Arif menyusuri lorong panjang museum, lampu-lampu yang redup membentuk bayangan lembut di dinding. Ia baru saja menemukan pintu menuju gudang yang telah lama ditutup, ruang yang menyimpan koleksi seni terlupakan. Gudang ini, dengan tumpukan lukisan dan patung yang tertutup debu, terasa seperti dunia yang terabaikan.
Di salah satu sudut ruangan, matanya tertumbuk pada sebuah kanvas besar yang tertutup selimut debu. Dengan hati-hati, Arif mengangkat selimut tersebut dan membersihkan permukaan kanvas dengan lembut. Lukisan itu menampilkan wajah seorang wanita muda dengan tatapan melankolis. Warna-warna gelap melingkupi latar belakang, membuat wanita itu terlihat semakin menyedihkan.
Namun, yang paling menarik perhatian Arif adalah air mata yang tampaknya mengalir dari mata wanita tersebut. Tidak peduli seberapa banyak Arif menyeka permukaan kanvas, air mata itu tetap ada, tampak menetes perlahan seolah hidup.
Malam pertama setelah penemuannya, Arif terbangun oleh suara lembut yang menembus kesunyian. Suara itu, seperti isak tangis, datang dari arah gudang. Dengan cepat, ia bangkit dan melangkah menuju ruangan tersebut. Kegelapan menyambutnya, dan ia merasakan hawa dingin yang tidak biasa. Arif menyalakan lampu dan melihat lukisan itu. Air mata di wajah wanita dalam lukisan tampak menetes lebih deras daripada sebelumnya.
Keesokan harinya, Arif memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh. Ia membuka arsip lama museum dan menemukan beberapa dokumen yang mungkin menjelaskan asal-usul lukisan itu. Salah satu dokumen menyebutkan nama pelukis, Ignatius Rinaldi, seorang seniman terkenal di akhir abad ke-19. Lukisan ini diduga merupakan salah satu karya terakhirnya sebelum kematiannya yang tragis.
Selama beberapa hari ke depan, Arif menghabiskan waktunya untuk menggali lebih dalam tentang Ignatius dan karyanya. Ia menemukan bahwa Rinaldi dikenal karena kemampuannya menggambarkan emosi yang mendalam, tetapi juga karena kebiasaan misteriusnya. Beberapa laporan mengatakan bahwa lukisan-lukisannya seringkali tampak seperti menyimpan rahasia gelap, dan bahwa beberapa karya terakhirnya malah menampilkan kemalangan yang tidak biasa.
Satu dokumen khusus menarik perhatian Arif: sebuah catatan dari seorang jurnalis yang mengklaim bahwa lukisan-lukisan Rinaldi dapat "merasa" dan "menangis" seiring dengan kesedihan atau penderitaan yang dihadapi pelukisnya. Arif tidak tahu apa yang harus dipercayai, tetapi ia merasa ada hubungan antara kisah ini dan fenomena yang ia saksikan.
Pada malam berikutnya, ketika Arif berbaring di tempat tidurnya, suara isak tangis itu kembali terdengar, lebih keras daripada sebelumnya. Ia tidak bisa tidur. Dengan penuh tekad, Arif memutuskan untuk kembali ke gudang dan menghadapi misteri ini langsung.
Dengan lampu senter di tangan, Arif menuju ke gudang, suasana semakin mencekam. Lukisan itu berdiri di sana, tetap sama, namun air mata di wajah wanita itu tampak lebih nyata dan menetes lebih deras. Arif merasa seolah ada sesuatu yang bergerak di balik lukisan, sesuatu yang hidup.
Saat ia meneliti lebih lanjut, ia mulai merasakan kehadiran yang tidak bisa dijelaskan, seolah sesuatu atau seseorang memantaunya dari kegelapan. Suasana semakin tegang dan misterius, dan Arif tahu bahwa ia harus menemukan jawaban sebelum semuanya menjadi terlalu berbahaya.