Dunia tanpa cahaya. Kegelapan yang abadi meliputi segala penjuru, menelan setiap sudut dan celah kehidupan. Sejak dahulu kala, tidak ada seorang pun yang pernah melihat cahaya matahari atau merasakan kehangatannya. Malam yang tak berujung menjadi teman setia, membawa serta dingin dan sunyi yang menusuk hingga ke tulang. Namun, di balik kegelapan yang mencekam ini, masih ada harapan yang tersisa dalam hati manusia.
Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di dalam Abyss, sebuah jurang gelap yang tak berujung, hiduplah seorang gadis bernama Pita. Desa itu adalah tempat yang ia sebut rumah, meski tak ada yang istimewa di sana. Hanya kegelapan dan keputusasaan yang selalu menemani. Namun, Pita memiliki sesuatu yang langka, sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain di desanya – mimpi.
Pita bermimpi tentang dunia yang penuh cahaya, di mana sinar matahari menyinari setiap sudut dan memberikan kehangatan bagi semua. Dalam mimpinya, bunga-bunga bermekaran, dan pepohonan hijau tumbuh subur. Ia bermimpi tentang kehidupan yang lebih baik, jauh dari kegelapan yang menjerat mereka. Mimpi itulah yang membuatnya tetap bertahan, yang memberinya alasan untuk terus hidup meski dalam kegelapan yang tak berujung.
Di tengah keputusasaan dan kesunyian, Pita bertemu dengan seseorang yang akan mengubah hidupnya selamanya. Seorang pria misterius yang datang dari tempat yang jauh, membawa serta harapan dan rahasia yang tak terduga. Pertemuan ini akan membawa Pita ke dalam petualangan yang penuh tantangan dan pengorbanan, menuju sebuah cahaya yang selama ini hanya ada dalam mimpinya.
---
Di desa kecil yang terletak di dasar Abyss, Pita menjalani hari-harinya dengan rutinitas yang monoton. Setiap pagi, meski tak ada sinar matahari yang menandai awal hari, Pita bangun dari tidurnya dan memulai pekerjaannya. Ia adalah seorang penenun, yang membuat kain-kain dari serat tanaman yang tumbuh di kegelapan. Kain-kain ini kemudian dijual atau ditukar dengan kebutuhan sehari-hari.
Suatu hari, saat Pita sedang mengumpulkan bahan di tepi jurang, ia mendengar suara langkah kaki. Langkah-langkah itu terdengar asing dan berbeda dari suara-suara yang biasa ia dengar di desanya. Pita merasa penasaran dan memutuskan untuk mencari tahu dari mana suara itu berasal. Di balik sebuah batu besar, ia melihat sosok pria yang tak dikenalnya. Pria itu tampak kebingungan, seolah-olah tersesat di dalam Abyss.
"Siapa kamu?" tanya Pita dengan suara lembut namun tegas.
Pria itu terkejut dan menoleh ke arah Pita. "Aku... Aku hanya seorang pengembara," jawabnya ragu-ragu. "Aku sedang mencari jalan keluar dari kegelapan ini."
Pita mengamati pria itu dengan seksama. Ada sesuatu yang berbeda dari dirinya, sesuatu yang membuat Pita merasa tertarik. "Kamu tidak berasal dari desa ini, bukan?" tanyanya lagi.
Pria itu menggeleng. "Tidak, aku berasal dari tempat yang jauh. Aku datang ke sini mencari sesuatu yang hilang."
Pita merasa ada sesuatu yang tak biasa dari pengembara ini. Meski ia tak tahu pasti apa yang dicari pria tersebut, ia merasa ada koneksi yang tak bisa dijelaskan. "Kalau begitu, ikutlah denganku. Aku akan membawamu ke desaku," kata Pita akhirnya.
Pria itu tersenyum tipis dan mengangguk. "Terima kasih. Aku sangat menghargainya."
Pita membawa pria itu kembali ke desanya. Sepanjang perjalanan, mereka berbicara tentang banyak hal – tentang kegelapan yang melingkupi dunia mereka, tentang mimpi-mimpi Pita, dan tentang pencarian pria itu. Meski mereka baru saja bertemu, Pita merasa seolah-olah ia telah mengenal pria ini sepanjang hidupnya.
Di tengah kegelapan Abyss, sebuah ikatan mulai terbentuk. Sebuah ikatan yang akan membawa mereka pada perjalanan yang penuh tantangan dan harapan.
---
Hari-hari berikutnya, Pita dan pria itu mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Mereka sering berjalan-jalan di sekitar desa, berbagi cerita dan impian. Pria itu sangat tertarik pada mimpi-mimpi Pita tentang dunia yang penuh cahaya. Ia mendengarkan dengan seksama setiap kali Pita berbicara tentang bunga-bunga yang bermekaran dan pepohonan hijau yang tumbuh subur di bawah sinar matahari.
"Aku selalu bermimpi tentang tempat seperti itu," kata pria itu suatu hari. "Mungkin, hanya mungkin, tempat seperti itu benar-benar ada."
Pita menatap pria itu dengan penuh harapan. "Aku juga ingin percaya begitu. Itulah yang membuatku tetap bertahan dalam kegelapan ini."
Suatu malam, saat mereka duduk di bawah bintang-bintang yang redup, pria itu berbicara tentang pencariannya. "Aku datang ke Abyss ini karena aku mendengar legenda tentang sebuah sumber cahaya yang tersembunyi di kedalaman ini. Mereka bilang, siapa pun yang menemukannya bisa membawa cahaya kembali ke dunia."
Pita terdiam sejenak. "Kamu benar-benar percaya pada legenda itu?"
Pria itu mengangguk. "Ya, aku percaya. Dan aku ingin mencarinya."
Pita merasa ada sesuatu yang kuat dalam kata-kata pria itu. Ia merasa tergerak untuk ikut serta dalam pencarian ini. "Kalau begitu, aku akan membantumu. Kita akan mencari sumber cahaya itu bersama-sama."
---
Hari demi hari berlalu, dan Pita semakin dekat dengan pria itu. Mereka berdua saling mendukung dan memberi kekuatan satu sama lain. Pita merasa hatinya mulai terikat pada pria itu. Ada sesuatu yang spesial dalam kebersamaan mereka, sesuatu yang membuat kegelapan di sekitarnya terasa lebih ringan.
Suatu hari, saat mereka sedang menjelajahi bagian terdalam dari Abyss, pria itu berhenti dan menatap Pita dengan serius. "Pita, aku ingin mengucapkan terima kasih. Tanpa dirimu, aku mungkin sudah menyerah. Kamu memberiku alasan untuk terus berjuang."
Pita merasa wajahnya memerah. "Aku juga merasakan hal yang sama. Kamu membuatku percaya bahwa masih ada harapan di dunia ini."
Mereka saling bertatapan dalam keheningan, merasakan koneksi yang kuat di antara mereka. Dalam kegelapan Abyss, cinta mereka mulai tumbuh, memberikan mereka kekuatan untuk menghadapi segala tantangan yang akan datang.
---
Suatu malam, setelah hari yang panjang menjelajahi kedalaman Abyss, pria itu memutuskan untuk mengungkapkan rahasia yang selama ini ia simpan. "Pita, ada sesuatu yang harus kamu ketahui tentang diriku."
Pita merasa hatinya berdebar-debar. "Apa itu?"
Pria itu menarik napas dalam-dalam. "Aku sebenarnya bukan manusia biasa. Aku berasal dari tempat yang jauh, dari dunia yang pernah disinari oleh cahaya. Aku datang ke sini untuk mencari cara mengembalikan cahaya itu."
Pita terkejut mendengar pengakuan itu. "Kamu... Kamu berasal dari dunia yang berbeda?"
Pria itu mengangguk. "Ya. Di dunia asalku, kami pernah hidup dalam terang. Tapi suatu hari, cahaya itu menghilang, dan dunia kami berubah menjadi gelap. Aku dikirim ke Abyss ini untuk mencari sumber cahaya yang bisa mengembalikan terang ke dunia kami."
Pita merasa campuran antara kekaguman dan kebingungan. "Jadi, tujuanmu datang ke sini adalah untuk membawa cahaya kembali ke duniamu?"
"Benar," jawab pria itu. "Tapi sekarang, aku juga ingin membawa cahaya itu untukmu, untuk kita."
Pita merasakan air mata mengalir di pipinya. "Aku tidak peduli dari mana kamu berasal. Yang penting adalah apa yang kita rasakan sekarang, di sini."
Pria itu tersenyum dan meraih tangan Pita. "Aku berjanji, kita akan menemukan cahaya itu bersama-sama."
---
Pita dan pria itu memutuskan untuk melanjutkan pencarian mereka dengan lebih gigih. Mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi cinta dan tekad mereka memberikan mereka kekuatan yang luar biasa. Mereka menghadapi berbagai rintangan – medan yang berbahaya, makhluk-makhluk yang mengintai dalam kegelapan, dan tantangan fisik yang melelahkan.
Suatu hari, mereka menemukan sebuah petunjuk yang menunjukkan bahwa sumber cahaya yang mereka cari berada di bagian terdalam dari Abyss, di tempat yang dikenal sebagai Hati Kegelapan. Tanpa ragu, mereka memutuskan untuk menuju ke sana, meskipun mereka tahu bahwa perjalanan itu bisa sangat berbahaya.
Selama perjalanan menuju Hati Kegelapan, Pita dan pria itu semakin dekat. Mereka saling memberi semangat dan dukungan, menghadapi setiap tantangan bersama. Kebersamaan mereka membuat setiap langkah terasa lebih ringan, meski jalan yang mereka tempuh penuh dengan bahaya.
---
Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, Pita dan pria itu akhirnya tiba di Hati Kegelapan. Di depan mereka, berdiri sebuah pintu besar yang terbuat dari batu hitam, dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang bercahaya redup. Di balik pintu itulah, mereka percaya, terletak sumber cahaya yang bisa mengubah nasib dunia mereka.
Namun, saat mereka mendekati pintu itu, sebuah suara misterius menggema di sekitar mereka. "Hanya yang bersedia mengorbankan dirinya demi cinta yang akan mampu membuka pintu ini," kata suara itu.
Pita dan pria itu saling berpandangan, memahami arti dari kata-kata tersebut. "Aku akan melakukannya," kata pria itu dengan tegas.
"Tidak!" seru Pita. "Kita akan menemukan cara lain. Kita bisa membuka pintu ini tanpa pengorbanan."
Pria itu menggeleng. "Tidak, Pita. Ini adalah satu-satunya cara. Aku harus melakukannya."
Pita merasa hatinya hancur. "Tidak, aku tidak bisa kehilanganmu."
Pria itu tersenyum dan menggenggam tangan Pita dengan erat. "Aku akan selalu bersamamu, dalam cahaya maupun kegelapan. Cinta kita tidak akan pernah padam."
Dengan kata-kata itu, pria itu melangkah maju dan meletakkan tangannya di pintu batu. Cahaya terang tiba-tiba meledak dari pintu tersebut, menyelimuti pria itu. Pita berteriak, tetapi cahaya itu terlalu kuat. Dalam sekejap, pria itu menghilang, dan pintu batu terbuka dengan sendirinya.
Pita terjatuh ke tanah, air mata mengalir deras di pipinya. "Tidak..." bisiknya dengan suara patah.
Namun, saat ia bangkit dan berjalan memasuki ruangan di balik pintu, ia melihat sumber cahaya yang mereka cari – sebuah kristal besar yang bersinar dengan keindahan yang tak terbayangkan. Cahaya dari kristal itu memancar, mengusir kegelapan di sekitarnya. Pita tahu bahwa ini adalah harapan yang mereka cari.
Dengan hati yang berat, Pita mengambil kristal itu dan keluar dari Hati Kegelapan. Ia tahu bahwa pengorbanan pria itu tidak akan sia-sia. Dengan kristal itu, ia akan membawa cahaya kembali ke dunia mereka.
---
Pita kembali ke desanya dengan kristal cahaya di tangannya. Saat ia tiba, cahaya dari kristal itu mulai menyebar, mengusir kegelapan yang telah menyelimuti dunia mereka selama berabad-abad. Orang-orang keluar dari rumah mereka, tercengang melihat sinar terang yang mereka pikir sudah lama hilang.
Pita berdiri di tengah desa, memegang kristal itu dengan erat. Ia merasakan kehangatan dan kedamaian yang mengalir dari cahaya tersebut. Dalam hatinya, ia tahu bahwa pria itu selalu bersamanya, dalam setiap sinar cahaya yang menyinari dunia mereka.
Dunia tanpa cahaya kini berubah. Kegelapan yang pernah mencekam mulai menghilang, digantikan oleh sinar terang yang membawa harapan baru. Bunga-bunga mulai bermekaran, pepohonan hijau tumbuh subur, dan kehidupan yang lebih baik mulai terbentuk.
Pita merenung tentang perjalanan yang telah ia lalui dan pengorbanan besar yang telah dibuat. Cinta sejati, pikirnya, adalah tentang memberi tanpa mengharapkan imbalan, tentang percaya dan berkorban demi kebahagiaan orang yang kita cintai.
Dengan hati yang penuh dengan cinta dan harapan, Pita berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menjaga cahaya ini selamanya. Dunia mungkin telah kehilangan seseorang yang sangat berharga, tetapi melalui pengorbanan itu, mereka mendapatkan masa depan yang cerah.
---
Di dunia yang dulu tanpa cahaya, kini berdiri seorang wanita dengan hati yang penuh cinta. Pita, yang pernah bermimpi tentang cahaya, kini hidup dalam terang yang nyata. Ia tahu bahwa cinta yang mereka miliki akan selalu ada, menerangi setiap langkahnya, dan memberi kekuatan untuk menghadapi apapun yang akan datang.
Cinta sejati, seperti cahaya itu sendiri, tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya menunggu untuk ditemukan, di dalam hati mereka yang percaya.
---