Kasya, seorang remaja berusia 17 tahun yang tinggal di desa kecil, dia merasa hidupnya monoton. Setiap malam, Kasya selalu pergi ke atap rumahnya untuk memandangi bintang-bintang, mencoba mengisi kekosongan dalam hatinya sambil membayangkan kehidupan lebih besar di luar sana. Dengan menatap ke langit, melihat para bintang yang bersinar di langit malam, mereka seolah membawa harapan kepada Kasya untuk terus bermimpi dan berharap tentang sesuatu yang gadis itu inginkan. Bintang yang paling terang di langit, yang dia sebut "Altair'" menjadi teman curhatnya setiap malam, menjadi tempat bercerita. Kasya meluapkan mimpi-mimpinya, tentang cinta, keingintahuan, dan menemukan jati diri.
Suatu hari, desa kecil tempat Kasya tinggal kedatangan seorang remaja laki-laki yang seumuran dengannya bernama Lintang, yang pindah dari kota besar. Lintang adalah anak yang penyendiri, dia selalu menghabiskan waktunya sendirian di sekolah, seorang anak pendiam yang aneh, itulah sebutan bagi Lintang di sekolah. Namun, Anak laki-laki itu tidak terlalu mempedulikan perkataan mereka, dia tetap melakukan apa yang ia suka, diantaranya adalah memotret langit malam dengan kamera yang selalu dia bawa.
Kasya, yang penasaran, memberanikan diri untuk berbicara dengan Lintang di sekolah.
"Hei Lintang, apa yang sedang kamu lakukan?" Kasya, mencoba mencari topik pembicaraan ketika lintang sedang sibuk dengan kameranya di kantin.
Lintang merasa sedikit terganggu meskipun sebenarnya dia ingin punya teman, tapi entah kenapa ketika dia berusaha berbicara dengan ramah, anak-anak di sekolah membuatnya seakan tidak diperhatikan, mereka hanya penasaran kepadanya bukan ingin berteman dengannya, jadinya Lintang berakhir sendirian. Datangnya Kasya yang merupakan teman sekelasnya merupakan hal yang tidak pernah dia rencanakan, tapi Lintang berusaha untuk bersikap ramah lagi dan menyodorkan kamera yang berisi foto-foto Langit malam.
"Lihat! Aku mengambil beberapa foto tadi malam, bagaimana menurutmu?" Tanya anak laki-laki itu dengan ramah.
Kasya tertarik dengan gambar-gambar yang Lintang ambil, apalagi jika menyangkut soal bintang. Gadis itu mengambil kamera Lintang dan melihat gambar yang anak laki-laki itu ambil. Dalam foto tersebut, langit malam yang gelap dan tak berawan menjadi kanvas luas yang menampakkan rasi bintang scorpio dengan keanggunannya yang penuh misteri. Di tengah-tengah rasi ini, bintang Antares, yang sering disebut sebagai jantung scorpio bersinar terang dengan cahayanya, Antares tampak menonjol diantara bintang-bintang lainnya.
"Kenapa satu bintang ini berbeda? Dia bersinar lebih terang?" Kasya penasaran, dia tidak terlalu mengetahui tentang nama-nama bintang, dia hanya menamai mereka sendiri dengan pengetahuannya.
"Ini adalah rasi bintang scorpio dan yang menjadi jantung nya adalah bintang Antares." Jelas Lintang sambil menunjuk ke titik yang paling terang.
Mereka jadi bercerita banyak hal setelah kejadian itu dan menjadi dekat. Mengetahui bahwa Lintang juga menyukai bintang, membuat Kasya merasa ada sesuatu yang menghubungkan mereka, dan mereka mulai sering bertemu di atap rumah Kasya setiap malam, untuk berbagi cerita dan impian di bawah langit yang sama.
Ketika mereka semakin dekat, Kasya mulai merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekedar pertemanan dengan Lintang. Mereka saling membantu dalam menghadapi masalah pribadi.
"Ah sebel deh, orang tuaku tidak mengizinkan ku pergi ke kota, padahal setelah lulus, aku ingin pergi ke sana." Ucap Kasya kesal. Orang tua Kasya tidak mengizinkan anaknya untuk pergi jauh dari mereka, apalagi Kasya adalah perempuan, mereka tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan terjadi jika melepaskan anak gadisnya itu ke kota.
"Itu bukan untuk sekarang, kan? Kamu masih punya waktu, mungkin nanti pikiran mereka akan berubah." Lintang mencoba memberikan teman perempuannya itu semangat. "Jika itu adalah impianmu jangan menyerah untuk mewujudkannya, agar mimpi itu tidak kembali hidup sebagai penyesalan dikemudian hari."
"Ya, aku tidak akan menyerah." Ucap Kasya dengan semangat yang terpancar dari matanya.
"Itu bagus, bermimpi lah seperti bintang Kasya, mereka indah dan tak tergapai, tapi aku yakin bahwa kamu bisa menggapai impian yang kau inginkan. Tetap semangat!"
Sebuah kata-kata yang Lintang ucapkan membuat gadis itu bersemangat, ucapan yang sederhana namun itu hal yang luar biasa bagi Kasya. Gadis itu berharap Lintang tetap di sini bersamanya dan tidak kembali ke kota, setidaknya sampai dia bisa pergi keluar dari desa kecil ini.
Pada malam ini, Lintang berjanji akan melihat bintang bersama lagi dengan Kasya di tanah lapang, tapi sayangnya, Lintang tidak datang, Kasya pulang dengan perasaan kesal dan dia dibuat terkejut ketika mendengar kabar dari ibunya bahwa Lintang telah kembali ke kota. Kasya merasa kehilangan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan nya, dia akan kembali kesepian dan hanya bercerita kepada bintang. Lintang tidak meninggalkan Kasya begitu saja, anak laki-laki itu menitipkan sesuatu kepada ibu Kasya, kamera kesayangannya dan sepucuk surat.
Kasya membaca surat tersebut di kamarnya dan meletakkan kamera Lintang di meja belajar samping jendela.
"Halo Kasya, maaf ya aku tidak memberitahu mu dan aku juga minta maaf tidak bisa datang, padahal aku yang mengajakmu melihat bintang. Mama ku, tiba-tiba mengajak ku kembali ke kota, jadi aku hanya bisa menyiapkan surat ini untukmu. Aku juga ingin menitipkan kamera ku kepadamu, potret lah foto langit malam dan bintang yang kamu suka, dan aku harap kamu mengambil beberapa gambar yang lain, buatlah kenangan yang indah di desa karena kamu akan pergi dari sana suatu hari nanti. Aku selalu percaya pada impian mu, itu pasti akan terwujud.
Terima kasih sudah mau menjadi temanku di desa kecil ini, aku senang memiliki mu sebagai teman, jangan lupa, aku akan selalu menunggumu untuk memperlihatkan gambar yang sudah kamu ambil, meskipun kita tidak bersama sekarang, tapi jangan lupa untuk melihat ke atas, kita selalu berada di bawah langit yang sama."
Kasya menatap langit malam yang di sinari oleh rembulan dengan jutaan bintang di sana, semua itu terlihat indah. Sebelumnya, Kasya selalu sendiri ketika melihat bintang dan tidak merasa kesepian, tapi malam ini dia benar-benar merasa kesepian, untuk pertama kalinya dia merindukan seseorang yang selalu menemaninya melihat bintang.