"Kau belum menjawab pertanyaanku. Siapa kau? Kenapa kamu mengikatku begini?" brontak Emely yang masih berusaha melepaskan ikatanya. Meskipun pergelangan tangannya terluka.
"Shhuutt....... Jangan terlalu memberontak gitu dong sayang. Nanti tanganmu sakit." Pria itu mengucapkannya dengan seringaian yang masih sangat mengerikan.
"TIDAK USAH BANYAK BICARA KAU!!!" teriak Emely geram. "Sekarang katakan, apa maumu?!!!"
“Jangan galak - galak dong sayang,” seringainya lagi. "Baiklah, akan kuperkenalkan diriku. Aku, Louise. Sepupu jauh dari kekasihmu, Elvano Rodrigo," tekan Louise.
Emely memutarbalikkan kepalanya dan mulai berpikir dengan heran. "Tunggu dulu. Setahuku, Tuan Elvano gak pernah ngomong kalau dia punya saudara deh. Apalagi sepupu jauh," ucap Emely heran.
"Terserah kamu mau percaya atau tidak. Yang terpenting, sekarang.... kamu di sini bersamaku," seringainya lagi.
"Hah.... Terus sekarang, apa maumu?"
“Menjebak kekasihmu, kalau perlu sekalian menghilangkannya dari dunia ini,” ucap Louise santai.
"Udah gila kamu!!!"
BOOOMMMM....... Dentuman yang keras membuat Emely terhenyak dan Louise menoleh dengan cepat. Nampak senyuman tipis di wajah pucatnya.
“Owww.....sepertinya aku kedatangan tamu istimewa,” ucapnya. Lalu dia pun menoleh kembali ke arah Emely. "Tapi sebelum itu....." Louise berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Emely dan kembali tersenyum. "Aku ada hadiah untukmu."
Louise mengeluarkan sebuah benda silinder dengan satu sudut runcing di salah satu sisinya. Dia menampilkan benda medis itu ke Emely.
"Tada......" Louise membuka pengaman jarumnya, lalu menancapkannya pada lengan Emely.
Aaaaa....... Teriakan itu menggema di seluruh ruangan.
Setelah obatnya habis, Louise kembali mencabut jarum itu. Sakit yang sangat sangat membuat Emely meneteskan air matanya. Sementara Louise hanya tersenyum puas melihat korbannya kesakitan.
Sambil menahan rasa sakit Emely bertanya, "Ap....apa yang kau masukkan ke tubuhku?"
"New version of poison. So..... Sampai jumpa lagi....."
"Hey...... Hey...... kau....."
Percuma saja. Mau teriak sekencang apapun, pria itu sudah hilang dari pandangan dan terdengar mengunci kembali tempat itu.
'Akkhhhh....... Sial!!! Mengapa tubuhku mulai memanas seperti terbakar? Akk...... aku butuh sesuatu atau seseorang. Akkhhhh...... Tolong!!!!'
Nadanya terasa lirih, suaranya pun melemah.