TARKAM YURO
Antar kampung juara separo. Yang berlanjut ke AKAP, Antar kota antar propinsi. Masa jadi angkot. Yo ndak papa to.
Terjadi pertandingan antara grup kandang ayam, di singkat kandang. Melawan tandang gawe, di singkat tandang. Grup kandang menggunakan kostum putih. Dan tandang pakai merah. Menggunakan formasi 4 3 2 1. Dan 2 3 5. Ini yang ngeri. Sangat sangat klasik. Dengan bek yang gendut-gendut. Dua biji.
Belum lagi di bagian ofisial.
Pelatih : Supono
Asisten pelatih: Suseno
Dukun: Ki Sengkolo
Dari pihak lawan:
Pelatih : Haryo Penangsang
Asisten pelatih: Gagak Riman
Dukun: Ki Gubar Baleman.
Semua sudah di stel dari tepi lapangan. Mereka ini bakalan menerapkan banyak taktik untuk mampu menundukkan lawan, bahkan kalau perlu menggulung mereka, supaya tidak ada perlawanan sama sekali.
Kita menonton di pinggir lapangan tuh. Di tanah yang menurun, pada sebelah utara. Di situ ada pohon pisang yang menggerombol. Tapi sudah halus. Sebagian besar sudah di gelayutin anak-anak, sembari menarik pelepah daun pisang itu.
Bahkan ada penonton sekeluarga. Maklum hiburan yang lumayan jarang terjadi. Biasanya hanya setahun sekali dalam putaran waktu itu. Untuk ramai-ramai dan memeriahkan masa tertentu. Sehingga penonton sudah pada menunggu momen itu. Ada anak 1 si eko, lalu 2 dwi wuryantoro, 3 si tri yoga pangjalu, 3A si Pat papat, dan 5 si panca poncowati. Itulah salah satu kelompok keluarga yang menonton berbarengan di tepi lapangan.
Di sinilah pada duduk menghadap lapangan. Sembari menikmati para grup saling berlaga. Namanya juga tarkam, maka tim-tim kampung itu yang terkadang tidak menggunakan pelatih, namun cukup dengan sesama rekan yang saling mengingatkan posisinya.
Dan biasanya kalau di kampung ada lapangan, maka pertarungan bakalan menarik, karena masing-masing punya strategi dengan kebiasaan yang tinggal menerapkan di pertandingan nyata ini. Karena hadiahnya juga lumayan besar. Hadiah pertama kambing. Kedua jago. Dan seterusnya semakin menurun. Atau kadang nominal uang tertentu sebagai penarik buat klub-klub untuk mengikutinya. Walau kebiasaannya hanya satu kampung memberi satu tim saja. Dan tidak jarang ada semacam sponsor dari toko ternama atau perusahaan besar yang memberikan seragam bagus supaya mereka menjadi tim yang kompak.
Prit!
Bola siap-siap. Mulai pertandingan.
Para ofisial juga sudah mulai melakukan strategi.
Para dukun siap dengan kemenyan dan urusan kebul-kebul. Sembari mengeluarkan mantra-mantra spiritual. Supaya tidak ada kekuatan lain yang membantu. Misalkan membuat pemain pusing, jadi bola nantinya bakalan di tendang sekuat tenaga sampai masuk ke sungai. Atau bola di giring ke gawang sendiri. Ini namanya ilmu puter giling. Sehingga segalanya kelira keliru. Yang maksudnya ilmu itu dahulu di pergunakan supaya istri kalau lari dari rumah, bakalan di putar untuk kembali ke rumah suami, sehingga keluarga bakalan Kembali ayem Tentremm gemah ripah loh jinawi. Namun sekarang banyak di pergunakan untuk tujuan lain yang berkaitan dengan usaha memenangkan sesuatu. Di sini juga demikian, bola akan di putar sehingga masuk ke gawang musuh.
Bola di titik putih. Yang tengah lo. Bukan yang pinalti. Bola di tendang ke samping. Di mana lima orang di depan sebagai penyerang semua. Saling oper. Di tendang ke sayap kiri. Di terima sama yang nomer 7. Lalu di umpan lagi ke nomer 10. Di hadang sama tandang. Lalu di tendang keras ke arah gawang. Dan di tangkap dengan manis sama kiper tandang yang nomer 1 itu.
Lalu bola di timang-timang sejenak. Di tendang dengan kuat. Bola melambung. Dan langsung sampai ke kiper kandang. Jadi berdua saja main, hanya antar kiper. Saling tendang. Dan saling sampai ke kiper lawan.
Kembali bola di kutak-katik sebentar. Sebelum di umpan ke sampingnya. Ke nomer 17. Lalu kembali di tendang. Dan di sundul. Sampai bola melenting. sayang sekali bola keluar.
Bola di umpan lagi dengan kuat. Menjelang gawang. Di sundul lagi dengan kuat. Bahkan sebelahnya menggunakan tendangan sepeda terbalik. Sayang sekali saudara-saudara, tidak masuk.
Kemudian bola di letakkan di dalam kotak. Dengan tangan memegang bola pakai ujung telunjuk oleh kiper. Di tendang dengan kuat oleh bek gendut. Dan melambung dengan kuat.
Saling bijigan. Kepala seperti kelapa yang di benturkan. Dan seperti suara keras. Keduanya menggelepar. Namun sesaat saja. Langsung bangun dan main lagi.
Bola di tendang kuat.
Dan…
Gol!
Bola masuk dengan sukses. 1:0 untuk tandang.
Pada menyalahkan yang paling bersalah. Dan mencari kambing hitam. Walau kiper hanya diam saja. Soalnya dia yang paling di sorot. Bahkan dukun juga di pertanyakan kualitasnya. Barangkali kemenyan kurang sehingga kukusing dupo kumelun itu kurang kuat, atau wanginya kurang. Bahkan di permasalahkan para penonton yang membuat asap, serta membunyikan terompet. Itu sangat mengganggu kekhusukan demi mengeluarkan mantra sakti.
Kembali bola di tendang dari titik tengah. Langsung meluncur. Sama bek di tendang kuat-kuat. Dan meluncur masuk ke kali di timur lapangan. Lumayan lama mengambilnya. Karena lumayan jauh. Walau air lumayan tenang. Dengan model ini juga biasanya di manfaatkan sebaik mungkin dalam Upaya mengulur waktu. Sehingga kala mengambil bola nanti sedikit lama. Bahkan kalau pengambilnya orang kepercayaan lawan, bakalan di dorong ke Tengah dulu, baru pura-pura mengambil. Sehingga waktu semakin merambat.
Setelahnya lemparan ke dalam. Di terima dengan baik. Lalu di umpan pada nomor 3A, yang semestinya nomor 4 tapi karena pada takut, maka menggunakan nomor demikian. Seperti lantai di mall, juga pakai angka tadi, supaya kesialan tidak terjadi. Dan kembali di tendang dengan kuat.
Sayang sekali masuk setengah main. Mesti istirahat. Boleh tidur-tidur dulu. Makan soto yang nikmat atau makan sesuai dengan selera dan bis amenambah kekuatan. Agar nanti dalam pelarian diri juga kuat.
Kembali masuk. Melanjutkan pertandingan. Bola giliran sama yang satunya, bukan yang awal tadi. Biar sama rata. Bola menggelinding, jauh ke belakang. Lalu di tending kea rah kawannya setelah musuh mendekat. Kemudian di giring, melewati tiga busuh, semelum di umpan ke rekan. Berikutnya di taruh pada posisi tepat, sembari melihat mana kawan mana lawan. Belum juga di tendang sudah di sosor sama musuh. Makanya jatuh terguling dan menjerit-jerit. terjadi peluit serta kartu peringatan. Dari tepi sana datang tim penyembuh untuk nyemprot yang dingin dan es.
Sayang sekali sudah waktunya injury time. Sama si tandang di main-mainin, supaya mengulur waktu dan wasit meniup peluit Panjang. Makanya saat terjadi korner, si pemain nomor 17 itu memanggil temannya, lalu temannya mencoba menendang, dan saat di buru lawan, di halangi sama temannya, sehingga bola hanya di tendang sedikit-sedikit di sekitar kotak. Karena mereka ketakutan, tidak jarang bola masuk di saat-saat akhir. Dan itu membuat kecewa, terluka dan merana.
Kembali di tendang. Dan masuk.
Ya 1:1.
Seperti biasa, kalau bola masuk, maka para penonton di pinggir lapangan pada masuk ke dalam lapangan untuk saling bersenang-senang. Kalau tim yang di dukung memasukkan, maka penonton pendukung yang masuk ke lapangan untuk berjoged ria. Sembari melepas kaos yang di pakai, dan dengan telanjang dada memutar mutar kaos itu untuk bersuka. Dan sebaliknya kalau lawan yang memasukkan bola, maka pendukungnya yang giliran melakukan hal yang sama. Dan kalau netral karena penduduk di luar daerah itu, maka tiap kali ada keramaian, ikut saja masuk. Entah dari kelompok mana. Yang penting, pada senang saja.
Inilah masa-masa mengerikan. Masa di mana segala sesuatu bisa terjadi. Soalnya per[pindahan bola dari ujung ke ujung sangat ce[pat. Dalam satu menit saja bisa sampai. Karena mereka mereka ini pada piawai. Walau terkadang tidak menggunakan Sepatu, atau sandal. Akibat kaki yang pada kuat-kuat seperti kayu, dan tak jarang main kayu makanya. Asal ada musuh di sodorkan kaki itu, sehingga lawan bakalan terguling di tanah lapang yang kurang rata. Dengan rumput liar dan tanah yang terkadang berlubang atau menggunduk sedikit. Di sini terkadang bola menggelinding sendiri. Missal mau mengumpan dari pojok lapangan, tapi karena tanah tak rata, membuat bola tak stabil, dan si betulkan lagi sama si penendang, nyatanya teta tak mau diam. Akhirnya terpaksa terus di tending. Akibat tukang klebet, sudah selalu mengayun bendera supaya cepat-cepat, sehingga tidak di anggap membuang-buang waktu. Nanti bakalan di lipri sama si wasit.
Tak berapa lama kemudian, sudah selesai waktu normal nya. Pada kecewa, soalnya lagi asyik dan bakalan memasukkan bola, malahan di tiup. Sehingga masuk ke ruang ganti sembari menggerutu dan ngedumel. Malahan ada pemain yang baru di masukkan sudah langsung selesai. Katanya ini suatru strategi. Tapi masa menendang bola saja belum, langsung keluar. Tapi mau bagaimana lagi, kalau ini sudah kehendak takdir. Yang berikutnya memanfaatkan waktu istirahat sebaik-baiknya sembari Menyusun strategi atau tidur dulu sebentar. Serta yang kelaparan bisa makan-makan dulu. Baik itu soto, sate, maupun gulai. Yang jelas perut bisa langsung kembung, hingga bunyi pung pung.
Perpanjangan waktu. Langsung menggebrak. Bola di tendang jauh ke depan. Di sana ada nomor 17, lalu dengan sedikit kocekan, bola di giring. Di cegat sama lawan, mampu di lewati di hadang lawan yang lain. Akhirnya di tendang dengan kuat. Lalu di sundul rekannya yang nomer 11, lalu sundulan di arahkan ke temannya. Dan sama si Brewok di sundul dengan keras. Dan….
Dan masuk.
Terlihat bahan statistik yang telah terjadi dalam pertandingan kali ini.
Tendangan : 16:13
Menuju target: 2:3
Bola posisi: 63%:37%
Umpan yang akurat: 808:472
Keakuratan umpan: 87%:80%
Kesalahan: 12:19
Kartu EE = 3:6
Kartu merah: 0:0
Ofside: 1:2
Corner alias ornel. 9:1
Gol: 2:1
2 no 10 menit 90+6, 91’
1 No 13 menit 25’
2:1 akhirnya. Sangat tidak masuk akal. Namun semua telah mengetahui prosesnya, dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana segalanya terjadi. Jadi semua di anggap wajar. Walau entah ada urusan spiritual antara dua dukun atau tidak, yang terang kali ini mereka pada saling menatap dengan sorot mata tajam, seakan tidak menyetujui hasil ini.
Namun, Itulah hasil akhirnya.