah tahu betapa dekatnya dia dengan kehancuran, tapi bagi Alya, melepaskan dendam adalah kemenangan yang sesungguhnya. Ia tidak lagi terikat pada masa lalu, dan ia siap untuk melanjutkan hidup—tanpa beban dendam yang selama ini menguasai hatinya.
Di akhir semua itu, Alya menemukan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari balas dendam, tetapi dari kemampuan untuk memaafkan dan melepaskan masa lalu.
***
TAMAT.