Di sebuah taman kecil di ujung kota, Ana dan Rian duduk di bangku yang sama di mana mereka sering menghabiskan waktu bersama saat masih remaja. Bunga-bunga di sekeliling mereka mekar dengan warna cerah, tapi suasana hatinya jauh dari ceria.“Ana, ingat tidak ketika kita dulu sering datang ke sini?” tanya Rian, matanya menatap kosong ke arah bunga.Ana tersenyum samar. “Tentu saja. Itu adalah salah satu tempat favorit kita. Di sini rasanya seperti waktu berhenti.”Rian mengangguk. “Ya, dan di sini juga aku mengajukan pertanyaan yang sama untukmu. Apakah kamu ingat?”Ana menoleh ke Rian dengan tatapan penasaran. “Apa yang kamu maksud?”Rian menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara bergetar. “Aku pernah bertanya padamu dulu, 'Apakah kamu yakin kita akan selalu bersama?' Dan kamu menjawab, 'Selama kita berdua saling mencintai, kita akan selalu bersama.'”Ana mengingat kembali momen itu dan merasakan hatinya bergetar. “Ya, aku ingat. Tapi… kenapa kamu membawanya lagi sekarang?”“Karena aku merasa waktu kita bersama semakin singkat,” jawab Rian dengan suara penuh kesedihan. “Kamu tahu, aku baru saja mendapatkan kabar buruk dari dokter. Aku hanya punya waktu beberapa bulan lagi.”Ana terdiam, mulutnya terasa kering. “Rian, jangan katakan itu. Ada yang bisa kita lakukan, bukan?”Rian menggenggam tangan Ana, tangan yang dulu sering ia pegang penuh cinta. “Aku sudah mencoba segalanya, Ana. Ini bukan tentang harapan atau keinginan. Ini tentang kenyataan yang harus kita hadapi.”Air mata mulai mengalir di pipi Ana. “Tapi kita masih bisa melakukan banyak hal. Kita bisa membuat kenangan baru, menghabiskan waktu bersama. Aku tidak ingin kehilanganmu.”Rian memandang Ana dengan penuh kelembutan. “Aku juga tidak ingin pergi, Ana. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa meskipun waktu kita singkat, aku sangat berterima kasih untuk setiap detik yang kita habiskan bersama.”Mereka berdiam dalam keheningan sejenak, saling berpegangan tangan, merasakan setiap detik yang ada. Kemudian, Ana dengan suara terbata-bata berkata, “Aku akan selalu mencintaimu, Rian. Bahkan setelah kamu pergi.”Rian tersenyum lembut, meneteskan air mata. “Dan aku akan selalu mencintaimu, Ana. Terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku.”Di saat matahari mulai terbenam, Ana dan Rian terus duduk bersama, berpegangan tangan, merasakan waktu yang tersisa dengan penuh kasih sayang. Ketika malam datang, mereka tahu bahwa persimpangan waktu ini adalah akhir dari kisah mereka, namun kenangan indah mereka akan selamanya hidup dalam hati Ana.