"Eather. Ayo bangun kamu sudah janji padaku. Menemani aku mencari valberry di gunung Stormbearer." Lumine menarik selimut kembarannya yang masih tidur lelap.
"Hmmm....,iya...iya..dasar bawel." Gerutu Eather. Ia masih sangat mengantuk. Semalam dirinya di ajak ke bar, minum-minum bersama Kaeya.
Sejak kemarin Lumine sedang bersemangat mempelajari resep-resep minuman penambah daya tenaga dari Diona. Namun memiliki bahan-bahan yang tidak biasa. Salah satunya adalah Valberry. Sebuah berry liar yang hanya tumbuh di puncak gunung tinggi Stormbearer. Akses menuju kesana tidaklah mudah, ada banyak monster element slime dan hilichurl.
.
.
Lumine yang tidak sabar membuatkan sarapan pancake dengan saus buah berry diatasnya. Mereka berdua makan dengan lahap. Setelah itu mengambil pedang masing-masing, untuk pergi bertualang mengambil buah liar Valberry.
.
.
"Lumine.., Eather.., kalian mau pergi kemana pagi-pagi begini?" Sapa Bennet kepada si kembar.
"Halo Bennett, Kami mau pergi ke gunung Stormbearer untuk mencari buah Valberry, kamu mau ikut?" Ajak Lumine.
"Tentu saja Lumine, kebetulan aku juga mau pergi kesana." Jawab Bennett dengan semangat yang menggebu-gebu.
"Ssstt...!!" Eather nampak panik, lalu menarik tangan adik kembarnya. Ia berbisik agar tidak didengar oleh Bennett.
"Kau bercanda mau mengajak dia, dia itu selalu membawa sial, bisa-bisa muncul badai besar kalau dia ikut ke Stormbearer." Gerutu Eather pada kembarannya.
"Astaga.., masa kakak percaya sama isu tidak jelas seperti itu." Ledek Lumine.
"Terserah, kalau sampai muncul badai disana. Itu semua salahmu." Celetuk Eather dengan wajah kesal.
"Iya. Deh bawel." Lumine tidak peduli
.
.
Akhirnya mereka bertiga berjalan keluar dari kota Mondstadt. Menyelusuri danau lalu masuk ke hutan Whispering, kemudian ketiganya tiba di danau Starfell.
"Stop disini kita istirahat dulu." Perintah Eather.
.
.
Mereka bertiga hendak duduk di dekat danau, namun tidak sengaja ujung kaki Bennett tersandung batu, lalu ia berguling ke arah danau.
"BYUUURRR...!!".
"Tuh, kan.., belum sampai tujuan dia sudah mendapat kesialan." protes Eather.
Lumine segera berlari lalu membantu Bennett. Ia menarik tangan Bennett, membantunya keluar dari air danau yang dingin. Bennett jadi basah kuyup.
"Maaf, aku memang selalu ceroboh." Bennett tertawa cengengesan.
Eather memutar malas kedua bola matanya. Ternyata isu itu memang benar. Bennett selalu mendapatkan kesialan di manapun dia berada. Beruntung kota Mondstadt masih berdiri dengan aman, tidak terkena badai kalau dia sedang berada di dalamnya.
Setelah 20 menit beristirahat. Mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju tebing Stormbearer.
"OIIIIKKK...!!".
Seekor babi hutan hampir saja menabrak mereka bertiga yang sedang berjalan. Untuk saja ketiganya berhasil menghindar.
"Hilichurl..!!" Teriak Lumine.Ternyata para monster sedang mengejar babi hutan yang baru saja lewat. Pasti mau buat dimakan.
Mereka bertiga langsung mengeluarkan pedang masing-masing, lalu melawan sekelompok monster.
"Bak..!!".
"Buk..!!".
"Hiaatt..!!".
Para monster pun langsung berlari terbirit-birit. Hanya mengayunkan pedang semua monster langsung terpental dan lari ketakutan.
Setelah sudah payah melewati jalan tanjakan. Akhirnya sampai juga di ujung tebing Stormbearer.
"Tidaakkk....!!" Lumine berteriak histeris. Pohon Valberry sudah botak tidak ada buahnya sama sekali.
"Ini tidak mungkin, bagaimana aku bisa meracik minuman itu kalau buah ini tidak ada." Lumine panik. Sudah susah payah membangunkan saudara kembarnya, membuatkan sarapan, lalu jauh-jauh berjalan, ternyata buah itu sudah ludes, ternyata ada yang sudah lebih dulu memetiknya secara rakus.
"Sudah kita pulang saja, mungkin belum saatnya berbuah." Ujar Eather dengan santai.
"Tidak mau, pasti ada di tempat lain aku yakin itu..." Lumine keras kepala.
"Hei guys, coba kalian lihat kemari." Bennett memanggil kedua temannya.
Lumine dan Eather menghampiri. Bertiga turun ke bawah lalu berjalan menuju hutan. Terlihat ada sebuah kemah dengan api unggun, sepertinya seseorang hendak memasak sesuatu di panci panas yang sedang menyala-nyala itu.
"Tunggu..!!".
"Ada apa kak..?" Tanya Lumine.
"Fatui, itu lambang Fatui." Ujar Eather. Fatui adalah nama sebuah organisasi yang berbahaya, dengan isi para mafia yang kejam.
"Untuk apa mereka berkemah disini?" Celetuk Bennett.
"Entahlah, sebaiknya kita jangan cari masalah dengan Mereka." Ujar Eather sambil menggeleng.
"Lumine..!!" Teriak Bennett. Melihat Lumine masuk ke dalam kemah Fatui.
"Dasar gila..!! Selalu saja cari masalah." Umpat Eather.
"Ketemu..!!" Lumine melihat tumpukan buah Valberry di dalam perkemahan Fatui.
"Lumine cepat kembali kesini..!!" Teriak Eather.
Namun terlambat sekelompok Fatui sudah datang kembali ke perkemahan mereka.
"Sial. Itu Electrohammer Vanguard..!!" Bennett ketakutan, melihat lawan mereka kuat sekali.
"Lari..., kita tidak mungkin melawan..!!" Teriak Eather.
Eather dan Bennett, bersamaan menarik kedua tangan lumine, membawa lari gadis itu sejauh mungkin dari para kejaran anggota fatui. Dengan susah payah mereka menghindari setiap serangan listrik yang menghampiri mereka bertiga dengan membabi buta.
Setelah cukup lama berlari, para anggota mafia itu tidak lagi mengejar mereka, namun.
Langit tiba-tiba menjadi gelap, angin pun bertiup dengan sangat kencang. Mereka bertiga jadi kesulitan berjalan.
"Bennett, pasti gara-gara kesialan Bennett..!!" Umpat Eather ia menyesal membawa Bennett yang terkenal sebagai pembawa sial.
.
.
Akhirnya dengan susah payah mereka bertiga kembali ke kota Mondstadt. Orang-orang kota memandangi mereka yang terlihat kotor dengan pakaian compang camping.
"Hiks..., aku tidak dapat buahnya." Rengek Lumine.
"Sudahlah, lain kali kita pergi kesana tanpa membawa Bennett." Keluh Eather.
Setelah berpisah dengan Bennett. Lumine dan Eather menuju ke rumah mereka.
"Lumine..., astaga dari tadi aku mencarimu." Seru Barbara yang sedang menunggu di depan rumah mereka.
"Loh.., Barbara ada apa kamu mencari ku?" Tanya Lumine.
"Tentu saja mau membawakan kamu buah Valberry, Diona bilang kamu sedang butuh ini, dari pada harus pergi ke gunung Stormbearer, ada banyak monster disana." Seru Barbara tersenyum ramah lalu menyerahkan kantung berisi buah Valberry kepada Lumine.
"Lu..mi..ne..!!" Eather nampak sangat marah kepada adik kembarnya.
"Ma..maaf kak..!!" Cicit Lumine.
Sudah pasti hari ini Eather akan menghukumnya membersihkan atap rumah.
Sekian cerita petualangan satu hari Lumine dan Eather, terima kasih.
Lukalama.