Setelah berbulan-bulan berpetualang di daerah terpencil, Esti akhirnya kembali ke ibu kota provinsi mengemban tugas sebagai Aparatur Sipil Negera (ASN) salah satu instansi Kementerian.
Kembalinya ke ibu kota membuatnya kembali bertemu dengan pria itu, Carlos. Lelaki berperawakan tegap yang beberapa waktu lalu sempat mewawancarainya, saat Esti bertugas sebagai relawan penjaga laut.
Berawal dari pertemuan tersebut, Carlos meminta nomor pribadinya dan saling bertukar pesan lewat whatsapp.
"Aku share ya link beritanya," ujar Carlos, kala itu.
Pria yang berprofesi wartawan salah satu media nasional itu, membagikan berita yang ditulisnya tentang kegiatan membersihkan pantai yang digelar secara massal di daerah itu.
Setelah hari itu, mereka tidak pernah bertemu hingga dirinya kembali ke kota.
Hari pertama berdinas di kota, bertepatan dengan hari ulang tahun instansinya.
Lelaki itu, Carlos berdiri di antara awak media melempar senyum canggung padanya, yang berada di barisan depan upacara peringatan hari ulang tahun tersebut.
"Halo apa kabar?," sapa Carlos sambil menyodorkan tangannya usai upacara.
"Baik," ujar Esti sambil tersenyum keduanya saling berjabat tangan.
Carlos juga memperkenalkan Esti pada awak media lain, sambil bercerita pertemuan pertama mereka.
Setelah hari itu Carlos semakin aktif menghubunginya. Beberapa kali mereka bertemu dan terlibat diskusi panjang tentang isu-isu terkini.
Esti selalu terkesima dengan pria itu. Wajahnya biasa saja, tidak setampan Agung rekan kerja yang pernah menjalin hubungan dengannya.
Tetapi pemikiran Carlos caranya memperlakukan wanita, pengalaman dan pengetahuannya membuat Esti seolah mendapat angin segar. Sudah lama dirinya tidak mengobrol sesuatu secara mendalam.
Setelah tiga bulan saling berkomunikasi dan bertemu. Esti melihat gelakat yang tidak biasa.
Lelaki itu secara halus bercerita tentang kondisi keluarganya. Dari situlah Esti akhirnya tahu pria itu merupakan anak ke-3 dari 6 bersaudara. Sambil bekerja Carlos juga membiayai kedua adiknya.
Carlos juga bercerita tentang awal mula dirinya menjadi wartawan, padahal kuliahnya tidak berhubungan dengan kegiatan jurnalistik dan semacamnya.
"Kamu punya pacar," tanya Carlos malam itu saat mereka duduk di Cafe yang ada di tepi pantai.
Esti terdiam sejenak, sembari memandang wajah Carlos yang tampak serius.
Esti menggeleng sambil menunggu kalimat selanjutnya dari Carlos.
"Kalau saya serius menjalin hubungan dengan kamu, bagaimana?," tanya Carlos.
Meskipun Esti kesulitan memahami kata-kata itu namun otaknya berpikir cepat bahwa laki-laki itu sedang mengajaknya menjalin hubungan.