Di pagi hari yang cerah Luna, Arina, dan kedua orang tuanya sedang berada di bandara untuk pergi berlibur keluar negri. Luna dan Arina adalah adik kakak, Luna adalah kakaknya yang berusia 6 tahun, dan Arina adiknya yang berusia 4 tahun.
Luna dan Arina sudah tidak sabar untuk pergi keluar negri, mereka berdua terlihat senang dan juga bersemamgat.
Namun, saat Luna, Arina, dan kedua orang tuanya telah berada di pesawat Luna merasa ada perasaan tidak enak di dirinya, tetapi Luna tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu.
"Kak Luna, ayo kita bernyanyi bersama!" (Ucap Arina dengan bersemangat.)
"Boleh, tapi kita jangan membuat suara yang terlalu keras saat bernyanyi, suara kita harus pelan, agar tidak menganggu penumpang lain." (Ucap Luna.)
Namun tiba - tiba saja hujan turun, terjadi badai petir dan angin kencang.
Arina langsung memeluk bonekanya yang ia bawa dari rumah, itu adalah boneka beruang putih kesayangan Arina.
Arina menangis sambil memeluk bonekanya, namun tidak terdengar suara tangisan.
Luna yang menyadari bahwa adiknya sedang menangis dan ketakutan ia langsung memeluk adiknya itu.
"Jangan khawatir, kakak ada disini." (Ucap Luna.)
Tiba - tiba saja terjadi goncangan yang cukup kuat di pesawat, semua penumpang panik dan khawatir dengan kejadian itu.
Lalu terdengar suara pramugari di pesawat.
"Kami mengingatkan seluruh penumpang untuk mengencangkan seatbelt dan meletakan sandaran kursi dengan tegak dan lurus. Mohon mengatur kursi anda dalam posisi vertikal karena kami akan segera lepas landas." (Ucap seororang pramugari)
Setelah semua memakai seatbelt pesawat jatuh ke dalam laut.
"Kita belum sempat bernyanyi." (Ucap Arina.)
Itulah kata - kata terakhir Arina sebelum ia tenggelam.
Luna pikir ia akan tenggelam sebentar lagi, tetapi saat ia sudah tenggelam di laut ada seorang pria yang menyelamatkan Luna, dan pria itu mengantarkan Luna ke tepi laut, jarak pergi ke tepi laut terbilang lumayan jauh tetapi pria itu tak khawatir dengan masalah itu.
Lalu sampailah Luna dan pria itu di tepi laut.
Luna masih tidak sangka kalau ia akan selamat.
"Terimakasih ya paman, paman sudah menyelamatkan saya." (Ucap Luna.)
"Sama - sama, oh ya namamu siapa?" (Tanya pria itu.)
"Namaku Luna, aku baru saja kehilangan keluargaku." (Jawab Luna.)
"Yaudah kalau begitu kamu ikut paman ya." (Ucap pria itu.)
Lalu pria itu mengajak Luna ke rumahnya menaiki taksi.
Sesampainya di rumah pria itu ternyata ada istri dan juga anaknya disana.
Pria itu meminta kepada istrinya untuk Luna tinggal bersama mereka, pria itupun menjelaskan alasannya.
"Luna, kamu tinggal disini aja ya, nanti kamu main sama Cia." (Ucap istri pria itu.)
Lalu Luna pun diajak masuk ke dalam rumah.
"Perkenalkan tante bernama Zania."
"Dan paman bernama Leo."
Lalu datang seorang anak kecil yang berumur 6 tahun, ia bernama Cia.
"Halo, namamu siapa?" (Tanya Cia.)
"Namaku Luna." (Jawab Luna.)
"Oh hai Luna, salam kenal ya!"
"Baiklah kalau begitu Luna, Tante antar kamu ke kamar ya." (Ucap Zania.)
Kamar Luna ternyata bersama Cia, kasur di kamar Cia bertingkat 2, dulu Cia memiliki seorang adik namun adiknya telah meninggal jadi ia tidur sendiri, namun untuk kali ini ia tidak tidur sendirian lagi.
"Pakaianmu basah Luna, lebih baik kamu memakai bajuku dulu saja." (Ucap Cia.)
Lalu Luna pun segera mengganti pakaian.
Setelah itu Cia dan Luna pergi makan.
Skip.
Saat malam hari Luna melihat arwah Arina.
"Kak Luna, ayo bernyanyi bersama." (Ucap Luna.)
"Aaaa!" (Teriak Luna.)
"Luna, kamu kenapa?" (Tanya Cia khawatir.)
Ternyata tadi Luna hanya bermimpi, tetapi ia merasa ada arwah adiknya di belakangnya.