Sore itu hujan , jam 18.00 sehabis magrib rumah sakit tiba-tiba harus diramaikan dengan pasien korban kecelakaan kereta. Aku sebagai dokter magang di sana juga harus ikut kelimpungan menangani beribu pasien.
Katanya salah satu kereta remnya tidak berfungsi dan mau tidak mau tabrakan dengan kereta lain pun terjadi. Memakan korban yang amat sangat banyak. Dan rumah sakit 'Bunga Kasih' menjadi yang pertama memberikan pertolongan karena satu-satunya rumah sakit yang dekat dengan lokasi kejadian.
Pukul 03.45 kami baru saja bisa beristirahat, setelah hampir 10 jam kita menangani pasien-pasien korban kecelakaan tersebut. Sebagian teman-temanku memilih untuk pulang namun sebagian lainnya memilih untuk menginap di Rumah Sakit.
Aku sendiri memilih untuk menginap, karena jarak dari kosanku ke rumah sakit lumayan jauh. Biarlah aku tidur untuk beberapa jam saja sebentar sebelum pulang.
Saat ini aku sedang di asrama untuk para magang. Beruntung rumah sakit ini dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap, jadi tidak khawatir untuk para staff dan karyawan di sini.
Karena waktu subuh masih setengah jam lagi aku memutuskan untuk tidak tidur karena takut terlewat waktu sholat subuh.
"Dokter Mesya, anda tidak tidur?" tanya Alini sebagai salah satu suster di sana.
"Oh, engga Suster Al. Bentar lagi subuh takutnya nanti keblabasan kalo tidur sekarang" jawabku.
"Oalah, kalau begitu saya tidur dulu ya Dok kepala saya sudah pusing" kata suster Alini.
"Iya sus, selamat istirahat" ucapku padanya.
Setelah suster Alini masuk kamar, suasana menjadi begitu sepi. Hanya ada aku sendiri duduk di sofa ruang tengah mess tersebut. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu yang terdengar.
'Tok Tok Tok'
Aku menghiraukannya karena kupikir itu karyawan lain yang datang. Tapi, ketukan pintu terdengar kembali.
'Tok Tok Tok'
"Hah? siapa sih? kalau karyawan kok ga masuk-masuk?" batinku berfikir.
Suara itu terdengar kembali dan kali ini terdengar semakin kencang.
'Tok Tok Tok'
Akhirnya dengan langkah kesal aku menuju pintu untuk membukakan. Tapi saat aku buka tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya dinginnya hembus angin malam yang terasa. Seketika, aku merinding dan lantas langsung menutup kembali pintu.
Sesaat setelah aku menutup pintu, lampu tiba-tiba saja padam.
'Klik'
Aku mencoba untuk tenang, walau jantungku berdegup kencang. Sambil meraba-raba sekitar, aku maju dengan perlahan mencoba mencari saklar untuk menghidupkan lampu kembali. Tetapi sebelum aku menemukan saklar lampu, sesuatu terasa menahan kakiku hingga aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Lampu yang sebelumnya mati, tiba-tiba saja menjadi menyala-mati.
'Brak'
Pintu yang sebelumnya tertutup, kini terbuka lebar dengan angin yang berhembus kencang masuk. Aku semakin takut. Nafasku menjadi tidak beraturan. Aku mencoba berdiri.
Tetapi sebelum aku berhasil berdiri. Tubuhku sudah dihantamkan ke tembok dan leherku terasa seperti dicekik. Aku tidak tahu makhluk apa yang mencekikku ini. Aku tidak tahu ada masalah apa aku sebelumnya dengannya.
Aku hampir tidak bisa bernafas. Sesaat sebelum aku tidak sadarkan diri, cekikan dileherku terasa dilepas sehingga aku bisa bernafas kembali.
Tetapi, sesaat setelah aku menarik nafas lantai tiba-tiba saja menjadi penuh darah. Terdengar teriakan meminta tolong yang memekakkan telinga.
"SIAPA KALIAN?!! PERGIII!!!" teriakku sambil menangis menutup telinga.
Akan tetapi suara itu tidak berhenti justru malah semakin kencang terdengar. Sakitt.. telingaku sakitt..
"TOLONGG!!!"
"TOLONGG!!"
Hingga tidak terasa telingaku sudah mengeluarkan darah. Aku menangis.. aku tidak tahu mengapa teman-temanku yang lain tidak terbangun. Aku tidak tahu kenapa mereka tidak mendengar teriakkanku. Aku terus berteriak, hingga tenggorokanku terasa sakit.
Tidak lama kemudian berhenti, semua terasa normal kembali. Seperti tidak ada apa pun yang terjadi. Lalu aku bangkit, ak mencoba untuk berjalan masuk ke kamar walau kakiku terasa lemas.
Saat masuk, aku melihat tiga teman sekamarku menatapku dengan mata yang memerah. Aku lantas bingung, dan bertanya.
"Kalian kenapa? kok belum tidur? dan kenapa mata kalian merah kayak gitu?" tanyaku dengan suara yang serak.
Suster Alina yang tadi menyapaku sekaligus menjadi teman sekamarku menghampiriku dan tiba-tiba saja mendorongku hingga aku terjatuh. Dia kemudian naik ke atas badanku dan mencekikku. Aku mencoba untuk melepaskan diri, akan tetapi dua orang lainnya ikut menahan kakiku.
Sesaat sebelum aku kembali tidak sadarkan diri , aku melihat Suster Alina yang menyeringai terhadapku. Kemudian, semua terasa gelap.
****
Aku terbangun kala merasa tubuhku diguncang. Saat aku membuka mata, kudapati tiga temanku tadi termasuk Suster Alina menatap khawatir kepadaku.
"Dokter Mesya, anda tidak apa-apa??" tanya Suster Alina.
"Ada apa? apa yang terjadi?" tanyaku pada mereka dengan agak linglung.
"Anda tadi mengigau dan menangis meminta tolong, kami khawatir karena itu membangunkan anda" ucap Suster Riana
"Ahh,tadi saya mungkin ketiduran dan bermimpi buruk" jawabku.
"Baiklah kalau begitu, apa anda ingin ikut kami ke masjid? sudah waktunya sholat subuh" ajak Dokter Aisyah
"Iya sebentar, saya siap-siap dulu kalau begitu" jawabku.
"Iya akan kami tunggu"
****
Masjid di rumah sakit ini berada di atas cafetaria, yang letaknya di depan lorong ruang operasi. Di depan terdapat tempat administrasi, ruang spesialis dan UGD. Setelah ruang operasi ada beberapa kamar inap lantai bawah dan tangga menuju lantai atas. Sedangkan di belakang ada tempat parkir belakang dan koperasi. Di gedung lain terdapat tempat pengambilan obat, laboratorium, gudang dan kamar mayat. Asrama kami sendiri berada di sebelah koperasi dan di depan tempat parkir staff dan karyawan.
Setelah sholat, saat dalam perjalanan kembali ke asrama aku melihat sosok wanita berbaju putih dan berambut panjang menghadap ke tembok di daerah tempat parkir karyawan dan staff. Aku merasa aneh, dan lantas bertanya kepada Dokter Aisyah yang berjalan di sampingku.
"Dokter Aisyah, lihat deh di parkiran sana. Siapa perempuan itu kok aneh berdiri ngadep tembok gitu?" tanyaku.
"Hah? perempuan mana? engga ada perasaan" ujar Dokter Aisyah dengan heran.
"Hah?"
Seketika aku bingung, dan melihat kembali ke arah perempuan itu. Lantas tahu-tahu perempuan itu memutar kepalanya menatapku sembari tersenyum mengerikan mengucapkan 'hai'.