Nioko adalah seorang siswi di sebuah sekolah menengah pertama di Kyoto. Setiap pagi, dia berangkat ke sekolah dengan semangat, mengenakan seragam sekolahnya yang rapi dan membawa tas punggung yang dipenuhi dengan buku-buku dan peralatan sekolah.
Di sekolah, Nioko memiliki banyak teman. Dia dikenal sebagai siswa yang cerdas dan rajin. Namun, ada satu hal yang membuat Nioko merasa gugup setiap kali tiba di sekolah—pelajaran olahraga. Nioko tidak terlalu pandai dalam olahraga dan sering merasa canggung saat harus berpartisipasi.
Suatu hari, saat pelajaran olahraga, guru mengumumkan bahwa mereka akan melakukan latihan lompat jauh. Nioko merasa perutnya bergejolak. Dia tidak pernah berhasil melakukan lompat jauh dengan baik. Saat gilirannya tiba, dia mencoba yang terbaik, namun sayangnya, lompatannya tidak sejauh yang diharapkan.
Saat istirahat, Nioko duduk sendirian di bawah pohon di halaman sekolah, merasa sedikit sedih. Tiba-tiba, seorang teman sekelasnya, Aiko, mendekatinya dan duduk di sampingnya. "Hei, Nioko. Jangan khawatir tentang lompat jauh itu. Aku juga tidak terlalu pandai dalam olahraga. Yang penting kita sudah mencoba yang terbaik," kata Aiko dengan senyum.
Nioko merasa sedikit terhibur. "Terima kasih, Aiko. Aku hanya merasa sedikit kecewa karena tidak bisa melakukannya dengan baik," jawab Nioko.
Aiko mengangguk. "Aku mengerti. Tapi ingat, tidak ada yang sempurna dalam segala hal. Kita semua memiliki kekuatan dan kelemahan kita sendiri. Kamu sangat baik dalam matematika dan bahasa Inggris. Setiap orang punya kelebihan masing-masing."
Mendengar kata-kata Aiko, Nioko merasa lebih baik. Dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan kegagalannya dalam lompat jauh dan fokus pada hal-hal yang dia sukai dan kuasai.
Beberapa minggu kemudian, sekolah mengadakan festival olahraga. Setiap siswa harus berpartisipasi dalam berbagai lomba. Nioko, meskipun masih sedikit canggung, memutuskan untuk berpartisipasi dalam lomba lari estafet. Dia berlatih setiap hari dengan teman-teman sekelasnya, termasuk Aiko, yang selalu memberi semangat.
Hari festival olahraga pun tiba. Nioko merasa gugup tapi juga bersemangat. Saat lomba lari estafet dimulai, dia berlari sekuat tenaga, memberikan tongkat estafet kepada Aiko dengan penuh semangat. Tim mereka tidak menang, tetapi Nioko merasa sangat bangga karena telah berani mencoba.
Setelah lomba berakhir, Aiko memeluk Nioko dan berkata, "Kamu hebat, Nioko! Kita mungkin tidak menang, tapi kita sudah berusaha keras dan itu yang terpenting."
Nioko tersenyum lebar. "Terima kasih, Aiko. Aku sangat senang bisa punya teman sepertimu."
Hari itu menjadi salah satu hari yang tak terlupakan bagi Nioko. Dia belajar bahwa dalam hidup, yang terpenting adalah usaha dan dukungan dari teman-teman. Meskipun ada kegagalan, dengan semangat dan persahabatan, semua bisa dilewati dengan senyuman.
---
Semoga cerpen ini dapat menginspirasi dan menghiburmu!