Seperti biasa aku berangkat pukul jam 6 pagi agar tak ketinggalan bus.
Hai perkenalkan namaku Oh Venus, umur 25 tahun, seorang seketaris di Perusahan Hwang Grup. Baru berkerja sekitar 2 bulan lalu.
"Gawat," gumam Venus sambil melihat jam tangannya. Gara-gara keterlambat bus yang di tumpanginya tadi pagi membuatnya sedikit telat.
Venus segera berlari menuju lift tapi sayang pintu lift telah tertutup rapat saat dirinya sampai. Venus memutuskan naik tangga darurat agar waktunya tak terbuang sia-sia.
Tak..Tak..
"Aduh," ringisku pelan. Bahuku tak sengaja bertabrakan dengan seseorang saat naik tangga darurat.
"Apa kau tak punya mata!? Perhatikan langkah kaki mu!" Ujar pria yang tak sengaja di tabrak oleh Venus.
Venus pun mendongakan wajahnya, ia melihat perawakan orang yang tak sengaja di tabraknya. Pria di hadapannya ini begitu tampan bak Dewa Yunani turun dari langit tapi sayang kata-katanya begitu dingin dan datar.
"Maafkan aku, Tuan," membungkukan badan 90 derajat. Hal itu di lakukan oleh Venus agar pria itu mau memaafkanya serta memberikannya jalan.
Venus harus bergegas menuju lantai kerjanya sebab Direktur baru akan tiba. Sebagai seketaris teladan dirinya tak boleh telat.
Pria itu menyunggikan senyuman miring sambil menatap penampilan Venus dari bawah hinga ke atas. Pria itu memberi jalan agar Venus bisa lewat tapi dengan tujuan lain.
Venus bernafas lega orang yang di tabraknya tak ambil pusing. Dia segera berlari menuju lantai kerjanya.
Dan benar saja, saat dirinya tiba semua teman-temanya telah berjejer rapi membentuk barisan. Venus pun mengikuti rekan kerjanya yang lain, ia ada di barisan depan.
"Perhatian semua, ini Direktur baru perusahan kita. Namanya Hwang Yoshi, kalian harus bisa berkerja sama dengannya mulai hari ini," ujar tegas Wakil Manejer Hwang memperkenalkan Yoshi sebagai Direktur baru.
Venus berserta rekan kerjannya memberi hormat kepada Yoshi.
"Direktur Yoshi, ini Venus yang akan menjadi seketaris anda." Venus menengakan badannya agar bisa menyalami atasan barunya.
Venus membulatkan matanya lebar-lebar karena tak menyangka bahwa atasan barunya adalah pria yang di tabraknya tadi.
"Semoga kita bisa berkerja sama," ucap Yoshi ramah dan penuh senyum. Yoshi menjabat tangan Venus yang melayang di udara. Sungguh rasanya sangat senang sekali bertemu wanita ini lagi.
Rasanya Venus ingin pindah ke Planet Pluto karena hari-harinya akan berubah suram setelah ini. Perkataan Venus menjadi kenyataan karena setelah Yoshi memasuki ke ruang kerjanya, pria itu sudah memangilnya.
"Apa ada yang di butuhkan?" Venus memukul bibirnya pelan karena gugup kalimat pertanyaannya jadi aneh.
Yoshi tersenyum lebar sambil membaca berkas-berkas dokumen di atas meja kerjanya. "Mendekatlah kemari," perintahnya mutlak.
Venus melangkahkan kakinya mendekat ke arah Yoshi. "Apa anda menyuruh saya untuk membereskan semua dokumen yang ada di meja?", berharap tebakannya benar.
Yoshi malah tertawa lebar akan pertanyaan yang di lontarkan oleh Venus. Dia pun melempar sebuah dokumen ke arah Venus menyuruh gadis itu membaca isinya sendiri.
Badan Venus menengang saat membaca isi dokumen yang di berikan oleh Yoshi. Isi dokumen itu adalah semua data pribadinya.
"Sekarang kau tahu kan, siapa diriku?" Tentu Venus tahu dan masih mengingat dengan jelas di memori otaknya. Yoshi itu mantan pacarnya saat SMA dulu.
Yang menjadi masalah di sini bukan status mantan tapi Venus dulu menjadikan Yoshi bahan taruhannya. Yoshi menyimpan dendam kepada Venus akan perbuatan masa lalunya.
Dulu penampilan Yoshi culun tak seperti sekarang tampan dan berkelas. Makanya Venus tak mengenalinya tadi.
Glupp!
Venus menelan ludahnya kasar saat Yoshi mendekat ke arahnya. Jarak keduanya sangat intim, di senggol dari arah belakang. Keduanya pasti akan berciuman.
"Lalu, dirimu mau apa kepadaku?" Venus sedikit memejamkan matanya saat tangan Yoshi membelai rambutnya.
Yoshi mencium aroma rambut Venus masih wangi seperti dahulu. "Tidurlah bersamaku, maka semua hutang Ayahmu akan ku lunasi," ucapnya dingin di telinga gadis tersebut.
Keluarga Venus memang memiliki hutang miliyaran kepada pihak Bank. Dan harus segera di lunasi dalam satu minggu ini. Dulu Keluarga Venus kaya raya tapi sayangnya Ayah Venus di tipu oleh rekan kerjanya membuat usahanya gulung tikar.
Satu info lagi, Ayah Venus dalam keadaan posisi koma di sebuah rumah sakit.
"Aku tak mau!" Tolak Venus tegas, dia menyingkirkan tangan Yoshi dari rambutnya.
"Baiklah kalau dirimu tak mau, tak masalah. Aku tinggal menelpon pihak rumah sakit tempat Ayahmu di rawat. Akan ku suruh mereka mencabut semua alat yang menempel di badan Ayahmu," ancam Yoshi licik.
Yoshi mengeluarkan ponselnya dari saku jas kerjanya, mencari nomer telepon pihak rumah sakit tempat Ayah Venus di rawat.
"Ku mohon, jangan lakukan hal tersebut." Venus bersimpuh di kaki Yoshi meminta pria itu memberinya sedikit belas kasihan.
"Maka turuti permintaan ku tadi!" Yoshi mencengkram dagu Venus sambil tersenyum miring.
Venus mengangukan kepalanya sebagai jawaban 'Iya', membuat Yoshi tersenyum penuh kemenangan.
Yoshi mengendong tubuh Venus menuju ruangan tersembunyi di balik lemari ruangan kerjanya. Di ruang tersembunyi itu ternyata ada sebuah kamar untuk beristrahat.
Tanpa menunggu waktu lama, Yoshi membaringkan tubuh Venus di atas kasur. Lalu menindihnya dan melakukan perbuatan gila.
"Jangan menangis di hadapanku, segera keluar dari ruangan kerjaku sekarang!".
Venus mengusap air matanya, membenahi penampilannya yang acak-acakan lalu keluar dari ruangan kerja Yoshi.
"Kau kenapa lama sekali di ruangan, direktur?" Tanya salah satu rekan kerja Venus.
"Kami tadi membahas sebuah proyek," bohong Venus kepada rekan kerjanya. Padahal di dalam hatinya dia menangis serta menahan perih di bagian intimnya. Itu tadi adalah sex pertamanya bersama seorang pria.
Hari demi hari terus di lewati Venus dengan perasaan sedih dan terhina. Pasalnya, gadis itu harus melayani Yoshi di ruang kerjanya seusai berkerja.
"Ini surat pengunduran diri dariku." Venus menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Yoshi seusai keduanya bercinta.
Yoshi meremas-remas surat pengunduran diri dari Venus. Pria itu menampar pipi gadis tersebut secara kasar. "Kau itu milikku selamanya tak akan bisa lepas dariku. Jika kau lepas dariku maka bersiaplah Ayah tercintamu akan mati dan kau akan di kejar oleh pihak Bank!" ancamnya.
Venus sudah tak takut lagi dengan ancaman tersebut karena semua hutangnya telah lunas kemarin lusa. Dan Ayahnya telah meninggal kemarin lusa juga.
Cup
"Selamat tinggal selamanya, Tuan Hwang." Venus memberi ciuman perpisahan untuk Yoshi sebelum pergi dari ruangan tempat mereka bercinta.
5 Tahun berlalu...
Venus hidup damai di sebuah pedesaan kecil menjalani hari-harinya dengan penuh senyuman walaupun pekerjaanya hanya petani stroberi.
"Tuan, apakah anda tak ingin menemui Nona Venus?" Tanya supir pribadi Yoshi.
"Tidak, mari kita pergi saja." Yoshi tak ingin mengusik kebagian Venus. Baginya mengawasi sang pujaan hati dari jauh sudah cukup.
Venus tersenyum lirih melihat mobil Yoshi telah melaju meninggalkan perkebunannya. Venus tahu bahwa Yoshi masih memata-matainya setelah dirinya berhenti berkerja.
Satu fakta lagi yang melunasi hutang Keluarga Venus adalah Yoshi. Serta yang memutuskan di lepaskan alat-alat di badan Ayah Venus adalah Venus sendiri.
Venus melakukannya agar Yoshi bisa melepaskannya dan agar pria itu menemukan pengantinya.
Ini cerita sengaja ku buat gantung,,
INI BUAT LUKALAMA YANG SAYANG AMA CERITA NOVELKU VENUS