Berprofesi sebagai pengamen jalanan walau kadang juga kerja serabutan kalau ada, itulah Saipul. Bermodalkan wajah tampan tapi dompet sering kosong dan suka ngutang sana sini. Mulut yang suka menebar rangkaian kata manis lewat lagu-lagu yang di nyanyikan. Tak sedikit wanita yang terpikat ole Babang tamfan ini.
"Cepat Pul, kita bakal ketinggalan bus!" Seru Atok, "lelet amat sih lo jadi orang." tambahnya.
Atok adalah teman akrab Saipul. Mereka berkawan lama sejak ada di dalam kandungan. Karena orang tua mereka sudah bestie sebelum mereka tercetak menjadi manusia. Ibu mereka teman bergosip sedangkan bapak mereka teman memancing.
Dan sekarang mereka meneruskan persahabatan kedua orang tua mereka lewat pertemanan keduanya.
"Iya, berisik amat Lo jadi orang. Kayak knalpot brong." Saut Saipul yang berlari mengejar bus yang mulai melaju.
Akhirnya keduanya berhasil naik, meski harus bersusah payah.
"Selamat siang para penumpang sekalian juga mas supir beserta patnernya. Seperti biasa perjalanan anda di jalur cinta menuju sayang berkali-kali di ganggu oleh dua cowok berparas tampan ini. Namun saya berharap mudah mudahan untuk kali ini masih berkenan di hati para penumpang semua. Baik, inilah saya lantunkan dua buah lagu dari penyanyi legend kita, Iwan fals...." kata sambutan Saipul sebelum menyanyikan lagu yang biasa dia nyanyikan saat mengamen.
Jreng... jreng... jreng...
Suara petikan gitar Atok mengiringi lantunan lagu yang di nyanyikan Saipul.
Suara Saipul yang cukup merdu begitu di nikmati oleh para penumpang bus. Untuk beberapa penumpang yang sudah sering menggunakan bus jalur kota A ini, pasti sudah hafal siapa Saipul dan Atok.
Dua buah lagu Iwan fals mereka mainkan. Di tambah lagu lain dari beberapa band terkenal juga tak lupa Saipul persembahkan pada para penumpang bus.
Namun fokusnya terpecah saat tak sengaja matanya menangkap makhluk Tuhan paling indah yang tengah duduk di kursi baris tiga dari depan.
Alhasil Saipul langsung lupa lirik sesaat setelah melihat seni pahat hidup yang amat mencuri hatinya. Matanya masih autofokus seperti kamera DSLR, mengamati wanita tersebut dengan seksama.
Setelah lagu selesai di mainkan, Saipul menyodorkan toples plastik untuk di isi uang seikhlasnya oleh para penumpang bus. Hingga toples itu sampai di depan wanita yang sedari tadi ia perhatikan.
Dua ribu rupiah, itulah besaran pecahan uang kertas yang wanita itu berikan.
"Terimakasih, mbak" kata Saipul sembari mengulas senyum ke arah wanita tersebut, yang tak sekalipun menoleh padanya, karena sedang fokus dengan ponselnya. Tapi Saipul tak mempermasalahkan itu, karena hatinya sekarang seperti taman bunga. bahagia pastinya.
"Kami ucapkan terima kasih atas segala partisipasinya. Pesan dari kami berhati-hati dalam perjalanan, periksa kembali barang-barang anda, sebelum anda turun. Jangan sampai ketinggalan, ataupun tertukar apalagi kecopetan. Jika bersama istri jangan lupa istrinya, jika bersama suami jangan lupa suaminya , jika bersama anak gadis, jangan lupa di bawa, atau nanti saya bawa pulang ke rumah. Selamat siang dan terima kasih." Salam perpisahan dari Saipul.
Sontak di dalam bus langsung ramai penuh gelak tawa dari para penumpang setelah mendengar salam dari Saipul.
Bersamaan dengan itu, bus telah sampai di halte. Para penumpang turun dengan tertib keluar dari bus.
"Pul, Lo kenapa sih? Clingak clinguk kayak copet." Tanya Atok yang sedari tadi memperhatikan Saipul, seperti ada yang tidak beres dengan temannya itu.
"Ayo cepat, Tok! Itu anak keburu ilang." seru Saipul berlari meninggalkan Atok.
"Woi tunggu!"
Krek...
"Asem! Pake robek lagi." Celana Atok tersangkut sesuatu sampai robek di bagian paha hingga ke bagian resleting. "Duh...apes banget gue." gerutu Atok.
Saipul melangkah lebar dan cepat. Tak peduli dengan temannya yang ada di belakang sedang kesusahan berjalan akibat celananya yang robek.
"Woi, kampret! Pinjem kemeja lo buat nutupin barang gue." Teriak Atok.
Saipul langsung membuka kemeja kotak-kotak nya, lalu di lempar ke belakang begitu saja tanpa menoleh sedikit pun pada Atok.
Atok langsung menangkap kemeja tersebut. Lekas mengikatkan kemeja itu di pinggang nya.
Saipul tiba-tiba berhenti dan sembunyi. Sontak Atok kaget, dan mengikuti apa yang Saipul lakukan.
"Woi, ada apa?" tanya Atok dengan suara rendah.
"Ssssst, diam. Itu lihat." Saipul mengarahkan telunjuknya ke arah wanita incarannya tadi, "Calon istri gue." Tambahnya.
Atok mengerutkan dahi ketika mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Lo suka sama dia?" tanya Atok sembari menatap menyelidik.
"Ya iyalah. Ngapain gue susah-susah ngikutin kalau gue nggak tertarik sama itu cewek."
"Ngomong dong dari tadi. Kalau tahu kan gue nggak bingung kayak orang bodoh" Begitu kesalnya Atok pada Saipul.
Penguntitan pun masih berlanjut.
Wanita asing itu melangkah kembali setelah membeli sebotol air minum yang slogannya ada manis-manisnya.
Sudah pasti Saipul juga mengikuti langkah wanita tersebut, diikuti oleh Atok di belakangnya.
Hingga sampailah wanita tersebut di depan gedung perkantoran.
"Jadi wanita itu kerja di sini? Kayaknya Lo nggak bakal dapetin dia, Pul." Ujar Atok yang tengah duduk di warung kopi sembari memperhatikan wanita yang diincar temannya itu.
"Diam Lo! Kalau gue niat, gue juga bisa kerja di kantoran. Sayang aja gue nggak lulus kuliah." Jawab Saipul, lalu menyeruput segelas kopi di meja. "Ah ....mantab."
"Woi siapa Lo?!" Seru seorang bapak-bapak bertubuh besar dengan kumis lebat bertengger di atas bibirnya.
"Saya Saipul dan ini Atok teman saya, Pak."
"Siapa yang tanya nama kalian?! Lo ngapain minum kopi gue!" Tanya pria tersebut dengan memasang mimik wajah dengan gaharnya.
"He...he..ini kopinya Mas Adam ya? Saya pikir nggak ada pemiliknya." Ujar Saipul tersenyum nyengir.
"Siapa Mas Adam? Gue bukan Adam."
"Suaminya Mbak Minul. Eh bukan, mbak Inul" Timpal Atok menanggapi.
"Gue bukan Adam, bocah!"
"Lah itu, kumisnya kayak bulu ketek gorila."
Langsung saja Saipul kabur setelah meledek pria tersebut.
"Woi Pul, tunggu!" Atok ikut lari dengan gitar di tangannya.
Kini Saipul dan Atok sedang berteduh di warung kecil di bawah pohon yang tak jauh dari gedung perkantoran.
Karena sangking penasarannya, Saipul memutuskan menunggu wanita itu dengan setia sampai jam pulang kerja. karena rencananya dia ingin meminta nomer ponsel wanita idamannya itu.
"Lo gila, Pul. Lo nungguin tu cewek cuma mau minta nomernya. Iya kalau dia mau, kalau nggak?" Atok terus berkicau karena tak tahan dengan tingkah temannya yang sudah kesambet Dewi Cinta.
Bukannya menanggapi ucapannya, Saipul menatap Atok sambil memasang wajah bodoh amat.
Atok pun hanya menghela nafas dalam dengan respon masa bodoh temannya itu.
Detik demi detik, menit demi menit dan akhirnya jam pulang kantor pun tiba.
"Tok, dia keluar!" Seru Saipul sembari tangannya menari rambut Atok.
Atok yang tengah minum, sontak kaget. "Asem! Rambut gue sakit, Pul!"
Tapi Saipul tak memperdulikan betapa menderita temannya itu mengikuti kemauannya.
Saipul mulai merapikan penampilannya. Bersiap menghampiri wanita tersebut. Namun baru beberapa langkah, dia langsung berhenti.
Tepat di kedua matanya, terlihat wanita itu di jemput oleh seorang pria bermobil mewah. Hatinya menciut. Dia tidak lagi percaya diri seperti di awal. Karena dia sadar posisinya.
Lalu sebuah tangan menepuk punggungnya. Sudah jelas itu adalah Atok. Temannya itu memberikan semangat untuknya agar tak bersedih hati.
Pada akhirnya Saipul pulang dengan perasaan kecewa.
Beberapa hari setelah pertemuannya dengan wanita asing tersebut, Saipul tak berjumpa lagi dengan sosoknya. Namun wajahnya masih terbayang-bayang seperti hantu.
Atok yang melihat perubahan sikap kawannya itu cukup cemas. Dia akhirnya mengajak Saipul untuk narik angkot milik tetangganya, karena memang hari ini mereka sedang tidak ingin mengamen.
Pagi itu pasar sedang ramai-ramainya. Terlihat Saipul yang mencari penumpang, sedangkan Atok menunggu di depan mobil angkot sambil menikmati rokok.
"Joyoboyo, Wonokromo." Seru Saipul mencari penumpang.
"Angkot mbak?" tanya Saipul pada beberapa pengunjung pasar yang wara-wiri.
"Saipul." Tiba-tiba suara panggilan dari seseorang yang terdengar dari belakang punggungnya.
Saipul berbalik Arah.
Deg...
Jantungnya langsung berdetak kencang seperti genderang. Dia mematung seperti boneka manekin. Matanya bahkan tak berkedip dan bibir merapat tak bisa berkata apa-apa.
"Kamu Saipul, kan?" Sekali lagi sosok wanita itu bertanya, hingga Saipul yang tadinya hanya diam, kini mulai merespon dengan tubuh yang agak gemetar karena gugup.
"M-mbak kenal saya?" tanya Saipul pada sosok yang selama ini telah mencuri hatinya. Dia tak lain wanita yang di kejar Saipul tempo hari.
"Kamu nggak ingat aku. Aku putri, anak Pak Wowo yang pernah ngontrak di samping rumah kamu." ungkap Wanita yang mengaku bernama putri tersebut.
"Pu-putri anak bapak kades yang suka berak di celana itu?"
"ih...kamu. Itu kan dulu pas waktu kecil." Jawab putri sambil mengulas senyum manis ke arah Putri.
"Tok Atok..." Saipul berteriak keras memanggil Atok.
Putri jelas kaget dengan kelakuan Saipul, yang ternyata tetangganya dulu, sebelum akhirnya dia pindah rumah.
"Pul, ada apa?" tanya Atok panik, yang kini sudah ada di hadapan nya.
"Tampar wajah gue." perintah Saipul.
"Loh, emang kenapa?"
"Sudah...jangan banyak tanya, tampar saja."
Plak...
Atok menampar pipi Saipul dengan perasaan bingung.
"Kurang keras" ucap Saipul lalu meminta kembali untuk menamparnya. Tapi Saipul merasa kurang puas.
"Lo laki atau bukan sih, Tok. yang keras dong."
"Ok" Atok langsung meraih sandal jepitnya.
Plak...
Plak...
Plak...
Plak...
Plak...
Suara tamparan renyah hasil dari sentuhan sandal jepit milik Atok.
"Cukup Tok! Lo gila ya, lo mau bikin muka gue miring." Saipul meringis kesakitan sembari memegang pipinya yang memerah.
"Lo tadi minta yang keras. Apa kurang keras? pake balok kayu gimana?" ujar Atok terkekeh.
"Bocah edan! Lo mau bunuh gue." Ucap Saipul merasa dongkol.
Kini pandangan Atok terpusat pada Putri. Dan akhirnya dia pun sadar siapa sosok di hadapannya itu.
Atok menyenggol lengan Saipul. "Dia wanita itu, kan?" dengan suara rendah.
Saipul mengangguk mengiyakan.
Di kesempatan itu, Saipul berbincang untuk pertama kalinya dengan putri yang tumbuh dewasa dengan paras yang teramat cantik. Dia tak menyangka wanita elok ini adalah tetangga sekaligus temannya di waktu kecil.
Hingga fakta baru yang membuat jiwanya melayang di udara adalah bahwasanya pria yang menjemput putri di kantor waktu itu adalah Kakaknya, Iqbal. Sudah pasti Saipul tahu siapa Iqbal. Karena di waktu kecil, Saipul juga sering bermain dengannya.
Pucuk di cinta ulam pun tiba. Mungkin pribahasa itulah yang cocok dengan pertemuan tak terduga keduanya.
Semenjak pertemuan itu, Saipul berusaha mengambil hati si Putri. meskipun dia sadar, status sosial akan menjadi tembok terbesarnya untuk mendapatkan wanita pujaannya. Namun dengan kegigihan dan kerja keras tanpa mengenal lelah, Saipul akhirnya mendapatkan calon ibu untuk anak-anaknya, setelah berhasil menyakinkan kedua orang tua putri untuk merestui hubungan mereka.
Hingga akhirnya Saipul berencana menikahi Putri setelah enam bulan berpacaran. Mungkin ini yang di katakan jodoh tak akan kemana.
Jelas keberhasilan Saipul tidak lepas campur tangan sahabatnya, Atok. Dia selalu membantu Saipul, walau terkadang dia hanya sebagai obat nyamuk di tengah kemesraan mereka.
Tapi begitulah yang namanya sahabat. Sahabat seperti semanggi berdaun empat, sulit ditemukan, beruntung dimiliki."
Begitulah kisahnya. Sekian dan terimakasih.
***
Buat gombalan sorry to sorry kalau kurang berkenan pembaca sekalian. Tapi aku usahakan biar kalian tergombal-gombal.
Cerpen dan gombalan maut ini untuk memeriahkan event di GC LITTLE FAMS dan aku persembahkan untuk para pembaca semua.
****************
🤵 Kamu tahu bedanya tas sama kamu?
👰 Nggak tahu beb.
🤵 Kalau Tas di tenteng, kalau kamu di gandeng 🤗
🗣️ Cie...cie...cie....!!!😄
----------------
👰 Bang, kamu tahu bedanya penjaga gawang sama kamu?
🤵 Nggak tahu..
👰 kalau penjaga gawang jagain gawangnya biar nggak kebobolan lawan, sedangkan kamu jagain hati aku biar nggak di bobol orang.
🗣️ cie...cie...cie...!!!