Riana sudah sampai di rumah makan Almira. Tempat itu adalah tempat favorit yang sering ia kunjungi bersama Hanan. Netranya menyapu out door yang ada di rumah makan tersebut.
Rumah makan yang bernuansa alam tersebut terdiri dari beberapa gazebo yang menghadap persawahan sehingga setiap pengunjung akan merasa rileks dan nyaman. Ia memilih gazebo nomor 6 yang terletak di paling pojok, sesuai permintaan Hanan sebelum berangkat. Kebetulan tempat itu belum ada yang booking.
Riana duduk lesehan menghadap persawahan yang terhampar luas. Burung Pipit beterbangan manakala orang-orangan sawah bergerak menari - nari di tengah hamparan padi.
Riana menolak ketika waiters menawarkan makanan melalui daftar menu.
"Sebentar ya Mas, temanku belum datang." Waiters pun pergi setelah menyerahkan daftar menu.
Riana membaca daftar menu yang tertulis di sana; ada ayam bakar, gerem asem, pecak bandeng, pecak belut, ikan nila bakar, ayam geprek,rabeg (masakan khas Banten) yang harganya lumayan terjangkau untuk ukuran tenaga honorer seperti dirinya.
Rumah makan itu terkadang dijadikan tempat pertemuan rapat, acara keluarga, dan lainnya sehingga harus memesan sehari sebelumnya karena pengunjung rumah makan ini tak pernah sepi pengunjung.
"Assalamualaikum sayang!" Hanan membuka sepatunya kemudian ia duduk berhadapan.
"Waalaikumussalam." Jawab Riana tersenyum manis.
"Sudah pesan makanan?" Tanya Hanan.
"Belum. Kan nunggu kamu." Riana tersenyum kemudian memanggil waiters.
"Saya pesan pecak bandeng 1, sayur asem kemudian......minumannya lemon tea hangat, kamu apa say?" Hanan menanyakan menu makanan yang akan disantap Riana.
"Kalau aku pesan ayam bakar, sayur asem dan minumannya jus alpukat. Tolong bawakan juga otak-otak bakarnya ya!" Ujar Riana lengkap.
"Baik tunggu sebentar ya!" Ujar Waiters beranjak pergi.
Sambil menunggu pesanan datang mereka mengobrol melepas rindu, karena memang akhir-akhir ini mereka jarang bertemu.
"Oiya aku punya sesuatu untukmu, terimalah" Hanan membuka tasnya kemudian ia memberikan paper bag kepada Riana.
"Tadi aku mampir ke butik membeli gaun itu, tolong kamu pake saat acara lamaran, di situ ada hijab juga."
Deg
Besar harapan Hanan agar Riana bisa berhijab sehingga keluarganya bisa menerima Riana sebagai wanita pilihan sesuai kriterianya sebagai calon istri Shalihah. Riana mengetahui hal itu namun ia belum siap untuk mengikuti kemauan Hanan. Riana hanya tersenyum getir.
Tak lama kemudian pesanan pun datang.
"Kita makan dulu aja, selesai makan kita sambung lagi. Hemmmm sedap sekali sepertinya enak." Ujar Hanan sambil mengendus makanan yang sudah tersedia di meja.
Tidak ada yang berbicara saat makan, hanya dentingan sendok saja yang bersuara. Selesai makan mereka melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda.
Selanjutnya Riana mengambil paper bag yang tadi diberikan Hanan untuknya, mendorong paper bag itu di hadapan Hanan.
"Maaf aku tidak bisa menerima ini." Tolak Riana.
"Aaapa maksudmu, kamu tidak suka dengan gaunnya? Bahkan kamu sendiri belum membuka paper bag ini." Hanan agak bingung.
"Bukan.....bukan tidak suka. Apa pun pemberianmu pasti sangat bagus dan pasti aku suka namun ada hal lain yang membuat aku tidak bisa menerima bingkisan ini. Kita harus berpisah" lirihnya. Lidahnya terasa kelu setelah menyampaikan alasannya.
"Berpisah?" Hanan masih terlihat bingung.
"Maksud kamu apa, kita berpisah?" Tanya Hanan lagi.
"Maaf Mas aku tidak bisa menerima lamaranmu. Batalkan saja acara lamarannya. Aku tidak bisa." Lanjut Riana menunduk lesu.
"Iyaa tapi kenapa?" Tanya Hanan butuh jawaban yang jelas.
"Aku..... aku...." Riana menghela nafas panjang.
"Apa karena aku tidak memberimu cincin tunangan?" Tanya Hanan dengan kening berkerut.
"Bukan....bukan itu." Jawab Riana sambil menggigit bibir bawahnya.
"Atau karena aku sering memaksamu untuk berhijab? Kalo memang seperti itu aku tidak akan memaksamu lagi yang penting kamu mau menikah denganku."
"Bukan....bukan itu."
"Lantas apa, tolong beri aku alasan yang masuk akal."
"Aku sudah bertunangan dengan orang lain " Riana memejamkan matanya. Ia tidak sanggup menatap wajah tampan Hanan.
Hanan terhenyak, tidak percaya dengan apa yang diucapkan Riana, ia yang menganggap Riana adalah orang yang setia dan tulus mencintainya ternyata ia mencintai lelaki lain. Apa kurangnya Hanan di mata Riana? Tampang? Materi? Hanan punya segalanya, walaupun itu semua titipan. Titipan dari Sang Maha Pencipta.
Ada perasaan lega setelah Riana mengungkapkan semuanya. Riana tidak boleh egois ia harus memilih salah satu lelaki yang ia cintai. Ia tidak ingin menyakiti Hanan lebih dalam lagi. Riana masih menunduk tidak kuasa untuk melihat reaksi Hanan. Ingin rasanya ia segera pergi dari hadapan Hanan saat itu juga.
Hanan menatap nanar kekasih yang ia sayang selama ini. Berhubungan dengannya tidak pernah ada masalah sehingga ketika ada kata perpisahan terlontar dari mulutnya sungguh sesuatu yang membuat ia sama sekali menganggap itu sebuah lelucon saja. Tidak lucu.
Faktanya kekasihnya itu sudah bertunangan, maksudnya apa? Wanita yang ia jaga selama ini ternyata bertunangan dengan orang lain. Hanan sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya dengan ucapan Riana yang membuatnya shock.
"Kamu bercanda kan? Ri katakan kamu hanya ingin menguji cintaku padamu, iya kan? Dengan mengatakan kamu sudah bertunangan? " Riana hanya menggeleng, ia masih tertunduk lesu tidak berani menatap mata Hanan yang mungkin sudah berkaca-kaca.
"Katakan apa salahku Ri? Apa selama ini aku tidak membuatmu nyaman? Apa aku pernah membuatmu kecewa? Atau jangan-jangan kamu dijodohkan?" Riana masih menggelengkan kepala, seperti anak kecil yang sedang diinterogasi oleh ayahnya karena memiliki kesalahan.
"Kalau memang kamu dijodohkan, aku akan berjuang mendapatkanmu. Aku akan bilang ke orang tuamu aku pun bisa membahagiakanmu selamanya. Ri aku benar-benar sayang kamu. Aku ga bisa kalau ending hubungan kita seperti ini. Aku ga bisa Ri." Hanan mencoba untuk bisa meyakinkan kekasihnya itu.
Akhirnya Riana harus mengungkapkan kebenaran yang selama ini ia lakukan bersama Ferdi, namun ia tidak akan jujur terhadap aib yang sudah ia buat sendiri. Biarlah ia tutup rapat rahasia besarnya, Hanan atau siapapun tidak boleh ada yang tahu.
"Maafkan aku, Han. Jauh sebelum mengenalmu aku sudah berhubungan dengan seorang pengusaha. Dia sering meninggalkanku karena tugas kantor. Kadang seminggu, sebulan, dua bulan, kami berhubungan jarak jauh. Aku kesepian Han, aku merasa tidak sanggup berpisah dengan orang yang aku cintai, namun setelah mengenalmu dan kamu menyatakan cinta padaku sungguh aku pun juga mencintaimu dan hari - hariku terasa lebih berwarna. Terimakasih kamu sudah menemaniku sampai saat ini. Namun aku ga bisa egois aku harus memilih salah satu antara kamu atau dia. Dan aku memilih dia karena dia orang pertama yang sudah......" Riana akhirnya membuka kisahnya tanpa Hanan minta.
"Cukup! Jadi seperti itu hubungan kita selama ini. Kamu keterlaluan Ri. Kamu sudah menjadikanku cadangan di saat pacarmu itu sedang pergi bertugas! Jadi memang benar gosip yang beredar di sekolah bahkan aku ga percaya tuduhan miring itu, kenapa? Karena aku sayang sama kamu, cinta sama kamu. Tapi apa? Ternyata kebenaran itu datang dari mulutmu sendiri. Kamu tega memilih dia, kenapa? Karena dia lebih kaya? Oooh ya secara ia seorang pengusaha sedangkan aku seorang guru honor memang ga sebanding, jauh berbeda antara langit dan bumi!" Hanan menggelengkan kepalanya sulit dipercaya.
Hanan mencoba menetralkan emosinya yang naik turun sedangkan Riana mengangguk, membenarkan kan itu semua, seraya meminta maaf sambil menangis.
Riana sebenarnya tidak tega melepas seorang Hanan yang masih terukir di dalam hatinya. Di sisi lain ia pun tidak ingin berpisah dengan Ferdi. Kalau seandainya diperbolehkan untuk memiliki keduanya akan Riana terima lamaran Hanan namun agama pun melarang adanya poliandri.
Hati Hanan merasa tersakiti untuk kedua kalinya. Ia tidak menyangka wanita yang ia cintai tega menjadikannya cadangan.
"Ternyata semua wanita sama saja hanya memikirkan dirinya. Hanya mengincar hartanya sungguh miris." Gumamnya. Tak terdengar jelas di telinga Riana. Hanan menghela napas panjang,
"Baik.....baik kalau keputusan ini yang kamu inginkan. Aku pun tidak bisa memaksamu untuk menerimaku lagi." Hanan mencoba untuk mengikhlaskan walaupun dengan berat hati. Ia tersenyum getir.
"Aku harap tidak akan ada lagi Hanan yang lain yang dibodohi oleh wanitanya selama bertahun-tahun" Kata-kata Hanan cukup menohok relung hati Riana sehingga membuatnya menangis.
"Makasih kamu sudah datang. Ini pertemuan kita yang terakhir. Bawalah paper bag ini. Ini sudah jadi milikmu, pantang bagiku untuk membawa kembali barang yang sudah kuberi. Kalau kau tidak suka berikan barang ini kepada orang yang membutuhkan. Semoga kamu bahagia" Hanan memakai kaca mata hitamnya dan memakai sepatunya lalu pergi meninggalkan Riana yang masih sesenggukan.
Hati Hanan hancur. Baru kali ini ia diputus kan cinta. Sangat pedih ia rasakan. Riana begitu tega memilih orang lain daripada dirinya.
****************
Hallo guys salam kenal dari penulis FR Nursy yang amatiran tapi berusaha membuat karya terbaik buat kalian.
Cinta memang membuat kita buta ya guys sampai tidak pernah menyadari kalau dirinya diduakan bahkan dijadikan cadangan saja.
Ngenes gak sih?
Semoga kisah di atas tidak terjadi pada kalian ya! Kalau ternyata itu terjadi pada kalian, tenang saja Allah sudah menyiapkan jodoh terbaik buat kalian kok. Jadi sabar ya!
****************
Quotes:
"Bijaklah dalam memilih pasangan hidup. Tinggalkan orang yang tidak setia bersamamu, jodoh tidak akan kemana, ia akan datang menerimamu tanpa syarat."