El adalah seorang pria yang bekerja sebagai staf manajer di sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Perusahaan yang ia pegang bergerak di bidang makanan, sementara pesaing utamanya adalah perusahaan Xuanxing yang dipimpin oleh Mia. El dan timnya selalu berusaha mengalahkan Xuanxing dalam berbagai aspek bisnis.
Saat ini, El sedang berada dalam rapat penting. Tujuannya adalah untuk merancang strategi guna mengalahkan perusahaan Xuanxing. Namun, El tahu bahwa mengakuisisi saham Xuanxing membutuhkan dana besar yang tidak dimilikinya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menggunakan cara yang lebih konvensional: memperluas jaringan toko mereka hingga mencapai 12.000 toko di seluruh Indonesia.
Waktu demi waktu, usaha El membuahkan hasil. Mereka berhasil mencapai target 12.000 toko. Namun, perusahaan Xuanxing, yang fokus pada promosi dan penjualan murah, tetap menjadi ancaman. Ketika Xuanxing melakukan promosi besar-besaran, perusahaan El menderita kerugian besar. El bingung memikirkan cara untuk keluar dari krisis ini.
Setelah merenung, El menemukan solusi untuk menarik lebih banyak pelanggan: memberikan hadiah untuk setiap pembelian. Dengan promosi ini, setiap pelanggan yang berbelanja minimal 100 ribu rupiah akan mendapatkan kupon undian dengan hadiah utama berupa iPhone 14 dan barang-barang menarik lainnya. Selain itu, El juga menurunkan harga beberapa produk untuk menarik pelanggan. Strategi ini berhasil, penjualan meningkat drastis.
Namun, perusahaan Xuanxing tidak tinggal diam. Mereka meniru strategi El, tetapi hasilnya tidak sebaik yang diharapkan. Toko-toko milik El tetap lebih ramai dikunjungi pelanggan. Pada tahun 2016, perusahaan El diundang ke acara penghargaan bergengsi sebagai salah satu perusahaan terbaik di Indonesia. Meskipun perusahaan Xuanxing akhirnya memenangkan penghargaan tersebut, El tidak berkecil hati. Sebaliknya, ia terinspirasi oleh pidato Mia yang mengumumkan bahwa hadiah uang 50 juta rupiah akan disumbangkan kepada anak yatim dan panti asuhan.
Mendengar niat mulia Mia, El merasa terharu dan mengenang kembali tujuan awalnya bekerja: membantu masyarakat kecil. El pun ingat betapa sulitnya menaikkan harga produk tanpa membebani konsumen kecil. Ia teringat janji yang pernah dibuatnya kepada Tuhan untuk memudahkan hidup rakyat kecil.
Setelah acara penghargaan, El dengan berani menghampiri Mia dan mengucapkan selamat. Ia mengundang Mia untuk makan malam dan berbincang. Walaupun keduanya memiliki jabatan tinggi, mereka tidak gengsi untuk makan di sebuah warung pecel sederhana. Selama makan malam, mereka berbicara tentang pekerjaan dan saling berbagi ilmu. Hingga pada akhirnya, El mengajukan ide untuk bekerja sama.
"Mia, bagaimana jika kita bekerja sama? Daripada terus bersaing, kita bisa saling membantu dan menciptakan lebih banyak manfaat bagi masyarakat."
Mia terdiam sejenak, lalu tersenyum. "El, itu ide yang luar biasa. Aku setuju. Mari kita bersama-sama membuat perubahan positif."
Dengan semangat baru, El dan Mia berjanji untuk menggabungkan kekuatan demi kebaikan bersama. Mereka yakin bahwa dengan bekerja sama, mereka bisa mencapai lebih banyak hal dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat.
Suatu malam yang sejuk, Kiel dan Mia memutuskan untuk makan bersama di sebuah warung nasi goreng sederhana. Mereka berbincang tentang pekerjaan dan saling berbagi ilmu. Di tengah obrolan, El mengajukan tawaran kerja sama kepada Mia. Namun, Mia yang baru mengenal El merasa ragu karena belum memahami sepenuhnya rencana tersebut.
Selesai makan, mereka berjalan pulang. Namun, dalam perjalanan, Kiel mendengar wawancara Mia dengan seorang wartawan. Mia mengatakan bahwa ia akan memberikan hadiah yang diterimanya kepada orang yang membutuhkan. Kata-kata Mia membuat Kiel tersadar akan pentingnya berbagi. Tanpa banyak basa-basi, Kiel mampir ke sebuah warung nasi goreng yang sangat sepi.
Kiel menemukan seorang tukang nasi goreng di pinggir jalan Ahmad Yani. Tukang nasi goreng itu tampak murung dan sepi pelanggan. Tanpa ragu, Kiel memutuskan untuk membeli semua nasi goreng yang dijualnya. Tukang nasi goreng itu kaget dan bersyukur, ia berterima kasih kepada Tuhan.
Saat menunggu nasi goreng disiapkan, seekor kucing jalanan mendekati Kiel. Kucing itu terlihat dekil dan kelaparan. Kiel, yang sangat mencintai kucing, tidak tega melihatnya dalam kondisi seperti itu. Ia segera membeli makanan kucing di minimarket terdekat dan memberi makan kucing tersebut serta anak-anaknya. Melihat kucing-kucing itu makan dengan lahap, Kiel merasa bahagia dan berharap kebaikannya akan dibalas di kemudian hari.
Setelah 36 porsi nasi goreng selesai dibuat, Kiel membayar lebih dari harga yang seharusnya dan meminta tukang nasi goreng untuk membawa pulang dua porsi untuk dirinya dan istrinya yang sedang menunggu di rumah sakit. Tukang nasi goreng itu awalnya menolak, tapi Kiel meyakinkannya bahwa makanan itu penting untuk mereka.
Kiel lalu berkeliling membagikan nasi goreng kepada gelandangan yang tidur di emperan jalan. Ia merasa puas bisa berbagi dan merasa bersyukur masih bisa memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.
Keesokan harinya, Kiel memulai harinya dengan senyum, meski tidak berlebihan agar tidak dianggap gila. Di kantor, ia menjalani rutinitas seperti biasa, bekerja dan menghadiri meeting. Mia, yang melihat Kiel berbagi makanan kepada gelandangan malam sebelumnya, merasa yakin bahwa Kiel adalah orang baik dan memutuskan untuk menerima tawaran kerja sama El.
Hari meeting tiba. Tujuan mereka adalah membantu usaha kecil dengan memberikan lebih banyak promo, terutama untuk bahan makanan. Mereka berdua sepakat untuk fokus pada bagian makanan dibandingkan produk non-makanan.
Di lain waktu, Mia dan El menjalani hubungan profesional tanpa ada hubungan pribadi lebih jauh. Mereka tetap sebagai rekan kerja yang baik. Namun, Kiel yang sudah memiliki kekasih bernama Nindi merasa aneh karena Nindi sudah lama tidak memberi kabar.
Kiel bertemu Nindi secara tidak sengaja di sebuah hotel mewah. Nindi tampak kaget melihat Kiel keluar dari mobil mewah. Namun, saat seorang pria datang memanggil Nindi dengan mesra, Kiel menyadari bahwa Nindi telah berselingkuh. Kiel tetap tenang dan pergi ke tempat meeting tanpa memperdulikannya.
Malam harinya, Kiel makan di warung nasi goreng yang sama seperti kemarin. Tukang nasi goreng itu sangat berterima kasih karena anaknya sudah sembuh berkat bantuan Kiel. Melihat kebahagiaan keluarga itu, Kiel merasa senang telah berbuat baik.
Kiel pulang dengan hati yang penuh rasa syukur. Sebelum tidur, ia tidak lupa untuk beribadah dan mengucapkan syukur karena masih bisa berbagi dengan sesama. Hari-hari berlalu, Kiel menjalani kehidupannya dengan lebih banyak senyum dan kebahagiaan, karena ia tahu bahwa kebaikan hati akan selalu membawa berkah.
Pagi itu, Kiel memulai harinya dengan senyum yang lebih lebar dari biasanya. Ia sadar betul pentingnya sikap positif, meski tak ingin terlalu tersenyum lebar karena takut dianggap gila. Rutinitas kantor berjalan seperti biasa: kerja, meeting, dan kegiatan harian lainnya. Namun, hari itu berbeda ketika Mia menghampirinya sendirian.
"Aku setuju untuk kerja sama ini," kata Mia, kilas balik dalam pikirannya saat ia melihat Kiel berbagi makanan dengan gelandangan. "Orang seperti dia tidak mungkin jahat terhadap perusahaanku," pikir Mia.
Hari demi hari berlalu, dan akhirnya tiba saatnya mereka mengadakan meeting besar. Tujuan mereka jelas: membantu usaha kecil dan warung-warung dengan promosi yang lebih terarah, terutama pada bahan makanan. Hubungan antara Mia dan Kiel tetap profesional, meskipun banyak yang mengira mereka akan menjalin hubungan lebih jauh.
Kiel, yang sebenarnya sudah memiliki kekasih bernama Nindi, sering berpikir tentang betapa fisik memainkan peran penting dalam memilih pasangan. Namun, hubungannya dengan Nindi tidak berjalan baik. Sudah empat bulan tidak ada kabar dari Nindi. Ketika Kiel bertemu Nindi di sebuah hotel mewah, ia kaget melihatnya keluar dari mobil Rolls Royce. Namun, kegembiraan itu cepat pudar saat Nindi muncul bersama pria lain, seorang pegawai perusahaan lain yang menyapa Kiel dengan hormat.
Malam itu, Kiel pergi makan di tempat nasi goreng favoritnya. Di sana, ia bertemu Dea, mantan teman SMA yang dulu ia kejar-kejar. Meskipun terkejut, ia mencoba menganggap biasa saja. Mereka berbincang hangat, dan bapak Dea, sang penjual nasi goreng, bisik-bisik kepada Kiel, "Mas, kalau mau nikah sama anak saya, ambil saja. Saya merestui."
Kiel merasa bimbang, namun bahagia. Ia masih memikirkan Dea, tapi juga sadar bahwa gaya hidupnya yang sering bermain wanita dan pergi ke hotel bukanlah sesuatu yang ia inginkan terus-menerus. Saat Nindi kembali menghubungi Kiel dengan nomor baru, mereka kembali bersama untuk sementara waktu. Setiap kali bersama Nindi, Kiel merasa seperti membayar untuk hubungan mereka, layaknya pacar sewaan.
Namun, kebingungan ini akhirnya membawa Kiel kembali pada jalur spiritual. Ia berdoa dan memutuskan untuk mencari istri sejati. Saat Dea menolak lamarannya dengan alasan belum siap, Kiel merasa kecewa. Namun, ia kembali mengingat restu bapak Dea dan akhirnya memutuskan untuk mencoba lagi.
Besoknya, Kiel datang ke rumah Dea. Di depan orang tua Dea, ia melamar Dea dengan penuh keberanian. Dea, meski awalnya ragu, merasa bahwa ini adalah langkah terbaik. Mereka berdua akhirnya menerima bahwa inilah takdir mereka.
Kiel dan Dea menikah, membangun kehidupan yang lebih baik bersama. Hubungan mereka berlandaskan kejujuran dan saling pengertian. Perlahan, Kiel meninggalkan gaya hidup lamanya dan fokus pada keluarga dan pekerjaannya. Masa lalu yang penuh liku itu menjadi pelajaran berharga bagi Kiel, yang kini menjalani hidup dengan lebih bijaksana dan penuh kasih.
Tamat