Siang itu di SMK Nusa Bakti, bel berbunyi dan seluruh siswa langsung bersorak horaiii dan bersemangat langsung mengemasi buku ke dalam tas masing-masing.
"Vivi, loe langsung pulang gak? " Ucap anya langsung merangkul sahabatnya.
"Iya, tadi kata nyokap gue harus anterin kue pesanan ke pelanggan.. "
"Yah... Sorry ya gue gak bisa nemenin loe, karena gue harus les piano nanti.. " Ujar anya merasa tidak enak.
"Gak papa, emang loe lesnya jam berapa? "
"Sekitar jam tiga sore gitu sih.. "
"Tapi loe tau kan gimana nyokap gue, sedisiplin itu dia.. " Sambung anya lagi..
" Ya udah sih... Loe yang rajin ya les nya.. " Jawab Vivi.
"Itu mah udah pasti.. Kalau gak nyokap gue bisa ngamuk n'tar.. " Ucap anya yang langsung membayangkan wajah nyokapnya kalau lagi marah..
"Udah-udah gak usah dibayangin, kamu kebiasaan deh.. " Ucap Vivi sambil mengusap wajah anya..
Setelah nya mereka berdua berpisah karena sopir anya sudah menjemput. Ya seposesif itu nyokap anya terhadap anya, selain karena khawatir terlebih nyokap anya memiliki trauma.
Vivi dan anya menjalin persahabatan mereka sedari mereka duduk di kelas X. Vivi yang sering di bully karena miskin dan anya yang sering memperhatikan Vivi menjadi prihatin. Jadilah anya menjadi tameng Vivi kalau ada yang bully Vivi.
***
"Udah pulang vi? " Ibu Vivi menyambut anaknya di teras rumah mereka yang tergolong sederhana. Semenjak ayah Vivi meninggal dunia, maka ibunya Vivi mengambil peran ayah Vivi.
"Iya bu.. " Jawab Vivi sambil menyalami ibunya..
"Ya sudah.. Langsung makan gih.. abis itu nanti kamu antar pesanan ke alamat yang di meja ya.. " Ucap Ibu Vivi sambil mengemasi kue-kue yang mau di jual di depan gang. Ya, rumah sederhana Vivi terletak di dalam gang . Yang terletak di wilayah perkantoran di kota itu. Dan lokasi ibu Vivi berjualan merupakan tempat yang strategis. Maka tidak heran kalau hasil jualan ibu Vivi lumayan laris. Dan tentunya mereka berdua sangat bersyukur. Selain karena kebutuhan yang lumayan juga untuk tabungan untuk Vivi kuliah nanti. Ya, Vivi memiliki cita-cita menjadi pebisnis.
****
Vivi menggayuh sepedanya menuju alamat untuk mengantarkan kue pesanan langganan ibunya.
Gedung yang menjulang itu adalah sebuah perusahaan yang sangat terkenal, karena selain gaji yang tinggi juga orang&orang yang bekerja di perusahaan itu termasuk orang-orang dengan kelulusan yang gak perlu dipertanyakan juga harus profesional.
Tok.. Tok..
Tak ada suara yang menyahut. Lalu vivi mengetuk sekali lagi pintu didepannya.
Baru saja Vivi mengangkat tangan untuk mengetuk tiba-tiba pintu terbuka dan..
Seorang pria dengan alis terangkat seakan bertanya 'siapa nih yang kesasar'.
"Maaf.. " Ucap Vivi menormalkan jantungnya yang berdebar tiba-tiba.
Pria itu masih tetap berdiri di tempatnya masih menunggu penjelasan gadi di depannya ada keperluan apa.
" Hmmm.. Gue mau mengantar kue pesanan yang tertera di alamat ini. . " Ucap Vivi sambil mengangkat kantong pelastik di tangannya.
"Taruh di meja.. " Ucap pria itu sambil masuk kembali ke dalam ruangan dan duduk di sofa si ruangan itu.
Vivi dengan gugup masuk ke dalam ruangan yang mewah itu sambil meletakkan kue-kue itu ke atas meja.
Setelah pulang dari tempatnya mengantar kue, Vivi langsung ketempat ibunya berjualan untuk membantu sang ibu.
***
Pukul 17:00 wib, Vivi dan ibunya sampai dirumah dan langsung beberes. Saat selesai makan malam ibunya mengutarakan suatu hal penting kepada Vivi. Dan Vivi pun berpikir keras akan keinginan ibunya. Kira-kira apa yang terjadi sehingga ibunya mengutarakan maksud tersebut. Hah.. Lelah dirasa badan, akhirnya Vivi langsung tertidur..
"Vi.. Kenapa wajah loe di tekuk begitu? " Anya penasaran..
"Gak papa nya, gue lagi gak mood aja.. " Jawab Vivi dengan wajah lesu.
"Gak papa tapi gitu.., btw loe tau gak hari ini kita kedatangan siswa baru dan itu sudah booming di grup lambe sekolah.. " Anya heboh sendiri..
"Au... Ah... Gue gak peduli,.. "
"Ishh.. Gak asik loe... " Anya memukul lengan sahabatnya.
"Dan loe tau gak.. Cogan ini adalah pewaris perusahaan X, pokoknya idaman gue besty... "
"Loe rada-rada deh.. Ya kali tu cowok mau sama loe.. "
"Ih... Nyebelin.. Pokoknya kalau dia masuk ke kelas kita dia akan menjadi target gue.. "
" Ter... Se.... Rah... " Ucap Vivi tak peduli.
Ish... Anya duduk sambil kesal karena niat hati mau heboh, eh... Vivi cuek..
Kemudian ibu guru paling centil itu masuk dengan seorang pria di belakangnya.
"Anak-anak, kita kedatangan murid baru hari ini.. Siapa yang mau kenalan? " Ucap Ibu Rani dengan mengedipkan sebelah matanya centil..
"Huuuuuu.... " Sorak semua siswa..
"Yakin gak mau kenalan... " Ibu Rani semakin menjadi-jadi.
"Ya sudah.. Biar kita kenal dengan ni cogan satu.. Yukk silahkan yuk kenalkan dirimu cogan.. " Ucap Ibu Rani genit.
Semua siswa bersorak lagi, ibu Rani memberi isyarat keep kepada semua siswa.
" Saya Saka Dermawan". Singkat padat jelas.
Semua melongo ber-oh... Termasuk ibu Rani si centil.
" Itu saja? " Tanya ibu Rani..
"Apa lagi? " Jawab Saka singkat dan cuek.
"Amsyongg.... Gue gak rela..? Jawaban spontan ibu Rani membuat semua murid menoleh..
" Ya sudah kamu duduk di samping Anya.. Cuman itu yang kosong.. " Ibu Rani syok banget dong...
****
Hari-hari berlalu... Dan selama itu pula Vivi dan Saka tidak ada komunikasi, padahal Anya berlaku caper tiap hari begitupun dengan murid perempuan lainnya.
"Saka... Seminggu lagi kita ada lomba voli dengan sekolah lain, loe ikut kan.. Ikut lah ya.. Secara loe kan kaptennya.. " Kata Bastian agak alay..
Saka, Bastian, ero, aris dan alan. Mereka adalah satu geng, nama geng mereka ialah geng elit. Ya... Nama geng itu adalah idenya Bastia, si paling alay..
Saka hanya mengangguk, lalu beranjak dan pergi ke kantin.
Di kantin sangat ramai.. Banyak murid yang mengantri.
"Vi, loe kemana hari ini? " Ucap Anya sambil memasukkan bakso ke dalam mulutnya.
"Emmmmm... Gue mau ke toko buku... "
"Hari-hari perasaan loe belajar mulu, enjoy dong sekali-kali.
" Iya nanti kalau udah saatnya" Jawab Vivi anteng.
"Sama aja tiap hari gitu.. " Anya kesal.
"Loe harus buat waktu buat diri loe sekali-kali. Sayangi tuh badan.. " Sambung Anya.
"Gue sayanglah sama badan gue, ya kali gue gak sayang... "
"Tuh loe gak ada waktu main sama gue.. Gue juga mau kali punya waktu berdua sama loe vi.. " Anya cemberut.
" Ya sudah hari ini kita quality time, kita kemana nya.. " Vivi mengusap tangan Anya.
"Serius loe... " Raut wajah Anya jadi ceria.
"Iya.. "
"Ok, nanti gue jemput loe. Loe siap-siap aja ya.. "
Vivi hanya mengangguk.
***
Vivi dan Anya jalan-jalan ke taman mini di kota itu. Ya walaupun terlahir dari keluarga kaya raya, Anya tidak sombong. Sesederhana itu dia, sehingga Vivi merasa nyaman bersama Anya. Dan Anya pun sudah tau Vivi, dia tidak mau mbuat sahabatnya itu merasa berkecil hati ketika sedang bersamanya.
"Nya, kalau suatu saat gue go di samping loe, loe merasa kehilangan gak? " Tanya Vivi.
"Loe bilang apa sih vo, maeh banget tau gak... " Anya cemberut.
" Ya gue kan nanya aja Anya sayang.. "
" Tapi kan pertanyaan loe buat gue merasa sedih tau... "
" Uluh-uluh.... Sesayang itu loe sama gue? "
"Iya lah.emang kenapa loe bertanya seperti itu vi, loe ada masalah atau loe sakit? " Anya khawatir..
Vivi hanya acuh.. Ntah kenapa dia merasa ada yang aneh. Vivi merasa gampang lelah akhir-akhir ini.
Setelah selesai di taman kedua gadis itu pergi ke cafe. Mereka nongkrong berdua, ya seperti kemauan Anya, Vivi benar-benar mengabulkan kemauan Anya.
Saat mereka nongkrong tanpa mereka sadari Saka and the geng ternyata nongkrong di tempat yang sama.
"Eh.. Saka loe udah punya pacar blom? " Tanya Bastian
Yang ditanya hanya cuek.
"Ah.. Elah... Loe nanya sama tembok. Mana mau dia jawab.. " Ucap Alan.
"Serius gue saka. Loe normalkan? " Bastian sepertinya minta di tabok...
"Gak minat.. " Jawab Saka acuh.
"Serius loe? " Kata mereka kompak.
Saka tak menjawab, dia fokus lagi ke HP canggihnya.
"Gue punya tantangan buat loe pada, siapa yang bisa mahluk ini hatinya Vivi gue jajanin untuk kencan deh, tapi bugget 30 jt ya.. " Ucap Bastian.
Saka diam-diam memikirkan tawaran Bastian, ternyata selama ini diam-di Saka sudah suka samaa vici. Karena selain cantik, Vivi juga cerdas. Dan diam-diam selama ini Saka mengikuti Vivi untuk tau kegiatan gadis itu sehari-hari. "Deal... " Ucap Saka tiba-tiba.
Semua temannya melongo mendengar ucapan Saka.
"Udah normal loe? " Kata Aris.
"Emang loe, buaya... " Ucap Saka sambil beranjak dan pergi meninggalkan teman-temannya.
***
Bulan berganti tahun..
Dan selama itu pula Saka serius untuk mendapatkan hati Vivi dengan berbagai cara. Tapi nampaknya Vivi cuek terhadap Saka, sehingga membuat Saka berhenti mengejar Vivi.
Beberapa minggu lagi adalah ujian terakhir. Vivi juga jadi sering tidak masuk sekolah, sehingga membuat Anya beserta Saka and the geng jadi penasaran. Ya setelah usaha Saka mendekati vivi, Anya dan teman-teman Saka jadi berteman baik. Ya walaupun awalnya Anya kecewa karena ternyata Saka suka sama Vivi. Tapi pada akhirnya Anya mengalah. Sepulang sekolah Anya tidak sengaja bertemu Vivi di rumah sakit. Anya hari itu menjenguk sepupunya yang sakit.
"Loe ngapain vi? " Anya jadi khawatir dan sedih.
"Gak papa nya, loe ngapain disini? " Tanya Vivi balik.
"Gue jenguk sepupu gue.. "
"Nyokap loe kemana? "
Apa Vivi tidak bersama nyokapnya?, terus Vivi ngapain di sini? Ada sesuatu yang tidak Anya ketahui tentang sahabatnya.
Keesokan harinya Anya langsung memberitahu perihal Vivi yang berada di rumah sakit pada Saka. Ya, semenjak Vivi tidak menggubris Saka, Saka jadi cuek dan berhenti menguntit Vivi. Saka yang terkejut sepulang sekolah langsung ke tempat Vivi biasa berjualan bersama ibunya. Tapi siang ini hanya ibu Vivi yang berjualan. Kemana Vivi? Gumam Saka. Karena penasaran Saka langsung memutuskan untuk berkunjung langsung ke rumah Vivi.
Tok... Tok.. Tok..
"Ya, sebentar " Seru Vivi lalu membuka pintu. Dan berapa terkejut Vivi karena yang berdiri dihadapannya adalah Saka. Pria yang diam-diam dia sukai. Vivi tergagap..
"Saka nga-ngapain kesini? " Tanya Vivi.
"Gue boleh masuk? " Tanya Saka..
" Ya-ya sudah silahkan masuk.. Tapi maaf tempatnya jauh dari kata layak dibanding rumah loe... " Ucap Vivi.
Saka acuh,lalu masuk dan duduk dibangku kayu milik Vivi.
"Ngapain..? " Tanya Vivi.
"Gue yang mau nanya loe kenapa? " Ucap Saka lembut.
"Gak papa... "
"Gak usah bohong.. dan pura-purankuat, gur tau loe sakit paru-paru akut.. ". Vivi terkejut dengan pernyataan Saka, darimana pria ini tau dia sakit itu.
" Gak usah heran, gue gampang kalau cuman cari tau informasi tentang loe.. " Kata Saka datar.
Vivi diam.
"Apa peduli loe? Loe datang hanya untuk bertanya tentang sakit gue? Terus loe mau kasihan sama gue, gue gak butuh belas kasihan dari loe.. " Ucap Vivi sinis.
"Sinis amat..mckk.. " Saka berdecak.
"Maaf, bukan gue mau kasihan sama loe, gue hanya mau loe tau kalau gue sayang dan cinta sama loe, gue akan selalu ngedukung loe, sampai loe sembuh.. " Ucap Saka lembut.
"Gak perlu, sakit gue gak bisa sembuh, jadi loe gak usah kesini lagi. Gue gak butuh Siap... "
"Termasuk Anya? Ucap Saka memotong ucapan Vivi. Vivi langsung diam membisu, air matanya tak bisa di ajak kompromi lagi. Vivi menangis sejadi-jadinya. Saka lalu memeluk Vivi, menepuk-nepuk punggung Vivi.
" Ssstt... Tenang ya sayang, gue selalu ada buat loe.., asal loe tau Vivi, gue udah sayang sama loe dari lama. Dari kita manjadi satu tim cerdas cepat kemaren, gue juga salut sama loe, loe wanita yang kuat viv.. " Ucap saka menyemangati. Vivi semakin menagis.. Seteleh di rasa tenang Vivi mengatakan kepada Saka bahwa kemungkinan dia sembuh hanya kecil, dan harus melakukan donor. Tapi belum mendapatkan donor yang tepat. Tanpa mereka sadari perbincangan mereka didengar Anya. Anya langsung pergi sambil menangis bersamaan dari itu aris datang menemui Saka yang berada di rumah Vivi.
"Ekhem.. Lagi sedi-sedihan nih..? "
"Apaan sih.. " Jawab Vivi
"Btw tadi Anya dari sini tapi menangis.. " Ucapan aris membuat Vivi dan Saka saling tatap. Mereka hendak bergegas tapi tiba-tiba...
***
"Vi bangun... " Anya menggenggam tangan Vivi. Anya merasa jadi sahabat yang tidak berguna, padahal Vivi selama ini melakukan banyak hal buat Anya. Tiba-tiba dokter datang mengatakan kalau Vivi harus segera dioperasi dan belum menemukan donor yang cocok.
***
Disinilah mereka, berdiri di depan kuburan Anya.
Vivi lalu meletakkan buket bunga mawar di atas gundukan tanah yang masih basah itu. DidAlam tanah itu berbaring seorang gadis bernama Anya.
" Terima kasih anya, buat semua kebaikan loe, loe akan selalu menjadi sahabat terbaik gue" Ucap Vivi yang duduk diatas kursi roda dengan Saka yang berdiri di belakangnya.
'Kehidupan akan ada yang datang dan pergi, kita harus berusaha untuk ikhlas '
Sekian.