Menjadi istri kedua tidak pernah ada dalam pikiran seorang Serena. Sekalipun ia berada dalam keluarga yang sederhana dia sama sekali tidak berniat mengganggu pernikahan orang lain. Tapi takdir justru berkata lain.
Serena merasa dunia terlalu kejam pada dirinya. Serena bukan orang yang mudah mengeluh. Dia juga bukan orang yang mempunyai banyak keinginan ini dan itu. Serena hanya berharap keluarganya selalu berada dalam kebahagiaan dan ketenangan. Tapi itu terasa sangat sulit. Dan semuanya dikarenakan keuangan.
Di usianya yang sudah menginjak 25 tahun Serena akhirnya berhasil menikah. Tapi itu bukan pernikahan yang terdapat cinta di dalamnya. Pernikahan ini hadir sebagai balasan karena keluarga Serena tidak dapat membayar hutang hutang mereka pada keluarga Atmajaya.
Ketika nyonya Atmajaya datang menawarkan pernikahan satu Minggu lalu dengan imbalan hutang mereka langsung terlunasi, yang bahkan walaupun Serena bekerja selama lima tahun ke depan masih belum tentu akan lunas, sangking banyaknya hutang keluarga Serena pada keluarga Atmajaya. Tentu saja Serena tidak akan langsung menyia-nyiakannya.
Dia sudah dewasa. Serena sudah mampu mengambil keputusan tentang apa yang akan di lakukannya. Serena tau orang tuanya tidak pernah setuju dengan keputusan ini. Tapi Serena tidak mungkin akan terus membiarkan mereka kesulitan disaat ada jalan keluar termudah yang bisa dilakukannya. Serena juga tidak bisa membiarkan kehidupan adiknya terombang ambing hanya karena tidak ada biaya.
Sejak lulus SMA Serena sudah langsung bekerja. Ayah dan ibunya juga bekerja. Tapi itu semua bahkan belum cukup untuk membuat kehidupan mereka membaik. Serena mempunyai adik kembar yang saat ini berada di kelas dua belas. Dan kali ini Serena pastikan mereka akan mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak sepertinya.
Karena itu Serena bisa dengan lantang mengatakan jika dia menerima lamaran tersebut setelah mempertimbangkan semuanya. Terserah ketika orang lain berkata dia matre dan memanfaatkan kecantikannya. Serena tidak ingin peduli lagi. Lagian, calon suami Serena nanti adalah pria tampan yang hanya lebih tua empat tahun darinya.
"Saya setuju menjadi istri kedua Argan, Tante. Tapi, boleh gak kalau saya mengajukan satu syarat lagi selain hutang kami yang terlunasi?" Kata Serena dengan berani.
Morena tersenyum pada Serena. Cukup tertarik dengan keberanian wanita muda itu dalam mengutarakan keinginannya. Padahal yang selama ini Morena tau, Serena tidak pernah memberikan suaranya. Dia selalu berada dibalik orang tuanya dan tampak diam.
"Kamu bebas meminta apapun asalkan kamu bisa memberikan keluarga kami pewaris," kata Morena. "Saya tau kamu adalah wanita yang cerdas, Serena. Kamu juga cantik. Tidak peduli soal latar belakang kamu, tapi kamu pantas menjadi ibu dari cucu kami kelak," kata Morena
Serena berjanji. "Aku pastikan itu, tante. Dan permintaan ku hanya agar kedua adikku bisa berkuliah. Aku tidak peduli kalau aku sama sekali gak dikasih uang nafkah nantinya. Tapi aku berharap kedua adikku bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Dan kedua orangtuaku bebas dari hutang," kata Serena
Morena tersenyum. "Itu mudah. Dan untuk nafkah? Itu sepenuhnya hak kamu dari suami kamu Serena. Tante gak akan ikut campur," kata Morena
Dan ya, hasil keputusan itu kini membawanya pada acara pernikahan yang digelar sederhana dan hanya dihadiri para keluarga di rumah Serena. Tadi pagi Serena dan Argan, suaminya telah menyelesaikan akad. Dan kini mereka seharusnya masih menikmati acara. Tapi keberadaan Argan justru menghilang bersama istri pertamanya.
Serena tidak peduli. Dia hanya perlu berperan dengan baik saat ini.
"Sekarang kita akan kembali ke rumah saya, Serena. Argan dan Alura sudah kembali lebih dulu. Tapi nanti Argan akan menyusul untuk bertemu kamu," kata Morena, wanita yang sekarang telah menjadi ibu mertuanya. Serena menatap jam, telah menunjukkan pukul lima sore. Kini ia harus meninggalkan rumahnya.
"Iya, tante." Kata Serena
Morena tersenyum. "Kamu bisa panggil saya, Mami. Sekarang kamu sudah jadi bagian keluarga kami," kata Morena
Tubuh Serena sedikit tersentak. "Iya, Mi," ujarnya pada akhirnya
******
Pukul sembilan malam. Serena akhirnya terbangun usai tertidur hampir tiga jam lamanya. Dia bahkan belum sempat makan malam karena kelelahan dan langsung berisitirahat dikamar Argan. Dan sekarang Serena merasa kelaparan. Dia menatap ke sekeliling kamar tersebut. Tidak ada tanda-tanda kehadiran suaminya disana.
Serena mendengus pelan. Bukankah seharusnya pria itu bisa lebih menghargainya? Mereka bahkan belum sempat saling mengucapkan apapun selain Serena yang mendengar suaranya yang lantang saat mengucapkan akad. Setelah itu mereka mungkin hanya bersama hampir satu jam dan sama sekali tidak berinteraksi hingga pria itu tiba-tiba menghilang hingga sekarang.
Padahal jika dipikir-pikir mereka saling mendapatkan keuntungan. Serena mendapatkan keuntungan dengan keluarganya yang tidak terbebani karena masalah uang. Dan Argan akan mendapatkan anak sebagai penerusnya.
Serena sedikit mengetahui jika pernikahan Argan dan istri pertamanya telah berjalan tiga tahun. Istri pertama Argan tersebut pernah kecelakaan saat ia mengandung delapan bulan hingga menyebabkan keguguran dan rahimnya diangkat. Dan ya dia akhirnya tidak bisa hamil lagi hingga keluarga argan memutuskan agar Argan menikah lagi.
Serena berjalan turun dari ranjang. Baru saja dia hendak membuka pintu, pintu tersebut lebih dulu terbuka dan menampilkan Argan yang sudah terlihat segar. Sepertinya pria itu belum lama mandi karena rambutnya pun masih terlihat basah.
Serena canggung tapi berusaha terlihat santai.
"Selamat malam, Mas," sapa Serena yang hanya dibalas deheman oleh Argan.
Pria itu berjalan melewatinya begitu saja. Dan Serena pun tidak ada niat untuk mengikuti karena tujuannya adalah dapur. Sebelum benar-benar menutup pintu, Serena sempat menatap Argan. Ingin menawarkan kopi atau apapun sebagai basa basi. Tapi melihat pria itu hanya fokus duduk di sofa sambil menatap ponselnya tanpa melirik Serena sedikitpun hingga Serena memutuskan keluar dari kamar begitu saja.
Tiba di dapur ia langsung disambut dengan kegelapan. Serena segera menyalakan lampu dan berjalan menuju kulkas. Sekalipun ini pertama kalinya ia tinggal dirumah tersebut, Serena berusaha membuat dirinya sendiri nyaman. Seperti yang dikatakan Morena tadi, jika sekarang Serena adalah bagian dari mereka. Jadi ia tidak perlu canggung lagi untuk menelusuri rumah tersebut.
Serena mengambil sebotol air dingin dan menuangkannya ke gelas. Ia mengamati dapur luas tersebut dengan pandangan kagum. Dapur tersebut bahkan setara dengan dua kamar dan satu ruang tengah rumahnya.
Serena menatap sekelilingnya. Mencari sesuatu yang bisa dia makan atau bahan yang bisa dia masak hingga tak menyadari kehadiran Argan disana.
"Kamu lapar?" Tanya pria itu membuat Serena menoleh ke arahnya.
Serena mengangguk pelan. "Aku belum sempat makan."
"Mau makan apa?" Tanya Argan. "Biar aku pesankan," ujarnya
Ditanya seperti itu Serena seketika terdiam. Dirumahnya dulu ketika ia lapar, Serena tidak pernah berpikir untuk langsung membeli sesuatu. Serena hanya akan mencari bahan bahan yang ada di dapur dan membuat makanan seadanya. Kalaupun tidak ada makanan, Serena hanya akan minum air yang banyak dan memutuskan kembali tidur. Ketika gajian, dia pun selalu membelikan sesuatu untuk kedua adik perempuannya dan tidak pernah memikirkan untuk dirinya sendiri.
"Gak perlu, Mas. Aku bisa masak sendiri kok. Apa aku boleh pakai bahan yang ada di dapur?" Tanya Serena
Argan menatap wanita tersebut. Lalu berujar. "Kamu bisa pakai apapun yang kamu butuhkan, kalau ada yang kurang kamu bisa kabari bi Rati. Dia yang mengurus rumah ini." kata Argan
Serena mengangguk. "Kamu sudah makan?" Tanyanya
"Ya. Kamu bisa masak untuk dirimu sendiri," ujarnya dan berjalan menuju ruang tengah yang masih terhubung dengan dapur.
Hanya butuh sepuluh menit. Serena akhirnya bisa membuat nasi goreng sesuai keinginannya sendiri. Dia berjalan ke arah meja makan dan duduk sendirian disana. Sambil sesekali ia akan melamun entah memikirkan apa.
"Langsung ke kamar kalau sudah makan. Kita perlu bicara," kata Argan yang membuat Serena langsung tersadar dan mengangguk.
******
"Kamu sudah tau kan apa alasan kita menikah?" Tanya Argan to the poin
Serena mengangguk. "Ya, demi anak. Aku harus melahirkan anak untuk kamu," kata Serena
Argan mengangguk. "Mulai besok kamu akan tinggal di apartemen saya."
"Aku mengerti,"
"Satu lagi, kamu tidak perlu banyak bekerja. Kamu hanya perlu menyiapkan diri untuk melakukan tugasmu dimalam hari," kata Argan
Serena tidak lagi bersuara. Kalimat Argan barusan seolah menamparnya. Menunjukkan posisi Serena yang sebenarnya. Bahwa walaupun mereka suami istri, Serena tidak lebih dari alat untuk membuat anak. Tidak ada hubungan istime diantara mereka.
"Apa aku perlu izin kamu sebelum melakukan apapun?" Tanya Serena
"Itu lebih baik," kata Argan. "Saya ingin kita terlihat seperti pasangan normal pada umumnya." Ujar Argan. Pria itu kini berjalan ke arah Serena dengan tatapan intens.
"Kita bisa melakukannya malam ini. Kamu sudah siapkan?" Tanyanya
Serena merasakan nafasnya tercekat. Jantungnya bergemuruh hebat. Tapi dengan berusaha tenang Serena mengangguk. "Aku siap," ujarnya membuat Argan menarik senyum miring.
Pria itu mendekatkan wajah pada Serena yang seketika langsung menahan nafas. Bibir keduanya hampir bertemu sebelum dering ponsel Argan yang berbunyi menginterupsi mereka.
"Kamu tunggu sebentar. Saya harus mengangkat telepon," kata Argan dan langsung beranjak .
Sedangkan Serena masih dalam posisinya. Duduk di pinggir ranjang berhadapan dengan sofa yang tadi diduduki Argan. Dia sedang berusaha mengatur nafasnya yang entah kenapa jadi terengah.
Lalu saat melihat Argan yang berjalan ke arahnya setelah meletakkan ponsel di atas meja rias. Serena tau tidak ada yang bisa mengganggu mereka malam itu.
*****
Satu Minggu telah berlalu sejak kejadian malam pengantin mereka. Setelah hari itu Serena tidak menemukan Argan di manapun. Mendengar kabarnya pun tidak. Seperti yang Argan katakan sebelumnya, Serena harus mengabarinya sebelum kemanapun. Dan baru disadari Serena, jika dia pun tidak memiliki nomor pria itu.
Dalam satu Minggu ini, Serena sempat mampir beberapa kali ke rumah ibu mertuanya karena wanita itu memaksanya untuk datang. Dia terlihat sangat antusias dengan kehadiran Serena. Dia bertingkah seolah baru memiliki menantu. Padahalkan Argan sudah memiliki istri sebelumnya. Apa mereka tidak akrab? Ibu mertuanya pun tidak pernah sama sekali menyinggung soal istri pertama Argan.
Entahlah Serena pun jadi bingung sendiri.
Saat ini Serena tengah berada di rumah orang tuanya. Malam ini dia berniat menginap. Dia juga sudah menyampaikan agar sopir mereka memberi tahukan hal tersebut pada Argan. Dan sekarang sudah pukul delapan malam. Sedari tadi ibu dan ayahnya tak henti menatap Serena. Seolah berusaha menebak bagaimana perasaan gadis itu.
"Bapak, ibu, berhentilah menatapku seperti itu. Aku baik baik saja menjadi istri kedua mas Argan. Mas Argan dan keluarganya memperlakukan aku dengan baik. Ya meskipun aku sama sekali belum pernah bertemu istri pertama mas Argan, tapi aku baik baik saja."
"Kamu tidak bohong kan, nak? Bapak sama ibuk khawatir hidup kamu akan tertekan,"
Serena tersenyum. "Bapak sama ibu gak perlu khawatirin apapun. Sekarang keluarga kita akan baik-baik saja,"
"Terimakasih ya nak, bapak merasa bersalah karena membuat kamu ada di posisi ini. Bapak gak bisa menjaga kamu,"
Serena hanya tersenyum. "Serena seneng keluarga kita akhirnya bisa merasa tenang. Sekarang kita cuma perlu bahagia ya pak, bu," ujar Serena
Tiba-tiba saja suara mobil terdengar berhenti didepan rumah mereka. Lalu disusul suara dua adik perempuannya yang terdengar sangat antusias yang diikuti keberadaan Argan dibelakang mereka.
"Kak Serena!" Keduanya langsung menyerbu Serena dengan pelukan. Sedangkan Serena masih kebingungan dengan kehadiran suaminya itu.
Pria itu langsung menyalami kedua tangan orang tua Serena. "Selamat malam pak, bu," sapa Argan dengan sopan
"Malam nak argan," balas bapak dan ibu.
Tatapan ibu beralih pada anak kembar nya. "Raya, Reva, kenapa kalian bisa pulang sama kakak ipar kalian?" Tanya ibu
"Saya bertemu mereka di pinggir jalan, bu. Mereka lagi menunggu taksi. Kebetulan saya lewat dan juga ingin bertemu Serena kesini," kata Argan menjawab
"Kamu akan menginap disini kan, nak?" Tanya bapak
Serena ikut menatap suaminya. Argan pun sempat menatapnya sejenak. "Iya, pak. Malam ini saya akan menemani Serena menginap disini," ujar pria itu
"Ya, sudah. Kalian berdua istirahat dulu. Nak Argan juga pasti capek. Kamu ajak suamimu ke kamar Serena," kata ibu
Serena hanya mengangguk. "Ayo, mas," ajaknya
******
"Kenapa kamu gak langsung kabarin saya kalo mau menginap dirumah orang tuamu?" Tanya Argan
"Aku gak punya nomor kamu," balas Serena
Ah, ya. Argan akhirnya sadar juga kenapa selama ini Serena tidak pernah menghubunginya sekalipun Argan sudah meminta untuk dihubungi. Seharusnya kan wanita itu bisa menghubunginya untuk pamit sebelum pergi ke rumah orang tua Argan ataupun rumah orang tua serena sendiri.
Keduanya telah merebahkan diri masing masing diatas kasur sempit Serena. Serena yang tidak tahan karena tubuh mereka terus bersentuhan, dan takut tidur Argan juga tidak nyenyak akhirnya mendudukkan dirinya.
"Kamu gak mau pulang saja? Atau ke rumah mbak Alura? Aku gak enak kalo sampe tidur kamu gak nyaman nantinya." Kata Serena
Argan menatap istrinya itu dengan datar. "Memangnya kamu gak cemburu kalo suami kamu bersama wanita lain?"
"Bukan wanita lain, tapi istri pertama kamu," kata Serena
Argan mendengus. "Kalau saya bilang kamu satu-satunya istri saya sekarang. Apa kamu akan percaya?"
Karina ikutan mendengus. "Dari awal pun pernikahan kita untuk keuntungan masing-masing. Aku pun tau kalo kamu masih punya istri saat itu. Aku juga gak keberatan jadi istri kedua karena keuntungan menikah dengan kamu memang sebesar itu," kata Serena
Argan tersenyum untuk pertama kalinya dihadapan Serena setelah mereka berdua menikah sekitar satu Minggu. Dan itu membuat Serena tertegun. "Kalau saya bilang, sebenarnya pernikahan ini ada karena saya suka kamu gimana?" Kata Argan yang lagi-lagi membicarakan hal aneh
Serena menatap pria itu. "Kamu gak lagi salah makan kan, Mas? Aku masih ingat gimana satu Minggu lalu kamu membicarakan kesepakatan pernikahan kita,"
"Ya, malam itu juga saya dan Alura telah resmi bercerai." Ungkap Argan. "Saya sengaja mengatakan itu karena ingin menghabiskan malam dengan kamu tanpa harus mendapatkan penolakan," kata Argan membuat Serena tidak bisa berkata kata.
"Saya tau pernikahan kita tidak dimulai dengan cara yang baik. Tapi Serena," Argan menjeda ucapannya.
"Saya sudah menyukai kamu sejak lama. Jauh sebelum Alura menjebak saya untuk menikah dengannya," kata Argan
"Kamu ingat? Kita pertama kali bertemu saat kamu bekerja di sweet bakery punya kakak perempuan saya," kata Argan. Dan Serena tidak pernah mengingatnya. Karena disaat itu yang Serena pikirkan adalah bekerja untuk mendapatkan uang.
Serena benar-benar tidak mengerti perkataan pria tersebut. "Apa maksud kamu sebenernya mas?"
"Saya ingin membangun rumah tangga yang bahagia bersama kamu, Serena. Saya mencintai kamu," kata Argan
Serena mengerjap pelan. Menatap pria itu dengan tatapan kagetnya. "Kamu gak bercanda kan, Mas? Kamu bahkan gak menemui aku setelah hari pernikahan kita itu. Aku gak percaya omongan kamu,"
"Saya ada dinas keluar kota selama satu Minggu ini. Maaf saya tidak mengabari kamu. Dan saya juga baru pulang tadi sore. Tapi saat sampai dirumah, saya justru baru dengar kabar kalau kamu pulang ke rumah orang tuamu," kata Argan membenarkan posisinya ikut duduk bersama Serena. "Saya tidak bercanda, Serena. Saya benar-benar menyukai kamu, lebih tepatnya saya sudah mencintai kamu sejak kita pertama kali bertemu empat tahun lalu,"
"Mas?" Serena menahan nafas saat pria itu bergerak membenarkan rambut Serena yang berantakan. Tangannya mengelus pipi wanita itu. "Serena," panggilnya
"Y-ya mas?" Serena gugup ditatap seperti itu.
"Saya ingin kamu malam ini, Serena," ujar Argan dengan suara seraknya
Serena menahan dada pria itu yang semakin mendekatinya. "T-tapi---,"
"Bukankah kamu punya hutang sama saya? Kamu harus memberikan saya keturunan, Serena," ujar Argan. Kali ini dia menarik Serena ke pangkuannya.
Dan ya malam itu mereka kembali menghabiskan malam bersama.
******
Serena tidak pernah banyak berpikir setelah memutuskan untuk menikah dengan Argan dan menjadi istri keduanya. Dia tidak pernah mengharapkan apapun karena keluarga Argan sudah memberikan apa yang dia mau.
Tapi ternyata hidupnya benar-benar plot twist. Serena pikir hidupnya akan menjadi kacau balau karena merebut suami orang. Tapi ternyata diluar dugaan.
Argan menyukainya? Dan tanpa diketahui Serena, pria itu pun telah bercerai dengan istrinya pada saat pernikahan mereka. Serena adalah satu-satunya istri pria itu sekarang.
Serena tidak dapat menggambarkan perasaannya sekarang. Kejujuran Argan dimalam itu membuat banyak perubahan untuk hubungan mereka yang berawal dari kurangnya komunikasi dan kesalahpahaman.
Sekarang Serena sudah bahagia menikah dengan Argan. Awal yang Serena kira akan menjadi kehancuran hidupnya. Justru menjadi awal bahagianya.
Tidak sulit untuk Serena mencintai Argan. Perlakukan pria itu juga selalu membuat Serena merasa dicintai dan diperhatikan. Serena yang selama ini sering mendahulukan adik adiknya, kini memiliki seseorang yang membuatnya menjadi seperti ratu.
Hari ini adalah anniversary pernikahan mereka yang kedua. Setelah Argan mengungkapkan perasaannya malam itu, hanya kelang satu Minggu setelahnya acara resepsi pernikahan mereka diadakan besar besaran.
Dan kini di perayaan hari pernikahan mereka yang kedua tahun, Serena dan Argan telah menggendong dua orang bayi laki-laki mungil dan sangat lucu.
"Saya mencintai kamu, Serena. Maaf untuk drama yang pernah terjadi diantara kita," ungkap Argan
Serena tersenyum cerah. "Aku juga mencintaimu, Mas. Terimakasih telah menjadikanku sebagai istri dan membuat kehidupanku menjadi lebih baik,", kata Serena
Bagi Serena, satu-satunya keputusan terbaik yang dia ambil dengan segenap keberaniannya adalah ketika memutuskan untuk tidak lagi menjadi diam. Dia berdiri dan dengan berani mengatakan sesuatu untuk membuat perubahan. Dan ternyata keputusan itu membawa mereka pada kehidupan yang lebih baik.
"Aku harap, keluarga kita selalu berada dalam kebahagiaan, Mas. Tidak ada hal paling membahagiakan di dunia ini selain menjadi istri dan ibu dari anak-anak mu.,"
Note!
Jangan takut untuk memulai sesuatu karena kamu hanya perlu melakukannya. Juga tidak perlu banyak berpikir tentang apa yang belum terjadi. Karena apa yang menjadi milikmu, akan tetap berjalan ke arahmu.