Tak!
"Aw!" Jennie terbagun dari tidurnya ketika merasakan sesuatu yang sengaja dilempar menghantam dahi mulusnya.
Ia mengelus dahinya dan memfokuskan pandangannya mencari sang pelaku, "Ck! Lo ngapain sih! Sakit tau" omelnya ketika mendapati seorang lelaki yang tengah menatapnya datar tepat di depannya.
"Jam berapa sekarang Jen?"
Jennie melirik jam dinding sekilas, "Jam setengah tu- ... SETENGAH TUJUH! TAEHYUNG NAPA GAK BANGUNIN GUE DARI TADI SIH!" Teriak Jennie yang secara reflek berdiri kemudian berlari menuju kamar mandi dengan tergesa-gesa sampai ia terjatuh.
Bugh!
Lelaki yang dipanggil Taehyung itu hendak menolong Jennie namun segera Jennie bangkit dan langsung masuk ke kamar mandi. Sebelum itu ia berteriak dari dalam "TOLONG MASUKIN BUKU JADWAL HARI INI KE TAS GUE TAE!" Taehyung yang mendengar langsung menata buku jadwal Jennie, setelahnya ia pergi ke bawah untuk sarapan.
...
"Makan yang banyak Tae" ucap papa Jennie.
Taehyun mengangguk dan menyajikan sarapan yang disajikan seperti biasa. Lalu seorang lelaki dengan setelan rapi datang menuju meja makan. "Eh taehyung, jennie baru bangun?" Tanya laki-laki itu sambil dudukkan diri di kursi sebelah Taehyung.
“Hmm, seperti biasa bang..Tadi kalo dahinya gak gue lempar remot AC mungkin gak bangun” ujar Taehyung. Keluarga Jennie hanya menggeleng sambil tersedak.
Taehyun dan Jennie adalah sahabat sedari kecil. Taehyung biasa menjemput Jennie dan ikut sarapan ataupun menginap di rumah Jennie, begitu juga sebaliknya dengan Jennie ketika di rumah Taehyung.
Ketika semua sedang santai memakan sarapan sebuah suara seperti orang jatuh menganggetkan mereka. "Aw!!" Pekik Jennie yang terjatuh sebelum turun dari tangga.
"Jennie sayang, pelan-pelan jalannya" ucap mama Jennie. Jennie tak menggubris ia langsung berlari dan menyeret Taehyung pergi, sebab ini sudah telat.
"Yaudah mah, berangkat dulu ayo Tae! Ini udah jam berapa heh!!" Kata Jennie. Taehyung pun dengan terpaksa meninggalkan sarapannya dan mengikuti Jennie yang sangat tergesa-gesa.
Jennie menyambar sepatunya kemudian berlari menuju mobil Taehyung. Taehyung pun dengan santai menjalankan mobilnya. Ia melirik sedikit Jennie yang sudah mengumpat dengan acara telatnya.
"Lo! Udah tau telat kok santai banget sih! Ini liat udah jam berapa astaga!!" Omel Jennie. taehyung pun tak kuasa menahan tawanya.
"Hahahaha! Santai Jen, masih jam enam pagi" kata Taehyung, Jennie mengernyit heran.
"Tunggu!" Jennie mengecek ponselnya dan benar, ini masih jam enam pagi. Jennie pun mulai geram ia langsung mencubit pinggang Taehyung dengan kuat.
"LO GANTI JAM DINDING KAMAR GUE YA!" teriak Jennie dalam mobil.
"Aduh duh. Lepasin dulu" ringis Taehyung, Jennie pun melepas dan merasa kesal. "Lagian lo gue bangunin gak bangun-bangun kebiasaan lo. Dan sekarang jadwal lo piket" kata Taehyung yang ada benarnya. Jennie memilih diam dan memainkan ponselnya.
Ia membuka instagram dan menstalking orang, setelah menemukan akun orang itu Jennie tersenyum-senyum, "Xixi, ganteng" gumamnnya.
"Ekhem, siapa tuh..." Kata Taehyung, Jennie tak menggubris dan malah beranjak pindah ke jok belakang. Kakinya tak sengaja menyepak wajah tampan Taehyung.
"Buset! Kaki lo astaga"
“Nyenyenye bodo amat rasain tuh” ujar Jennie.
Setelah perdebatan kecil itu, mereka akhirnya sampai juga di sekolah, dan lumayan juga murid-murid yang sudah datang.
"Nanti tungguin gue ya Jen, gue ada basket" kata Taehyung yang hanya ditanggapi Jennie dengan anggukan. Meski lelaki itu tak mengingatkan Jennie juga Jennie sudah tau. Mereka berjalan di koridor sekolah dan memasuki kelas mereka masing-masing.
Baru saja ia sampai di dalam kelas, Jennie sudah di teriaki oleh Rose "JENNIE!!! PIKET!"
Jennie segera melaksanakan piket itu kemudian dia menggosib bersama Rose di sela-sela piketnya. Mumpung kelas hanya ada mereka berdua, sedangkan semua murid kelasnya bersenang-senang di luar.
"Jen? Lo napa sih gak pacaran aja sama Taehyung? Gue liat-liat Taehyung demen deh sama lo" kata Rose, Jennie sudah bosan dengan pertanyaan Rose, ketika Rose bertanya seperti itu jawabannya Jennie hanya.
"Udah biasa, dari dulu Taehyung emang perhatian sama gue dari kecil"
"Nggak Jen, ini tuh beda. Lo inget? Ketika lo pingsan gegara lo sakit dia khawatirnya beuh... Kayak kayak lo dah mau mati anjir" kata Rose berlebihan.
"Yayaya... Tapi Taehyung gak suka gue... Dan gue juga udah suka orang lain yang hanya gue dan tuhan yang tau."
"Btw, gimana nih acara kencan lo sama Jimin kemarin? Lancar?" Seketika Rose tersipu malu.
"Lo tau gak sih Jen, dia udah jadi pacar gue ... Gue ditembak loh. Aduhhh gak sanggup gue cerita saking bapernya AAAA!" Jennie geleng-geleng dan membiarkan Rose baper sendiri.
Ketika ia tengah membuang sampah kelas, matanya tertuju pada seorang kakak kelas yang tak terlalu tampan dan gak jelek juga, wajahnya tampan pas menurut Jennie. Ia terkesima dengan pahatan wajahnya yang terlihat tegas dan yah seperti itu. 'Bagaimana tuhan menciptakan manusia seganteng itu...' batin Jennie melamun sampai ia tak sadar sudah meremat-remat sampah yang akan ia buang.
Seketika lamunannya buyar karna sebuah kantong kresek menutupi wajahnya "Ngelamun terus aja lo. Itu sampah napa lo remet-remet?" yah, suara berat itu Jennie mengenalnya. Siapa lagi kalo bukan Taehyung?
Jennie menjatuhkan kresek berisi sampah itu dan melepas paksa kresek itu dari kepalanya. "Duh ....! Lo napa sih? Ini bekas apa kreseknya?" ujar Jennie kesal.
"Bukan apa-apa, cuman bekas baju olahraganya Jungkook yang bau keringet" setelahnya Taehyung berlari sembari tertawa puas.
"Hihh!! Nyebelin banget sini lo!" Jennie mengejar Taehyung dengan membawa sapu yang ia bawa. Mereka berlarian mengelilingi lapangan diiringi tawa puas Taehyung dan teriakan Jengkel Jennie.
Murid-murid yang melihat mereka berdua hanya geleng-geleng kepala. Murid-murid di sana juga heran, mengapa diantara Taehyung dan Jennie tidak ada kata akur sebentar saja.
"Lis? Lo sama gak, kayaknya gue?" Lisa yang duduk di meja kantin bersama Rose pun menoleh.
"Sama apaan?" Tanya Lisa.
Rose menghela napas, "Sama pengen liat Taehyung dan Jennie damai."
"Mereka tidur damai tuh Rose" seketika Rose langsung menggetok kepala Lisa dengan sendok yang tersedia. Dan Lisa hanya menyengir kuda.
Seorang lelaki yang memerhatikan Jennie mengamuk pun terkekeh geli "Lucu"
•••
Seperti biasa, Taehyung sedang ada ekstrakulikuler basket dan Jennie menunggu di kursi penonton. Sambil duduk sendiri Jennie iseng menstalking instagram seseorang. "Woah baru update! Astaga gans banget..." ucap Jennie ketawa-ketiwi sendiri.
"Ekhem" seketika Jennie terdiam, ia menoleh ke belakang kemudian tersentak kaget karna--- "K-kak Jiyoung?"
"Oh... Jadi selama ini profile beruang itu punya kamu?" ucap Jiyoung seakan menciduk Jennie secara halus.
Jennie tak tahu harus bagaimana, ia jadi merasa malu dan senang sekaligus. "Emm.. hehe" tanpa sadar Jennie terlihat imut dengan ia mengulum bibirnya dan meringis malu.
Jiyoung yang memerhatikan jadi terkekeh pelan, "Kkkk, lucu" pujinya.
Pipi Jennie pun bersemu merah, 'Demi apa astaga!.. gue bilang imut dong' batin Jennie berteriak.
•••
"Tae! Jennie sama siapa tuh?" Tanya Jungkook.
Taehyung menoleh sebentar "Oh, Jiyoung" jawab Taehyung singkat dengan senyum tipis. Jungkook mengangguk dan berpamitan pada Taehyung untuk pergi ke ruang ganti duluan.
Taehyung menatap keduanya yang bercanda ria, ia melihat mereka akrab secara tiba-tiba. "Saatnya berjuang?" Gumamnya, kemudian berlalu untuk masuk keruang ganti.
Setelah isi ruang ganti hanya tinggal Taehyung seorang, Taehyung melamun dan memikirkan sesuatu 'Jennie udah deket sama Jiyoung sekarang. Apa gue nyerah? Atau ... Berjuang?'
Ia mulai menatap kaca 'Namanya cinta harus diperjuangkan.' batinnya yakin. Setelahnya ia keluar dan menjumpai Jennie yang masih berama Jiyoung di sana.
"Jen!" Panggil Taehyung, kedua orang yang asik berbincang itupun menoleh. Lalu Jennie berdiri dan berpamitan pada Jiyoung.
"Kak, eh Jiyoung gue pamit pulang dulu ya.. dada.." Lalu Jennie berjalan ke arah Taehyung.
Jiyoung dan Jennie masih curi-curi pandang dimana Jiyoung yang masih menatap Jennie pergi dan Jennie yang sesekali menoleh ke belakang untuk melihat wajah Jiyoung.
Taehyung seketika mencengkram ujung kepala Jennie dan memutarnya menghadap depan "Kalo jalan itu liat di depan Jen." Jennie mencebikkan mulutnya lalu menuju mobil dan mulai masuk.
Taehyung menghela napas melihat sahabatnya itu. Tak ada hujan tak ada angin, Taehyung tiba-tiba "Jen, nanti malem jalan-jalan yuk" ajak Taehyung dengan tatapan fokus ke depan. Jennie seketika menjadi girang.
"Yuk! Jam berapa nih? Lo yang traktir kan?" Tanya Jennie antusias. Taehyung hanya mengangguk, tanpa Jennie bertanya pun pasti Taehyung yang akan mentraktirnya.
"Jam tujuh nanti gue jemput"
Jennie berteriak girang dalam mobil, kebetulan dia juga ingin pergi keluar dan makan-makan juga.
•••
Saat ini Jennie tengah bersiap-siap untuk pergi dengan Taehyung, cukup pakaian santai saja yakni Hoodie dan celana pendek sepaha dengan sepatu adidas berwarna putih Jennie udah telihat mempesona.
"Sip, tinggal nunggu... Jam berapa nih?" Jennie melihat jam di dinding yang sudah ia ubah sempurna sepulang sekolah.
"Oh kurang dua puluh menit" setelahnya Jennie duduk di sofa ruang tamu sembari bermain ponselnya, ketika asik bermain ponsel, Jennie tiba-tiba mendapat notifikasi pesan dari seseorang.
Ia membukanya dan--- "Dari Jiyoung!" Jennie pun segera membacanya. Mereka sempat bertukar nomor telpon ketika menunggu Taehyung tadi.
Jiyoung : Jennie, ada waktu gak? Kalo ada aku mau ngajakin kamu jalan-jalan sekarang.
Seketika Jennie bingung, ia akan keluar dengan Taehyung tapi ia juga tak ingin menolak ajak Jiyoung. Lalu Jennie pun menemukan pilihannya.
Jennie : Gak ada, jalan-jalan kemana?
Jiyoung : Rahasia, jadi?
Jennie : Ayoklah...
Jiyoung : Oke.. shareloc sekarang rumah kamu
Jennie segera mengirimnya.
Setelahnya ia memberi pesan pada Taehyung.
Jennie : Tae, gak jadi deh. Aku mau pergi sama orang, besok aja deh.
Kemudian Jennie segera berganti pakaian yang lebih bagus dari sebelumnya. Kurang lebih hanya beberapa menit Jennie sudah selesai bertepatan dengan Jiyoung yang sudah sampai.
Jennie membuka gerbang dan melihat Jiyoung yang berdiri bersandar di mobilnya. "Yuk?" Jiyoung membukakan pintu untuk Jennie.
Jennie mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Tanpa berlama-lama lagi Jiyoung menancapkan gas mobilnya pergi.
"Oke, sudah siap" setelah sekian lamanya, Taehyung sudah memilih baju yang tepat untuknya. Ia memakai setelan jas rapi dengan membawa bucket bunga yang indah dan berukuran lumayan besar berbentuk beruang lucu.
Taehyung tanpa melihat ponsel langsung pergi ke rumah Jennie, yang sebenarnya hanya beda komplek saja.
Ketika ia sampai, ia melihat Jennie dengan seorang laki-laki memasuki mobil dan pergi. Di situ Taehyung hendak menanyakannya pada Jennie namun sebuah pesan dari Jennie yang belum ia baca membuat dirinya tersenyum miris.
Taehyung melempar ponselnya ke jok belakang kemudian memutuskan untuk membuntuti Jennie dengan laki-laki yang ia yakini adalah Jiyoung.
Dalam perjalanan, pandangan Taehyung fokus dengan mobil hitam di depannya, pikirannya hanya Jennie. Taehyung merasa dirinya tak rela dan ingin sekali memiliki Jennie seutuhnya, walau sebenarnya ia tau bahwa Jennie sudah menyukai orang lain, yakni Jiyoung.
"Mungkin gue sekarang egois, tapi memang tak bisa dipungkiri Jen, gue udah jatuh cinta sama lo. Dan gue gak mau lo jadi milik orang lain selain gue." Monolog Taehyung yang tetap fokus pada mobil hitam itu yang telihat ia tak ingin kehilangan jejak.
Karna ia terlaku fokus oleh mobil hitam yang ditumpangi Jennie itu, Taehyung tak menyadari jika lampu rambu-rambu lalu lintas itu sudah berwarna merah. Namun terlambat ia melewatinya dan tanpa sengaja...
BRAKK!!
•••
"Aw!" Jennie yang tadi bermain ponsel dalam mobil, tiba-tiba menjatuhkan ponselnya sehingga mengenai tempurung lututnya.
Jiyoung menoleh sekilas, "Ada apa Jen? Kau baik-baik saja?" Tanya Jiyoung.
Jennie terdiam, ia merasakan perasaan yang tak enak. "Ahh tidak apa-apa, hanya kepikiran sesuatu hehe" ujar Jennie seadanya. Jiyoung pun mengangguk, ia tak mungkin bertanya lebih dalam lagi.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di sebuah restoran yang mewah, "Tara.... Sudah sampai" ujar Jiyoung sembari melepas seatbeltnya, tak lupa ia juga menyunggingkan senyum sekilas untuk Jennie. Jennie pun ikut membalas senyumannya dan keluar dari dalam mobil.
Di dalam restoran mereka hanya berbincang hangat sembari menyantap hidangan yang lezat di atas meja. "Bolehkan aku bertanya?" Tanya Jiyoung.
"Silahkan" jawab Jennie.
"Kenapa kau selalu gercep dan tak ketinggalan ketika aku memposting sesuatu di instagram?" Tanya Jiyoung yang mampu membuat Jennie tersedak. Ia menjadi malu dan canggung tentunya.
"Uhuk uhuk!" Jiyoung hendak menyodorkan minumannya pada Jennie namun, Jennie lebih cepat meraih minumannya.
"Ah, maaf.." kata Jiyoung.
Pipi Jennie bersemu merah, ingin rasanya ia mengumpat, bagaimana cara agar pipinya tidak merona "T-tak apa..."
Mereka pun menghabiskan waktu makan malam dengan percakapan ringan dan sedikit candaan hingga jam sembilan malam.
•••
Darah menetes sejalan dengan bed pasien yang didorong oleh suster dan perawat yang menangani. Taehyung terlihat tak sadarkan diri dan penuh darah. Dimana ia tertabrak oleh truk berukuran lumayan besar tadi. Ia hanya menyebut nama Jennie saat masih memiliki kesadaran.
Kini Taehyung memasuki ruang UGD dan segera ditangani oleh dokter. Seorang gadis yang ikut membantu kini tengah mencari nomor telepon keluarganya, namun ia menghela napas ketika tau jika ponsel Taehyung disandi.
"Bagaimana ini" gumam gadis itu. Lalu ia membuka dompet Taehyung yang ia bawa, "Maaf, aku tidak mengambil apapun" gadis itu membuka dan mencoba memasukkan sandi nama Taehyung dan itu tidak berhasil. Tanggal lahirnya pun juga tidak.
Gadis itu memasukkan kembali KTP itu di dompet. Yerin pun berpikir jika Taehyung menyimpan sandi dibalik casingnya.
Gadis itu membukanya dan benar saja ia menemukan foto berukuran kecil yang terdapat foto dua anak kecil yang berpelukan. Lalu ia melihat dibaliknya terdapat nama dan tanggal lahir.
"Mungkin yang ini, 160196" setelah gadis itu memasukkan tanggal lahir itu. Benar saja, ponsel Taehyung terbuka.
Ia pun lega, dan segera mencari nomor keluarganya Taehyung. Kebetulan kontak bernama Kak Irene berada di atas.
Gadis itu mencoba membukanya untuk menghubungi yang ia yakini kakak Taehyung.
Kak Irene
Kak Irene
Tet! Gue bakal pulang sendiri, soalnya Suho ada kerjaan dan ke korea dua hari lagi. Jangan kasitau mama dan papa dulu. Ini kejutan haha, sekarang tolong jemput gue di bandara.
Yerin
Hallo, maaf ini saya Yerin. Saya mau memberitahu jika Kim Taehyung mengalami kecelakaan. Sekarang dia berada di rumah sakit xxxx. Maaf menganggu tapi adik anda sedang memasuki ruang UGD.
Yerin memfoto ruang UGD.
Kak Irene
Apa!! Astaga bagaimana bisa... Taehyung... Baiklah, terima kasih aku akan segera kesana. Tolong tunggu.
Yerin pun menunggu Irene untuk datang. Terlihat dari ketikan itu Irene sangat terkejut dan khawatir.
Cukup lama, akhirnya Irene datang dengan mata memerah, "Astaga Taehyung bagaimana bisa.." ucap Irene sedikit sesegukan.
Yerin berdiri dan menghampiri Irene "Sabar kak, Taehyung pasti akan baik-baik saja. Ini dompet dan ponsel Taehyung." ucap Yerin sopan.
"Sekali lagi aku berterima kasih padamu. Untung kau memberitahuku bukan orang tua kami. Aku takut mereka shock dan khawatir yang akan membuat penyakit jantung mama kambuh.. aku sangat berterimakasih padamu." ujar Irene panjang lebar, Yerin hanya mengangguk dan tersenyum.
"Ini, aku ada uang tak seberapa. Ini sebagai bentuk rasa terima kasihku" ujar Irene sembari menyodorkan sejumlah uang. Yerin pun menolak halus.
"Gak usah, aku ikhlas kok..." Irene pun mengangguk dan mengembalikan uangnya ke dalam saku. Ia terduduk di kursi tunggu dan mengusap air matanya. Bagaimana Irene tidak menangis, dia sangatlah menyayangi Taehyung lebih dari dirinya sendiri.
Yerin menatap haru Irene, ia tau apa yang dirasakan seorang kakak ketika tau adiknya dalam kondisi tak baik. 'Aku rindu kau Jungwon, apa kau bahagia di alam surga sana? Haha... Aku sayang padamu' batin Yerin tersenyum tipis, ketika mengingat adiknya.
...
Esoknya Irene datang kerumah ia pun menceritakannya pada kedua orang tuanya. Yah seperti pada umumnya. Kedua orang tuanya menangis. Setelahnya mereka pergi ke rumah sakit untuk mendatangi Taehyung di sana.
Jennie jogging sampai komplek perumahan rumah Taehyung, dulu rumah Taehyung bersampingan dengannya tapi ntah kenapa pindah dan hanya beda komplek saja. Tumben juga Taehyung tadi gak bangunin dia jogging pagi di hari Minggu. Dan ketika Jennie melewati rumah Taehyung ia melihat keluarga Kim keluar dengan membawa tas satu tas besar? Taehyung dimana?.
"Ah.. mungkin liburan dan taehyung udah di lokasi." ucap Jennie sambil melanjutkan jogging. Tapi ia berhenti "Tapi biasanya dia ajakin gue?... Oh mungkin ngambek karna gue batalin jalan-jalannya. Yaudah deh ntar juga baikan" setelah itu Jennie melanjutkan.
Semakin hari Jiyoung dan Jennie semakin dekat, dimana Jiyoung juga sering main ke rumah Jennie. Namun, mereka belum memiliki hubungan yang jelas. Dan Jennie tiba-tiba kepikiran Taehyung.
Sudah beberapa hari ia tak bertemu Taehyung, jujur saja Jennie rindu. Ketika Jennie Memilih bersepeda untuk pergi kerumah Taehyung, tiba-tiba dijalan ada mobil yang mendekati, hal itu membuat Jennie pun berhenti di tempat. Seseorang muncul dari mobil dan segera menarik Jennie.
"Ayo Jen. Taehyung membutuhkanmu. Tak ada waktu lagi" Itu Kak Irene dengan suaminya, Jennie bingung namun ia menuruti Irene dan meninggalkan sepedanya.
Setelah bingung, Jennie ditambah bingung lagi ketika ia berada di rumah sakit. "Kak? Kok kerumah sakit? Siapa yang sakit?" Tanya Jennie.
"Nanti kau tau sendiri ayo!" Irene menarik lengan Jennie dan berlari.
Sesampainya di depan pintu sebuah ruangan Jennie berhenti. Irene secara perlahan membukanya dan mempersilahkan Jennie masuk. Ketika masuk Jennie menatap tak percaya. Dimana sekarang Jennie melihat tubuh lemas orang yang ia rindukan.
"T-Taehyung?" Lirih Jennie menghampiri Taehyung. Ia melihat Taehyung menatapnya sayu seperti tak ada kekuatan lagi ia benar-benar lemas.
"J-Jen-Jennie?" ucap Taehyung. Bahkan ia sedikit sulit berbicara. Jennie tak sanggup menahan air matanya. Kini air matanya meluncur dengan deras ditemani dengan isakan yang tertahan.
"Yah, Gue di sini Tae." Jennie menggenggam erat telapak tangan Taehyung.
Taehyung tersenyum lemah. Ia pun secara perlahan menutup matanya, kemudian monitor pun bergaris lurus. Yah! Seorang Kim Taehyung menghembuskan napas terakhirnya dengan tangan Jennie yang masih menggenggamnya.
Semua menatap tak percaya "Tae?...." Jennie menggoyangkan tangan Taehyung namun, tak ada pergerakan sama sekali "Taehyung! TAE!" Jennie pun pasrah ia menggenggam telapak tangan Taehyung kuat. Dan menangis sejadi-jadinya.
"Jen, kita harus selalu bersama meski kita memiliki kehidupan masing-masing dengan pasangan kita kelak." kata Taehyung ketika mereka masih dibangku sekolah menengah pertama.
Jennie mengangguk, "Tentu saja. Gue bakal selalu ada buat lo. Tapi satu syarat, gue harus lebih dulu mati daripada lo. Karna gue gak mau rasanya kehilangan seorang sahabat terbaik seperti lo" ujar Jennie.
Taehyung pun protes, "Mana ada. Nanti gue dong yang merasa kehilangan? Gak ah. Gue dulu yang mati."
"Yaudah, kita harus selalu bersama dan mati pun bersama. Janji?" Jennie mengangkat jari kelingkingnya dan Taehyung segera menautkan jari kelingkingnya pada Jennie.
"Janji!" Mereka pun tertawa lepas setelahnya.
'Lo bohong Tae' batin Jennie. Ia masih menangis tak rela.
"Lo bohong!" Teriaknya. Ia masih menatap raga tak bernyawa milik Taehyung yang masih terbaring di bed pasien. Ya semua masih membiarkan Jennie. Membiarkan gadis itu menumpahkan semuanya.
"Lo bohong! Lo bilang kita akan selalu bersama selamanya, dan kita janji akan mati bersama, tapi APA!! KAU BOHONG! BANGUN TAEHYUNG!! BANGUN!!!!!!" Semua yang melihat Jennie menjadi iba, dan air matanya pun semakin deras. Mama papa Jennie, Jiyoung, dan Kakak Jennie juga datang di rumah sakit dan melihat Jennie yang begitu menyesakkan.
Jennie menangis dengan kerasnya dan berteriak sampai ia merosot kebawah dengan tangan yang setia menggenggam telapak tangan Taehyung yang mulai mendingin.
"Lo jahat Tae, lo jahat hiks. Lo bohong sama gue..." Lirih Jennie. Mama Taehyung mendekati Jennie dan memeluk Jennie dengan erat.
"Sttt! ... Jennie, Taehyung sudah tenang ... Jangan seperti ini, nanti Taehyung bersedih di alam sana..." Jennie pun menangis dipelukan mama Taehyung. Mama Jennie membantu Jennie berdiri dan dengan sangat berat hati Jennie melepaskan genggamannya. Dan ia melihat raga Taehyung yang sudah ditutupi oleh selimut dan didorong keluar ruangan.
'Maaf Tae, semoga lo tenang di alam sana' Jennie memejamkan matanya sejenak, kemudian ia menatap sangat teramat tak rela. Sesak! Berat, dan ... Sangat menyakitkan. Jennie tak sanggup dengan ini semua, setelah hilangnya Taehyung dalam pandangannya, pandangan Jennie terlihat gelap dan yah! Jennie pingsan.
Dengan segera Jiyoung menggendongnya keruangan yang lain.
Kini Jennie menatap batu nisan yang tertulis nama sahabat sejatinya yang tak akan bisa ia lupakan "Tae? Sampai kapanpun, gak akan ada yang bisa gantiin posisi lo sebagai sahabat terbaik gue. Sampai kapanpun" ucap Jennie sembari mengelus batu nisan itu.
Kini hanya tinggal Irene, Jennie, dan Jiyoung yang menemani. Irene juga sama, sama hancur dan tak rela seperti Jennie namun, ia harus bisa ikhlas. Irene secara perlahan mengeluarkan sebuah amplop putih dari tasnya dan memberikan pada Jennie.
"Jennie? Ini, surat dari Taehyung. Yang dia buat sebelum ia pergi" kata Irene. Jennie menerimanya. Sebelumnya Taehyung meminta bantuan Irene untuk menulisnya. Taehyung setelah sadar, ia sudah merasa jika usianya tak akan lama lagi. Taehyung mendikte dengan lirih dan perlahan-lahan sampai selesai.
Jennie membuka surat itu dan membacanya
Kepada: Sahabatku Dari: Sahabatmu
Jen? Maaf gue gak nepatin janji gue dulu. Maaf kalo gue akan mati duluan, dan maaf gue akan buat lo merasa kesepian. Haha... Tidak mungkin, lo pasti gak bakal kesepian lagi, karna ada Jiyoung. Cowok yang lo suka.
Jen? Jujur, sebenarnya gue suka sama lo. Ups bukan suka sih tapi cinta sama lo. Saat itu gue memang udah tau kalo lo cinta sama Jiyoung, namun gue egois dan ingin memiliki lo. Gue Ingin lo hanya milik gue seorang bukan orang lain. Mungkinkah karna itu gue kena imbasnya sekarang ini? Ha ha.
Karna gue merasa usia gue gak akan panjang lagi, gue mau minta sesuatu dari lo. Satu permintaan terakhir gue buat lo itu... Berbahagialah, berbahagialah bersama Jiyoung. Gue yakin Jiyoung itu setia sama lo, dia akan selalu ngelindungi lo. Jika kalian sudah bersama atau bisa dikatakan menikah, gue ucapin selamat. Kalo lo udah punya anak, semoga anak lo mirip gue biar lo merasa anak lo mewujudkan gue. Khayal banget sih gue haha.
Tapi tetap aja jangan lupain gue, gue yakin lo gak akan lupain gue karna apa?
"Karna apa?" Tanya Jennie, setelah itu ia lanjut membacanya.
Karna gue ganteng, kegantengan gue gak akan bisa mengulanginya hingga terlupakan. Bener kan Jen? Ha ha...
Jennie terkekeh dengan air matanya yang tetap mengalir, Irene juga ikut terkekeh ia tau pasti Jennie sudah membaca dimana Taehyung sangat percaya diri. Lalu ia melanjutkan dikalimat terakhir yang singkat.
Selamat tinggal Jennie, gue sayang sama lo. Gue udah ikhlas, semoga kita bertemu di Surga nanti.
Lalu Jennie kembali menangis dan memeluk erat batu nisan tersebut.
000
Seorang wanita cantik berkepala tiga duduk di kursi kebesarannya. Yah, dia seorang CEO dari perusahaan terkenal di Australia.
Wanita itu sibuk dengan berkas-berkas yang ada. Setelahnya ia menghela napas dan berhenti melakukan kesibukan itu. Ia membalikkan kursi itu dan menatap keindahan kota dari dinding kaca.
"Sudah belasan tahun berlalu ... aku menikah" ucapnya dan diikuti senyuman tipis.
"Dan sudah belasan tahun yang lalu, Jiyoung si pecundang itu meninggalkanku tanpa alasan yang jelas... Haha lucu sekali" lanjutnya dengan senyuman miris.
Yah, dia Jennie, Kim Jennie. "Baiklah ... Kurasa diriku hanya perlu fokus pada Yeonjun. Putraku saja" ucapnya lagi. Lalu, pintu ruangannya terbuka tanpa Jennie ketahui. Dan dua buah telapak tangan menutupi matanya dari belakang.
"Hm... Ini Yeonjun" kata Jennie dengan senyum yang mengembang.
"Ck! Selalu bisa menebak. Padahal aku sudah mencoba melakukannya agar ibu terkejut," ucap pria kecil itu sembari memasang wajah kesalnya.
Jennie terkekeh pelan melihat putranya itu, sudah 13 tahun usianya ia tetap saja terlihat imut, karna merasa gemas Jennie tak segan-segan mencubit gemas pipi putranya.
"Aaaaa, kenapa kau ini sangat lucu ha??"
"Aaaa!! ibu ini sangat menyakitkan" rengek Yeonjun yang merasa pipinya sangat panas. Jennie pun segera melepaskannya dan memeluk singkat putranya itu.
"Maafkan ibu"
Yeonjun mengangguk pelan, tak lama ia ingat apa tujuannya kesini, sembari menepuk jidat ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, "Oh iya hampir saja aku lupa" sebuah polaroid yang berisikan foto ibunya dan seorang pria tampan di sana, polaroid itu terlihat sudah sangat lama.
"Ibu lihat, inikan foto ibu dengan sahabat yang ibu cintai itu kan? Tapi ketika temanku tak sengaja menemukan foto ini dirumah ia bilang kalau aku lebih mirip pria ini daripada ayahku?" Kata Yeonjun yang merasa kalau jangan-jangan ayah yang saat kecil bersamanya bukanlah ayah kandungnya?
"Apa jangan-jangan dia ayahku yang sebenarnya? Makanya ayah yang bersamaku waktu kecil pergi meninggalkan kita? Begitukah b-" Jennie segera membungkam mulut putranya itu denagan telapak tangannya.
"Kalo lo udah punya anak, semoga anak lo mirip gue biar lo merasa anak lo mewujudkan gue. Khayal banget sih gue haha"
Surat Taehyung, "Yah, harapan lo terkabulkan Tae..." Gumam Jennie, membuat Yeonjun memasang wajah bingung.
"Apa maksud ibu?"
Sedikit melirik putranya, "Ahh tidak ada apa-apa.. haha kau ada les kan? Ayo ibu antar hehe... Aa~ putraku ini tampan sekali" ujar Jaennie sembari merangkul sayang putranya.
Yeonjun hanya pasrah dan merasa aneh dengan ibunya, 'Ada apa dengan ibu? Jangan-jangan ibu menganggap aku sahabatnya yang dulu??'
'Taehyung... Aku tetap merindukanmu dan mencintaimu, sungguh aku menyesal tidak peka dengan perasaanku, maaf aku selalu menyakiti hatimu Tae. Kudo'akan yang terbaik untukmu' batin Jennie yang tiba-tiba menitikkan air mata.
Yeonjun yang melihatnya pun terkejut, ia pun menghadap ibunya kemudia memegang pipi ibunua dengan kedua tangannya, perlahan ia mengsup gelinang air mata itu, "Ibu jangan menangis, ibu bilang ibu adalah wonderwomen yang kuat kan? Berjanjilah pada Yeonjun untuk tidak menangis oke?" Setelah berkata Yeonjun mencium kening ibunya.
"Baiklah anakku, ayo kita berangkat"
END