Gelap. Gelap pekat yang menelan segalanya. Tak ada cahaya, tak ada suara, hanya keheningan yang mencekam. Hanya dengungan samar di telingaku, seperti suara mesin yang berputar tak berujung.
Aku mencoba membuka mata, tapi tak ada yang terlihat. Aku mencoba bergerak, tapi tak ada yang terjadi. Aku terjebak dalam kegelapan, dalam kehampaan yang tak berujung.
"Di mana aku?" gumamku, suaraku hanya terdengar samar di telingaku sendiri. "Aku di mana?"
Aku mencoba mengingat, mencoba mengingat apa yang terjadi. Kecelakaan mobil. Rasa sakit yang menusuk. Dan kemudian...kegelapan.
Gelap ini. Gelap yang tak berujung.
Aku mencoba bernapas, tapi tak ada udara yang masuk. Dadaku terasa kosong, hampa. Aku teringat kejadiannya, kecelakaan mobil yang merenggut nyawaku. Mobil itu terbalik, dan aku terjepit di balik kemudi. Aku ingat rasa sakit yang menusuk, dan kemudian...kegelapan.
Sekarang, aku terbangun di sini, di kegelapan yang tak berujung. Aku tak bisa melihat, tak bisa mendengar, tak bisa merasakan apa pun. Hanya dengungan samar di telingaku yang menjadi bukti bahwa aku masih ada.
"Aku sudah mati," bisikku, suaraku hanya terdengar di telingaku sendiri. "Aku sudah mati."
Aku mencoba berteriak, "Tolong!" Tapi, tak ada yang mendengar. Aku terjebak dalam kegelapan, dalam keheningan, dalam kehampaan yang tak berujung.
Aku mencoba bergerak, mencoba melepaskan diri dari kegelapan ini. Tapi, tak ada yang terjadi. Aku terjebak, terjebak selamanya.
Aku hanya bisa menunggu, menunggu saat kegelapan ini menelan seluruh kesadaranku. Menunggu saat aku benar-benar lenyap, lenyap dari dunia ini.
Dan dalam kegelapan yang tak berujung ini, aku hanya bisa berharap, berharap bahwa ada sesuatu di luar sana. Sesuatu yang bisa menyelamatkanku dari kehampaan ini.
Tapi, harapan itu semakin pudar, semakin tertelan oleh kegelapan.
Dan aku, terjebak dalam kehampaan yang tak berujung, hanya bisa menunggu akhirnya.
Waktu, jika memang ada, terus berlalu. Aku tak bisa merasakannya, tak bisa mengukur. Hanya dengungan itu yang tetap setia, menemani kegelapan.
Kadang, aku teringat kehidupan yang pernah kumiliki. Wajah ibuku, tawa sahabatku, aroma kopi di pagi hari. Ingatan-ingatan itu berkelebat seperti kilat, menghilang secepat datangnya. Seperti mimpi yang tak bisa kupegang.
Aku mencoba berteriak lagi, mencoba bergerak, mencoba merasakan sesuatu. Tapi, tetap saja, hanya kehampaan.
Entah berapa lama aku telah terjebak di sini. Mungkin beberapa detik, mungkin beberapa abad. Aku tak tahu, dan tak lagi peduli.
Aku hanya merasakan kegelapan, keheningan, dan dengungan itu. Dengungan yang tak berujung.
Aku seperti titik kecil yang terlupakan, terjebak dalam kehampaan yang tak berujung.
Aku tak punya tubuh, tak punya wajah, tak punya nama. Aku hanya sebuah kesadaran, sebuah bayangan yang terlupakan.
Aku bertanya-tanya, apakah ada orang yang mengingatkanku? Apakah ada yang merindukanku? Atau, apakah aku hanya sebuah titik kecil yang lenyap tanpa jejak?
Aku tak tahu jawabannya. Aku tak punya jawaban.
Hanya kegelapan, keheningan, dan dengungan itu.
Dan aku, terjebak di sini, selamanya