Reksa menarik nafas dalam-dalam, udara malam terasa menusuk paru-parunya. Cahaya remang dari lampu jalan menerangi wajahnya yang tegang. Malam ini, takdir telah memanggilnya ke medan perang yang tak pernah ia inginkan. Perang antar geng motor yang sudah lama mengintai, kini pecah.
Sebagai pemimpin geng motor Naga Hitam, Reksa merasa terbebani tanggung jawab yang berat. Ia harus melindungi anak buahnya, sekaligus mempertahankan wilayah kekuasaannya. Lawan mereka adalah Serigala, geng motor saingan yang terkenal kejam dan licik.
"Siap, Bos!" teriak anak buahnya, semangat membara terlihat di mata mereka.
Reksa mengangguk, lalu mengeluarkan sebilah pisau belati dari balik jaketnya. Benda dingin itu terasa menenangkan di tangannya. Dengan langkah pasti, ia memimpin anak buahnya menuju lokasi pertempuran.
Sesampainya di lokasi, suasana sudah memanas. Teriakan, makian, dan suara benda-benda tumpul beradu memenuhi udara. Reksa mengerutkan kening. Jumlah lawan mereka jauh lebih banyak. Namun, ia tidak gentar. Ia yakin, dengan semangat juang yang tinggi, mereka bisa memenangkan pertempuran ini.
"Untuk Naga Hitam!" teriak Reksa, lalu menyerbu barisan depan musuh.
Pertempuran berlangsung sengit. Pukulan demi pukulan melayang, darah mengalir deras. Reksa bertarung dengan sekuat tenaga. Ia berhasil melumpuhkan beberapa anggota Serigala, namun ia juga mendapat beberapa luka.
Tiba-tiba, seorang anggota Serigala menyerangnya dari belakang. Reksa sempat menghindar, namun sayatan pisau mengenai lengannya. Darah segar mengalir deras.
"Reksa!" teriak salah seorang anak buahnya.
Reksa meringis kesakitan, namun ia tidak ingin menyerah. Ia bangkit kembali dan melanjutkan pertarungan.
Setelah berjam-jam bertempur, akhirnya pertempuran pun berakhir. Kedua belah pihak mengalami banyak korban. Naga Hitam berhasil mengusir Serigala dari wilayah mereka.
Reksa duduk di tengah puing-puing bangunan, menatap langit malam yang penuh bintang. Ia merasa lelah, namun hatinya penuh kepuasan. Ia telah berhasil melindungi anak buahnya dan mempertahankan wilayah kekuasaannya.
Namun, di balik kemenangan itu, Reksa merasa ada yang hilang. Ia menyadari bahwa kekerasan bukanlah jalan keluar. Ia ingin mengakhiri permusuhan antar geng motor ini. Ia ingin hidup damai bersama teman-temannya.
Malam itu, Reksa berjanji pada dirinya sendiri. Ia akan berusaha mencari jalan keluar yang damai. Ia akan mencoba membangun hubungan yang baik dengan para pemimpin geng motor lainnya. Ia percaya, suatu saat nanti, mereka bisa hidup berdampingan dengan damai.