Aku menoleh dan menangkap dengan jelas sosok yang menarik perhatianku. Tubuhnya tinggi, dengan kulit sawo matang, dan potongan rambut dengan gaya cepak itu berhasil membuat bibirku tersenyum tipis.
Kualihkan pandanganku ke toko yang berada dibelakang dia duduk. Berjalan perlahan kearah toko dengan pandangan fokus ke arahnya. Aku semakin mampu melihat garis wajahnya yang sempurna dimataku.
Minuman botol sudah ada digenggamanku kini target selanjutnya adalah aku harus mengantongi identitas dia. Aku berlagak celingukan mencari tempat duduk dan menghitung dalam batin 1, 2-
“Silahkan mbak” ucapnya mempersilahkan satu kursi tersisa disebelahnya
Aku mengangguk dengan sok cuek. Dia mengangguk-anggukan kepala sambil memperhatikanku minum.
Masnya mau kemana?” tanyaku sambil menutup botol
“Eee malang mbak.”
“Oh” jawabku sengaja dengan cuek
“Iya, kalau mbaknya mau kemana?”
“Malang”
“Loh sendirian?”
Aku menoleh menatap wajahnya sambil tersenyum, “Tadinya, tapi sekarang udah ada temen.”
“Siapa?” tanyanya dengan penasaran
Ting tung ting
Kepada para pelanggan setia kereta api argo wilis yang akan melakukan perjalanan ke stasiun…
Itu keretaku. Sambil menunggu suara peringatan itu selesai aku membatin sial karena gagal mengetahui tentangnya.
“Duluan” ucapku beranjak dari bangku
Ia menahan koperku “Tunggu, keretaku juga udah sampai”
Aku terdesak penumpang yang berlarian ke jalur kereta. Ia menahan bahuku sambil berkata “Ijin ya” aku pun juga menahan tangannya untuk tetap ada dibahuku
Aku berhenti di gerbong 6 melepas tangannya, sempat kubisikkan “Aadadinda”. Ia tersenyum sambil melambaikan tangan. Aku hendak menaikkan koper di bagasi atas namun tangan kekar tiba-tiba ikut membantuku mengangkatnya.
“Udah, duduk nanti aku lewat sini lagi. Adinda ”
Hatiku rasanya geli, aku senyum mendengar perkataannya. Bagaimana bisa kedua sejoli ini tampak begitu akrab padahal waktu hanya menemukannya dalam hitungan menit. Aku senang akhirnya bisa menariknya untuk dekat denganku meskipun target utamaku mengantongi identitasnya.
Aku duduk dengan nyaman menatap luar jendela, kereta mulai bergerak. Menutup mata berharap semoga keputusanku kali ini untuk pergi ke malang adalah benar dan tidak berujung penyesalan. Aku meraih ponsel dari dalam tas ransel lalu menyalakannya. Banyak sekali notif yang masuk, satu yang menarik perhatian ‘Ichbaldwiiii_ meminta mengikuti anda.
Ichbal. Aku tersenyum tipis namun cukup puas karena mengetahui namanya. Aku terus berkutik dengan instagram mengorek informasi sebanyak mungkin tentangnya. Aku berhasil menemukan identitas dimana ia sekolah mulai dari sd-sma, siapa orang yang sering ia hubunginya melalui ig, siapa orang yang selalu ia komen, hingga aku berhasil menemukan fakta bahwa ia baru saja putus dengan pacarnya. Aku membuang nafas dengan kasar dan memasukan hp kedalam tas. Entah kenapa aku menjadi sebal sendiri dibuatnya. Aku menatap kosong keluar jendela, kursi disebelahku kosong jadi cukup leluasa untuk menoleh kanan atau kiri. Mataku mulai berat, aku tertidur.
ku terbangun dengan terkejut karena kepalaku bersandar pada bahu orang diselahku dengan mata yang masih mengantuk aku mengucapkan maaf dan memalingkah kepala ke arah jendela. Namun sosok disebelahku menarik kepalaku untuk kembali bersandar dibahunya.
Aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang mengenai wajahku. Sedekat itulah posisi kita. Aku memegangi jantungku yang mendadak berdetak kegirangan. Kemudian terdengar suara keroncong dari perutku yang membuatnya terbangun, aku menegakkan tubuhku dan membatin sial memalukan.
ok udah bangun?” tanya nya membenarkan posisi duduk
“Kok bisa duduk disini?” tanyaku balik tanpa menatap wajahnya
“Pertama, kalau bicara lihat lawan bicaranya, kedua, kalau ditanya dijawab dulu jangan malah dijawab pertannyaan balik, paham?”
Aku menatap wajahnya sambil membatin sial dengan dahi yang mengkerut.
Dia malah tersenyum dan mengelus pucuk kepala ku “Aku tuker kursi sama orang yang duduk disini Dinda”
Nafasku seketika tercekat saat dia menambahkan kata Dinda diakhir kalimatnya, eee penyebutannya sangat ramah sekali di telinga, candu pula perlakuannya.
Aku hanya membalasnya dengan deheman dan mengangguk paham.
“Iya, mau makan?”
“Enggak” jawab dengan sedikit menyesal karena cacingku perutku terus menggerutu meminta makan
“Okei, ayok makan” ucapnya sambil menarik tanganku berjalan menuju gerbong makan
Ia memegang bahuku dan berjalan dibelakang bak kereta-keretaan
Satu porsi nasi goreng dan mie diantar ke meja kami. Banyak obrolan yang kami bahas hingga makanan ludas. Ia mentraktirku dengan harapan katanya kelak agar aku bisa mentraktirnya pula.
Kereta melaju dengan cepat hingga akhirnya berhenti lah ditempat tujuan kami, stasiun malang kota baru. Kami berjalan beriringan sampai pintu keluar stasiun. Aku memegang hp sambil sibuk mencari seseorang yang menjemputku begitu pula dengannya. Ia lebih dulu menemukan orang yang menjemputnya, temannya begitu katanya.
Hati-hati” ucapku sambil melambaikan tangan kearahnya
“Aku tungguin sampai yang jemput kamu, berdiri didepanmu”
“Nggak apa kamu balik duluan, kasian temenmu udah nungguin kamu masak nungguin aku juga”
“Nggak masalah, santai aja mbak” jawab temannya sambil menghisap rokok
Aku tersenyum canggung dan terus mencari keberadaan om ku.
Hei manis, lama ya?” suara omku yang mengejutkanku dari samping
“Aaa, kangen” balasku yang langsung memeluknya dan dibalas peluk hangat olehnya
Om ku melepas pelukan dan menunjuk ke dua lelaki yang mengamati gerak-gerik kita “Ini siapa?”
“Om, saya Ibal, ini Rehan” ucapnya berjabat tangan dengan canggung
“Oh ya, makasih ya udah nemeni dia” balas om ku sambil menjabat tangannya
“Sama-sama om, ya sudah kalau gitu kita balik duluan ya om” pamit Ibal
Ia menjabat tanganku sambil membisikan “jangan lupa disave nomernya n see u sweet”
Aku terkejut lalu tersenyum canggung. Jantung berdetak up normal ditambah perutku mulas sekali rasanya. Om ku berjalan lebih dulu sambil menggeret koperku. Lalu aku berjalan menyamai langkahnya dan dia merangkul pundakku.
Yang pake jaket denim boleh juga”
Aku yang melirik no comment. Aku berjalan menuju rumah simbahku yang kebetulan om ku ini sedang dinas dimalang jadi ia bisa menjemputku. Di sepanjang perjalan kita mengobrol random ala anak muda. Notif wa mengalihkan perhatianku dia kembali mengiatkanku untuk mengesave nomernya. Aku hanya menjawab ‘ya’. Kemudian muncul pertanyaan dalam benakku mengiat dia yang baru saja putus dengan pacarnya dan dia bisa begitu akrab denganku orang asing yang baru ia temui beberapa jam yang lalu.
Kenal sama yang pake jaket denim di kereta?” tanya om ku membuyarkan pertanyaan-pertanyaan dibenakku
“Ya gitulah”
“Suka?”
“Enggak, buat hiburan di jalan aja”
“Jangan gampang baper, kamu belum tau latar belakang dia gimana, memulai kisah baru itu mudah tapi melupakan kisahnya yang sulit, keep your heart sweet”
Cerpen Karangan: Broken007