Ilham adalah angin segar di kampus. Dengan paras menawan dan otak cerdas, ia dengan mudah menjadi pusat perhatian. Namun, ada satu kebiasaan buruk yang melekat padanya, yaitu ia sangat suka menggombali Aluna. Aluna, gadis kutu buku dengan kacamata tebal, menjadi sasaran empuk gombalan maut Ilham. Meski kerap tersipu malu, Aluna selalu menanggapi dengan tenang, membuat Ilham semakin penasaran.
"Aluna, kalau kamu adalah pecahan, aku rela jadi nol, asalkan kita bisa bersatu menjadi bilangan bulat," ujar Ilham suatu hari saat bertemu Aluna di perpustakaan.
Aluna hanya tersenyum tipis. "Ilham, kamu ini kenapa sih? Belajar yang bener aja."
"Lagian aku tidak ingin kita bersatu menjadi bilangan bulat, tapi aku ingin kita bersatu saat akad terucap." Ucap Aluna yang tanpa sadar sudah membuat Ilham melongo, menatap tidak percaya dengan gadis yang berada di hadapan nya saat ini.
"Ini benar Aluna si kacamata tebal kan?" Tanya Ilham tak percaya sambil mencubit pipi chubby Aluna.
"Awww sakit," Aluna meringis saat Ilham mencubit pipinya dengan kuat.
"Kamu apa-apaan sih, ini pipi masih di pakai lama, jadi jangan kamu cubit seenak jidat mu saja." Kesal Aluna kemudian menyingkirkan tangan Ilham dengan kasar.
"Ehh... Maaf... Maaf. Aku kira ini tadi bakpao." Ilham kembali menggoda Aluna dan dibalas dengan tatapan tajam oleh Aluna.
"Ihh... seramnya mak kunti kalau lagi marah," Ilham pura-pura ketakutan dengan tatapan tajam Aluna, padahal sebenarnya Ilham merasa gemas saat melihat wajah kesal Aluna.
"Dasar Pak kunti..." Balas Aluna kemudian pergi meninggalkan Ilham begitu saja.
"Eh... Aluna... Kamu mau kemana? tunggu aku." Teriak Ilham sambil berlari mengejar langkah Aluna.
"Mau ke neraka, ikut?" Jawab Aluna masih dengan nada kesal.
"Ikut dong, asalkan ke neraka nya bareng sama kamu." Gombal Ilham yang semakin menjadi-jadi, dan hal itu berhasil membuat Aluna bertambah kesal dengan tingkah konyol Ilham yang selalu menguntitnya kemanapun ia pergi tidak lupa dengan gombalan murahannya.
"Dasar raja gombal," ucap Aluna kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas.
🍁🍁🍁
Di sisi lain, Adit sahabat Aluna yang juga kutu buku, sedang berada di kantin dengan seorang gadis cantik bernama Cantika. Penampilan Adit yang sederhana, namun tidak mengurangi ketampanannya, menjadi sasaran godaan Cantika, gadis populer di kampus. Cantika, dengan gaya berpakaiannya yang modis, sering melontarkan gombalan lucu pada Adit, sebab menurutnya Adit berbeda dari yang lain.
Bahkan Cantika kerap melakukan hal-hal konyol demi mendapatkan perhatian dan simpati dari Adit. Sampai saat ini, Cantika masih ingat bagaimana pertama kali dia melakukan hal gila untuk bisa dekat dengan Adit.
Flashback
"Wow... Ganteng banget," Ucap Cantika tanpa sadar saat melihat seorang laki-laki tampan turun dari moge nya.
"Loe lihat apaan sih Cantika? Siapa yang ganteng?" Tanya Sarah penasaran, kemudian mengikuti kemana arah mata Cantika menatap.
"Astaga... Loe jangan bermimpi deh Can, untuk bisa dapatin dia." Sarah mencoba memperingatkan Cantika, sebelum sahabatnya itu jatuh hati pada pria yang di tatapnya saat ini.
"Kenapa?" Tanya Cantika kemudian menoleh ke arah Sarah.
"Menurut kabar burung yang gue dengar, Adit itu susah di taklukan. Cewek-cewek satu kampus ini aja gak ada yang berani mendekatinya, karena dia orang yang dingin dan jarang berbaur dengan wanita. Hanya Aluna si kutu buku teman terdekatnya. Menurut gue ya Can, kayaknya Adit itu suka terong makan terong deh." Ucap Sarah sambil bergidik ngeri.
"Owh, jadi namanya Adit." Batin Cantika.
"Masa sih?" Cantika tidak percaya dengan yang dikatakan sahabatnya itu.
"Kalau loe gak percaya, coba aja loe dekatin dia." Tantang Sarah.
"Oke, jangan panggil gue Cantika kalau gue gak bisa dapatin dia." Ujar Cantika merasa tertantang dengan apa yang dikatakan oleh Sarah.
Tiba-tiba, ide gila Cantika muncul.
Cantika dengan anggun nya berjalan menuju parkiran, dimana Adit saat ini sedang memarkirkan motor nya.
Tiba-tiba saja...
"Aduh.... " Cantika pura-pura terjatuh, saat melintasi Adit yang sedang memarkirkan motor kesayangannya.
"Aww... Sakit..." Cantika pura-pura mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Adit.
Namun Adit tetap cuek dan tidak peduli dengan aksi Cantika.
"Apakah ada orang disini yang bisa bantuin gue berdiri, kaki gue sepertinya patah deh." Teriak Cantika sengaja untuk mendapatkan perhatian dari Adit.
Adit tetap saja lebih memperdulikan motor kesayangannya daripada teriakan Cantika yang menurutnya sangat lebay dan memuakkan.
Saat Adit melintasi Cantika yang saat ini tengah berakting terjatuh, tiba-tiba Cantika memanggil namanya.
"Hey loe, loe Adit kan?" Panggil Cantika, sontak saja Adit menghentikan langkahnya sebab namanya di panggil oleh cewek yang tak di kenalnya.
"Iya, kenapa?" Tanya Adit ketus.
"Loe bisa gak bantuin gue berdiri? Sepertinya kaki gue patah nih." Pinta Cantika yang saat ini sedang memuluskan aktingnya.
Adit menatap heran pada gadis yang tiba-tiba meminta pertolongan nya. Tapi jika dilihat-lihat, gadis itu sepertinya baik-baik saja. Tidak ada luka sama sekali.
"Ogah, berdiri aja sendiri. Kan loe punya dua kaki. Kalau yang satu patah, yang satunya lagi masih bisa loe pake untuk berdiri." Ucap Adit kemudian langsung pergi meninggalkan Cantika sendirian.
"Kurang ajar, loe lihat aja nanti. Gue akan buat loe bertekuk lutut sama gue." Monolog Cantika yang merasa kesal karena Adit tak memperdulikannya sama sekali.
"Hahahaha... Gue bilang apa, loe gak akan berhasil dekatin dia. Mending loe mundur aja, daripada loe malu sendiri nanti." Ejek Sarah sambil tertawa terbahak-bahak melihat sahabatnya gagal mendekati Adit.
"Ishhh... Dasar sahabat gak ada akhlak. Bukannya ngedukung gue, ini malah ngejek gue. Loe lihat aja nanti, gue akan buat dia klepek-klepek sama gue." Ujar Cantika penuh keyakinan.
"Di iyain aja deh, supaya gas nya gak meledak." Jawab Sarah diselingi gelak tawa.
Cantika merengut kesal, melihat sahabatnya tertawa diatas penderitaannya.
Setiap harinya, Cantika selalu berusaha mendekati Adit dengan cara apapun.
~Seminggu kemudian~
Keesokan harinya, Cantika mengikuti Adit ke perpustakaan. Lagi-lagi Cantika tidak kehabisan akal untuk mendekati Adit. Saat ini mereka tengah duduk berhadapan saat berada di perpustakaan.
"Hay... Adit," sapa Cantika sambil tersenyum manis ke arah Adit.
"Hemm..." Jawab Adit tanpa menoleh ke arah Cantika.
"Kenalin nama gue Cantika," Cantika dengan PD nya memperkenalkan dirinya kepada Adit.
"Gue gak nanyak," ketus Adit yang merasa terganggu dengan kehadiran Cantika.
"Ya gak papa, gue cuma mau ngasih tau aja nama gue. Siapa tau nama gue akan menetap di hati loe." Goda Cantika sambil menatap Adit penuh damba.
"Lebay," ucap Adit sok cuek.
"Owh ya Adit, kalau kamu adalah buku, aku ingin jadi kutu buku yang selalu bersamamu," ujar Cantika sambil tertawa.
Adit hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah absurd gadis yang sudah seminggu ini selalu menguntitnya kemanapun ia pergi. Dan saat ini Adit sudah menerima keberadaan Cantika, karena sejujurnya Adit juga memiliki perasaan kepada Cantika. Hanya saja, Adit merasa tidak pantas, karena Cantika terlalu cantik menurutnya.
"Cantika, kamu ini kenapa sih? Obat kamu sudah habis ya?" Tanya Adit heran.
"Kata siapa obat ku habis? Sekarang saja obat ku sedang berada di hadapan ku." Goda Cantika yang sepertinya tidak habis kata-kata untuk menggoda Adit.
"Adit, aku suka sama kamu." Ucap Cantika spontan, menatap kedua bola mata Adit dengan tulus.
"Jangan ngawur kamu Cantika, kita ini bak langit dan bumi. Aku langit nya dan kamu bumi nya." Ucap Adit dan membuat Cantika bertanya-tanya dalam hatinya.
"Gak salah tuh Adit, seharusnya kan gue yang cantik jelita, seantero jagad raya ini yang jadi langit nya, kok malah gue yang jadi buminya." Monolog Cantika dalam hati.
"Kenapa aku bumi dan kamu langitnya?" Tanya Cantika penasaran dengan jawaban Adit.
"Karena aku ingin menjadi bintang kecil yang bersinar di langitmu. Walaupun kecil, tapi cahayaku selalu tertuju padamu." Ucap Adit tulus sambil memandang kedua bola mata indah milik Cantika.
Cantika hanya diam terpaku mendengar jawaban Adit, dan itu berhasil memporak-porandakan hatinya yang entah mengapa tiba-tiba seperti ada sengatan listrik dengan tegangan tinggi menyelimuti sanubari nya.
"Ada apa dengan hatiku? kenapa jantung ku dag dig dug begini?" Tanya Cantika dalam hati.
"Adit, tolongin gue!" Pinta Cantika sambil memegang tangan Adit tanpa permisi dengan empuhnya.
"Tolongin apa?" Tanya Adit mulai khawatir takut terjadi sesuatu pada Cantika.
"Tolong bawa gue ke rumah sakit sekarang!" Ucap Cantika sambil memegang dadanya yang tidak sakit.
"Kamu kenapa Cantika? Kamu sakit?" Cemas Adit, melihat Cantika seperti sedang tidak baik-baik aja.
"Iya, sepertinya gue harus memeriksakan jantung gue ke dokter jantung deh." Ucap Cantika dengan wajah sendu.
"Loe punya riwayat sakit jantung?" Tanya Adit penasaran.
Cantika menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Terus? Kenapa jantung loe bisa sakit?" Bingung Adit.
"Karena setiap gue ngelihat loe, jantung gue selalu gak aman. Jantung gue terus aja berdetak kencang seperti genderang mau perang." Ucap Cantika sambil tertawa terbahak-bahak karena berhasil mengerjai Adit.
"Kamu tuh ya, gak berubah-berubah. Suka sekali menggoda aku seperti ini. Dasar ratu gombal." Geram Adit kemudian mencubit hidung mancung Cantika.
"Tapi kamu suka kan?" Goda Cantika lagi.
Kemudian mereka berdua tertawa bersama.
Sejak saat itu, hubungan Ilham dan Aluna menjadi lebih baik. Mereka tetap berteman baik, namun tanpa ada lagi gombalan-gombalan maut. Sementara itu, Adit dan Cantika akhirnya jadian.
~Selesai~
🍁🍁🍁
☘️Gombalan Maut☘️
"Kalau cinta itu perjalanan, aku ingin menghabiskan seluruh perjalanan hidupku bersamamu."
"Aku bukan tukang las, tapi aku bisa nyambungin hati kita."
"Aku rela jadi batu bata asal kamu jadi semennya. Biar kita bisa bangun rumah tangga yang bahagia."
"Kalau kamu adalah mie instan, aku rela jadi air panas yang selalu siap menemanimu."
"Aku bukan tukang kebun, tapi aku bisa bikin hatimu berbunga-bunga."