Ting tong, Ting tong.
Ting tong, Ting tong.
Cekrek. Pintu di buka
"Siapa sih!." keluar ibu-ibu paruh baya bertampang judes dengan puluhan roll rambut yang menempel di rambutnya yang agak beruban.
"Sore ibu, maaf mengganggu", ucap Nicholas dengan senyum sumringah.
Si ibu mendelik, wajahnya kebingungan, karena ia sama sekali tidak kenal dengan sosok pria yang datang memencet bell apartemennya terus menerus.
"Kamu siapa?"
"Saya Nicholas, teman kuliah Chloe, lebih tepatnya pacar", ucap Nicholas menggaruk tengkuk leher yang tak gatal.
"Hah? Chloe? Disini gak ada yang namanya Chloe, kamu salah alamat kali?" jawab si ibuk dengan ketus.
"Loh bukankah ibu ini, mamanya Chloe?"
"Jangan ngaco! Anak pertama saya saja masih umur 8 tahun, jangan kurang ajar ya kamu, mentang-mentang penampilan saya lagi kucel dan kusam kayak gini!"
Brak!
Pintu ditutup kasar, suaranya menggelegar hingga membuat jantung Nicholas melompat sedikit.
Sejenak Nicholas menghela nafas panjang.
"Oke pintu ke tiga yang aku ketuk, dan ku coret", ujar Nicholas menyemangati diri.
Sebelum melangkah ke pintu berikutnya, Nicholas melirik dahulu ke lorong pintu apartemen. Wow..., ternyata masih ada sekitar puluhan pintu lagi yang harus ia ketuk, pacarnya hanya memberikan petunjuk lantai apartemen tempat ia tinggal bersama orangtuanya.
Ting tong, Ting tong.
Cekrek.
"Siapa!" tanya sang bapak paruh baya dengan wajah garang mirip anjing Bulldog.
"So-sore pak, Sa-saya mau ketemu sama pacar saya, Chloe", ucap Nicholas terbata-bata, ia merasa gugup, bisa saja bapak kumis tebal dan wajah garang yang ada di hadapannya adalah ayah dari pacarnya.
"Hah!, Gak ada yang namanya Chloe disini!"
Blam.
Pintu di tutup lagi.
"Hhh, nomor 1202 juga salah", Nicholas menghela nafas panjang. Lalu berjalan pintu yang berikutnya.
Ting tong, Ting tong.
Cekrek.
"Iya mas", kali ini seorang mbak-mbak muda yang keluar.
"So-sore mbak, punten, saya mau ketemu sama Chloe." ucap Nicholas.
"Hah!! Chloe!!" mata si mbak langsung melotot, menatap Nicholas dengan penuh rasa heran.
"Apa mungkin ini pintu yang benar?" batin Nicholas penuh harap.
"Situ yakin, mau ketemu Chloe?", tanya si mbak dengan nada ragu-ragu.
"Iya mbak, saya sangat ingin ketemu sama pacar saya yang lagi ngambek", cebik Nicholas, lelah sudah ia mengetuk dan bertemu dengan macam-macam orang asing, hanya untuk bertemu pacar yang baru di kencaninya selama sebulan lebih.
"Hmm, ya sudah, masnya tunggu sebentar di luar, tak cek dulu si Chloe udah bangun apa belum", imbuh si mbak yang masuk ke dalam rumah.
Nicholas berdiri di luar, menunggu dengan penuh harap. Sang kekasih sedang ngambek parah, dia mau memaafkan Nicholas kalau berhasil menemukan tempat tinggalnya. Nicholas yang tak ingin putus, langsung menuruti keinginan sang pacar.
Cekrek.
"Akhirnya", ucap Nicholas dalam hati, dengan wajah berbinar-binar, tak sabar ingin bertemu pacarnya.
Guk...guk...guk...guk.
Si mbak keluar sambil menggendong anjing jenis Shih Tzu.
"Lah mbak? Ngapain bawa anjing?" tanya Nicholas tampak keheranan.
"Lah iki loh mas, yang namanya Chloe, anjing majikan saya, hehe", si mbak malah cengengesan.
"Ampun mbaaaak." Nicholas mengumpat kesal, ia mengacak-acak rambutnya, sangking frustasi.
"Ups, bukan yo.., mas, maaf ya mas ganteng", ucap si mba berwajah meledek.
"Yang saya cari itu manusia, bukan anjiiiinggg!!" pekik Nicholas bete.
Tanpa berucap Nicholas langsung pergi dari sana, menjauh dari si mbak-mbak menyebalkan.
Kecewa, lelah, dan frustasi, Nicholas rasakan secara bersamaan, tapi ia tetap berusaha, mengetuk lagi beberapa pintu-pintu penghuni lantai 12.
"Hah! Tinggal pintu nomor 1226!" gumam Nicholas yang sudah lelah, ini adalah pintu yang letaknya paling ujung.
Ting tong, Ting tong.
Ting tong, Ting tong.
"Apa gak ada orangnya??" gumam Nicholas, ingin pergi dari sana, namun hati mengatakan 'jangan'.
Ting tong, Ting tong.
Cekrek.
"Ya", ucap seorang gadis muda yang membukakan pintu.
"Ayang!" sapa Nicholas, dengan wajah penuh haru, usahanya sungguh tak sia-sia, akhirnya bisa ketemu juga tempat tinggal pacarnya.
"Wow, kamu berhasil dalam waktu kurang dari dua jam!?." Chloe nampak tak percaya sang pacar telah berhasil menjalani misi absurd darinya yang sedang ngambek.
"Ayang! Aku sudah berhasil, kamu jangan marah lagi ya, ini aku bawakan martabak dengan toping Silverqueen", ucap Nicholas dengan rasa bangga.
"Serius! Ada yang jual gitu?!" Chole tercengang.
"Hmm, sebenarnya gak ada yang jual martabak dengan toping silverqueen, aku saja yang inisiatif beli coklat di minimarket, lalu minta abang tukang martabak buatkan martabak dan kasih coklat silverqueen di dalamnya." ujar Nicholas dengan wajah yang tampak lelah.
Chole pun tak tega, akhirnya mempersilahkan pacarnya masuk ke dalam.
"Kamu pasti capek, dari pagi sampai siang, ini minum dulu", dengan baik hati Chloe membuatkan es teh manis, tidak lupa juga menaruh martabak di atas piring, untuk di makan bersama.
"Jadi kamu udah gak ngambek lagi kan sama aku, yang", tanya Nicholas dengan penuh harap, sembari memasang wajah memelas.
"Hmmp! gak semudah itu, masih ada satu hal lagi yang harus kamu lakukan tiap hari selama sebulan", dengus Chloe berwajah cemberut.
"Apa pun itu, akan aku lakukan demi kamu yang."
.
.
Esok pagi harinya.
"Hoaamm-", suara Nicholas menyambut pagi hari, segera ia melihat jam di dinding kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi.
Nicholas langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di meja samping tempat tidur. Kedua sudut bibirnya langsung mengembang, saat memikirkan apa yang akan ia tulis untuk pacarannya pagi ini, dua jempol Nicholas mulai bergerak menuliskan kata-kata puisi cinta untuk pacar.
“Jangan ragu bahwa bintang-bintang adalah api, Jangan ragu bahwa matahari memang bergerak, Meragukan kebenaran sebagai pembohong, Tapi jangan pernah ragu aku selalu mencintaimu", isi Chat Nicholas ke Chloe.
Tring.
Langsung muncul notifikasi balasan.
"Aku gak suka sama puisi ini, pasaran di mbah gugel." balasan chat Chloe.
"Aagghh, sial!" umpat Nicholas gemas, kini ia harus memutar otak lagi, untuk menyenangkan sang pacar.
Tanpa ragu, Nicholas segera menelepon pacarnya, namanya juga kangen.
"Morning ayang", sapanya dengan nada riang.
"Uh, tumben kamu pagi-pagi langsung nelepon aku", ucap Chloe dengan suara parau karena bangun tidur.
"Aku hanya ingin mengatakan, kalau kamu itu langka, seperti bunga bangkai, pantas saja daya tarik mu sungguh memikat hatiku", ujar Nicholas sambil cengengesan.
"Dasar serangga!" pekik Chole di telepon, entah marah atau senang, Nicholas tak dapat melihat langsung reaksi malu-malu kucing menggemaskan wajah pacarnya.
Nicholas tertawa kencang, lalu lanjut mengucapkan kata-kata cinta di pagi hari, supaya si ayang gak ngambek lagi.
....SELESAI....
Demikian cerita cerpen saya dan terima kasih sudah membaca.☺️🙏
Cerpen ini saya buat untuk mengikuti event gombalan maut di GC Fams. 🥳🥳