Senja mulai tiba, membiaskan cahaya oranye keemasan di atas langit.
Adrien duduk di bangku taman, menunggu seseorang.
Pria itu berusia sekitar 20-an awal, dengan rambut cokelat gelap yang sedikit berantakan dan mata hijau yang tajam namun lembut.
Jaket kulit hitam yang ia kenakan membingkai tubuhnya yang atletis, memberikan kesan kasual namun tetap rapi.
Udara sore terasa sejuk, dan aroma tanah yang sedikit lembap setelah hujan menenangkan pikirannya.
Meski begitu, ada kegelisahan yang sulit ia singkirkan. Matanya terus mencari-cari sosok yang kini memenuhi pikirannya.
Tak lama kemudian, Emma muncul di kejauhan, melangkah pelan menuju bangku di mana Adrien duduk.
Gadis itu memiliki rambut cokelat panjang yang tergerai lembut di punggungnya, dengan sedikit ikal di ujungnya.
Kulitnya cerah, dan pipinya merona ringan, memberi kesan manis dan lembut.
Gaun putih sederhana yang ia kenakan berayun lembut mengikuti gerakan langkahnya, kontras dengan cardigan pastel yang menambah kesan anggun.
Saat matanya bertemu dengan Adrien, senyum kecil merekah di wajahnya.
"Maaf aku terlambat," kata Emma dengan suara lembut saat ia mendekat.
Adrien tersenyum, menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, aku senang kamu datang."
Emma duduk di sampingnya, dan sejenak keduanya terdiam, membiarkan keheningan dan keindahan sore menemani mereka.
Hanya suara gemericik air mancur di dekat mereka dan kicauan burung yang kembali ke sarangnya yang terdengar.
Namun, keheningan ini terasa penuh, seperti ada banyak hal yang ingin mereka katakan tapi terhalang oleh perasaan yang belum terungkap.
Adrien akhirnya membuka suara, memecah kebisuan yang mulai terasa menekan. "Gimana harimu?"
"Baik," jawab Emma sambil tersenyum, meskipun sorot matanya menunjukkan ia menunggu sesuatu yang lebih. "Tumben kamu ngajak aku ketemuan di sini."
Adrien menatap lurus ke depan, seolah mencari kekuatan di langit senja. "Aku… ada yang ingin aku bicarakan sama kamu, Emma. Udah lama aku ingin ngomong, tapi selalu aja ada yang nahan."
Emma menoleh, menatap Adrien dengan penuh perhatian.
Jantungnya mulai berdegup lebih kencang.
Ia bisa merasakan bahwa apa pun yang akan dikatakan Adrien, itu penting.
"Ngomong aja, Adrien. Kamu bisa cerita apa aja ke aku," katanya, mencoba memberikan dorongan.
Adrien menghela napas panjang, kemudian menatap Emma dengan serius. "Emma, kita udah berteman lama, dan selama itu… aku nggak bisa bohong kalau perasaanku ke kamu berubah. Aku… aku aku kamu, lebih dari teman."
Kata-kata itu menggantung di udara, membuat Emma terdiam.
Matanya melebar, dan ia merasa dadanya berdebar keras. "Adrien…"
Adrien buru-buru menambahkan, "Aku nggak mau nyiptain jarak atau bikin kamu nggak nyaman. Tapi, aku juga nggak bisa terus memendam perasaan ini. Aku cuma… ingin kamu tahu."
Emma terdiam, berusaha mengatur pikirannya yang tiba-tiba kacau.
Perasaan yang selama ini ia coba abaikan kini muncul ke permukaan, membuatnya bingung.
"Aku… Aku juga nggak tahu harus bilang apa, Adrien." Ucap Adrien sedikit gemetar.
Melihat keraguan di mata Emma, Adrien mencoba menenangkannya. "Aku nggak minta jawaban sekarang, Emma. Aku cuma ingin kita tetap seperti ini, apapun yang terjadi. Aku nggak mau persahabatan kita rusak karena ini."
Emma mengangguk pelan, merasa terjebak antara rasa takut kehilangan dan keinginan untuk mengikuti kata hatinya. "Adrien… jujur, aku juga punya perasaan yang sama. Tapi, aku takut. Takut kalau nanti kita nggak bisa balik ke keadaan seperti dulu."
Adrien meraih tangan Emma, menggenggamnya erat. "Aku juga takut, Emma. Tapi aku percaya kita bisa jalanin ini. Aku percaya sama kamu, sama kita."
Keheningan kembali meliputi mereka, namun kali ini terasa lebih hangat.
Emma memandang tangan mereka yang saling menggenggam, merasakan kehangatan dari sentuhan Adrien. Perlahan-lahan, ia mulai tersenyum.
"Kalau gitu… kita coba ya? Pelan-pelan, nggak usah buru-buru," kata Emma dengan suara yang lebih mantap, meski masih ada keraguan yang tersisa.
Adrien mengangguk, merasa lega dan bahagia mendengar jawaban Emma. "Ya, kita coba. Nggak perlu buru-buru. Yang penting kita jalanin bareng-bareng."
Mereka saling menatap, dan di bawah langit yang mulai gelap, senyum mereka saling menguatkan.
Perlahan, Adrien mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Emma dengan lembut, sebuah janji tanpa kata bahwa ia akan selalu ada di sisinya.
———
Waktu berlalu, dan malam mulai menyelimuti kota. Adrien dan Emma berjalan beriringan, meninggalkan taman yang mulai sepi.
Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari rencana untuk esok hari hingga kenangan-kenangan kecil yang pernah mereka lalui bersama.
Percakapan mereka mengalir dengan alami, seakan tidak ada yang berubah, namun di dalam hati, keduanya tahu bahwa perasaan mereka kini telah tumbuh menjadi sesuatu yang lebih.
Saat mereka sampai di depan rumah Emma, keduanya berhenti sejenak.
Adrien menatap Emma, merasakan kehangatan yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata. "Emma, terima kasih udah mau dengerin aku. Aku benar-benar bersyukur punya kamu di hidupku."
Emma tersenyum, dan matanya yang biasanya tenang kini berkilau penuh perasaan. "Aku juga bersyukur punya kamu, Adrien. Apa pun yang terjadi nanti, aku harap kita bisa terus seperti ini."
Adrien mengangguk, lalu perlahan-lahan melepas tangan Emma yang sedari tadi ia genggam. "Selamat malam, Emma. Sampai ketemu besok."
"Selamat malam, Adrien," balas Emma, sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam rumah.
Adrien menunggu hingga pintu tertutup, lalu berbalik menuju mobilnya dengan hati yang penuh harapan.
Malam ini, meski belum ada kepastian, ia tahu bahwa langkah pertama telah mereka ambil bersama.
Dan bagi Adrien, itu sudah lebih dari cukup.
Di dalam rumah, Emma bersandar pada pintu, merasakan kehangatan yang masih tersisa dari pertemuan mereka.
Ia tahu, jalan di depan mungkin tidak selalu mudah, tetapi dengan Adrien di sisinya, ia merasa siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.
Malam itu, keduanya tertidur dengan senyum di wajah, memikirkan satu sama lain, dan membiarkan cinta yang baru saja bersemi tumbuh perlahan dalam hati mereka.
Sebuah awal yang sederhana, namun penuh harapan, untuk sesuatu yang indah di masa depan.