Rahina Kinanti atau yang akrab di sapa Kinan itu berjalan terburu-buru menuju gerbang sekolah karena saudara kembarnya sudah menunggu untuk pulang bersama. Sesampainya di gerbang sekolah, ia mencari saudara kembarnya-Rahina Kirani-yang memiliki wajah sangat mirip dengannya dan untungnya gaya rambut keduanya berbeda. Karena kirani memiliki rambut sebahu dan selalu ia ikat satu. Sedangkan, Kinan berambut panjang sepunggung yang selalu ia gerai dengan poni tipis yang meutupi dahinya. Dan, Kirani sudah berada di dalam mobil seorang lelaki yang ia juga mengenalnya.
"KINAN!" teriaknya sambil melambaikan tangan. Kinan tersenyum dan berlari pelan menuju mobil berwarna silver tersebut.
"Maaf ya, aku kelamaan ya?"
Kirani menggeleng cepat, sedangkan lelaki pemilik mobil itu hanya terdiam.
"Nggak kok, udah buruan masuk mobil," suruh Kirani.
"Oke!" Kinan membuka pintu mobil dan duduk di jok belakang. Ia kemudian menatap lelaki berparas tampan itu sambil tersenyum.
"Kak Maharga, tumben udah pulang?" tanya Kinan.
"Iya," jawab Maharga dingin.
"Tapi ini masih jam empat lewat, tumben banget Kak?" Kinan masih penasaran, pasalnya Maharga itu tipikal orang yang gila kerja, dan nggak akan tunda-tunda kerjaan meskipun udah waktunya pulang kerja. Dan, dia biasanya pulang hampir larut malam.
"Oh itu, aku tadi minta Kak Maharga buat anterin ke toko buku. Terus katanya dia bisa anterin. Yaudah deh sekalian nanti kesana terus nungguin kamu buat pulang bareng juga," jelas Kirani. "Iya kan, Kak?"
Maharga tersenyum tipis sambil mengangguk sebagai jawaban.
Kinan terdiam mendengar penjelasan saudara kembarnya tersebut. Ada perasaan cemburu di sana. Kinan ingat, jika ia yang meminta Maharga untuk mengantarnya ke suatu tempat, Maharga pasti akan menolak dan beralasan pekerjaannya tidak bisa ditinggal.
"Oh gitu ... oke."
~ Keesokan Harinya.
Senja masih terlukis begitu menawan di langit sore, memanjakan setiap mata yang menatap cakrawala. Kinan memejamkan mata menikmati angin sore yang menerpa. Berharap, segala duka lara akan ikut tertiup dan menghilang ditelan semesta.
Kinan tahu, kemungkinan tindakannya nanti adalah hal yang akan ia sesali dikemudian hari. Akan tetapi, tahukah kau apa itu cinta?
Tahukah kau, bahwa hati takkan pernah bisa kau bohongi? Dan tahukah kau, melepaskan pun salah satu bentuk dari cinta?
Dan yang akan Kinan lakukan nanti hanya perwujudan rasa lelah karena terus menerus berlari. Ia pikir, inilah jalan yang terbaik.
Maharga menghampiri Kinan yang tengah duduk di ayunan taman komplek perumahannya. "Ngapain di sini?" tanyanya lalu dia duduk di ayunan sebelah kiri Kinan.
Aku menoleh ke samping lalu tersenyum tipis. "Emangnya aku nggak boleh di sini? Terus Kakak ngapain di sini" Kinan balik bertanya.
Maharga terkekeh pelan. "Boleh aja. Ya, aku kebetulan lewat," jawabnya lalu menoleh pada Kinan. Dan, di situ mata kami bertemu untuk waktu yang lama.
Hening.
Cukup lama.
"AKU SUKA KAMU!" ungkap gadis berparas manis itu dengan suara lantang kepada lelaki yang lebih tua 3 tahun darinya itu dengan tiba-tiba. "Aku ... aku suka sama Kak Maharga!"
Lelaki bersurai hitam legam itu menghela napas kasar, ia mengalihkan pandang. "Udah berapa kali aku bilang, aku nggak bisa terima perasaan kamu, aku udah punya orang yang aku suka."
"Si-siapa dia?" tanya Kinan yang jelas-jelas ia sudah tahu jawabannya. Dan, ia masih berani bertanya padahal itu akan lebih melukai dirinya sendiri jika Maharga mengakui itu semua.
Maharga menghela napas cukup panjang, lalu dia berdiri di hadapan Kinan. Kinan lalu mendongak dan kami kembali bersitatap.
"Aku menyukai ... kamu ..." Maharga sedikit terbata. Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan.
Kinan terbelalak. "Aku tahu," batin Kinan.
"Bukan kamu, tapi aku menyukai dia, Rahina ... Kirani. Saudara kembarmu."
Bagai tersambar petir, Kinan merasakan sesak di dadanya, ia sudah tahu jawabannya tapi mengapa rasanya tetap sakit?