Tik Tok Tik Tok Tik Tok
Jarum jam menunjukkan pukul 20.00. Biasanya Chamomile akan mendengar suara-suara aneh dari gudang di rumahnya. Begitu juga dengan hari ini. Chamomile sudah menunggu tepat di depan pintu gudang. Tentunya setelah menyiapkan mental agar ia tidak lagi ketakutan untuk masuk ke dalam sana.
Chamomile menghitung dalam hati. Tepat pada hitungan ke 3 suara aneh itu terdengar. Suara yang seolah memanggilnya untuk mendekat.
Begitu pintu gudang ia buka suara aneh itu menghilang. Chamomile bergidik ngeri. Segera saja ia berlari ke arah kamarnya di lantai 2.
Setelah mengunci pintu kamarnya, Chamomile menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia meringkuk di atas kasur. Kepalanya dipenuhi pikiran-pikiran negatif tentang suara-suara itu.
Siapa? Mengapa? Bagaimana bisa?
Chamomile lelah bertanya. Pun lelah menerka-nerka. Apa yang sebenarnya ia dengar akhir-akhir ini?
Chamomile berusaha memejamkan matanya. Lebih tepatnya memaksa matanya agar tertutup dan segera tidur karena ia harus bangun lebih pagi besok.
[]
Chamomile terbangun. Ia menatap sekelilingnya. Kemudian bangkit berdiri dengan mata yang membulat ketakutan.
Ini bukan kamarnya!
Kamar Chamomile tidak bercat hijau mint dengan segala aksessoris lolipop seperti kamar yang ia tempati saat ini. Kamar Chamomile bercat putih dengan design elegan dan beraroma matcha yang segar.
"Hai, sudah bangun?"
Lagi-lagi Chamomile terkejut. Kakinya perlahan berjalan mundur, menjauh dari sosok yang baru saja masuk ke dalam kamar ini.
"Tenang Chamomile, aku tidak akan melukai mu." mengerti bahwa Chamomile takut padanya, sosok perempuan itu berusaha meyakinkan Chamomile bahwa ia orang baik.
Err, bisakah ia disebut manusia?
Yah, sosok dihadapan Chamomile saat ini memang berwujud manusia. Hanya saja terdapat kelainan dalam wujudnya.
Ia bersayap. Rambutnya berwarna-warni seperti permen lolipop yang biasa Daisy (Adik Chamomile) makan. Aroma manis menguar dari tubuhnya membuat Chamomile muak. Itu terlalu manis.
Dan pakaiannya. Hey! Apakah itu terbuat dari permen kertas yang biasa terselip di saku celana Bintang?!
"Aku Pepermint. Kau bisa memanggilku mint seperti yang lainnya. Dan maaf sudah mengganggu mu beberapa hari ini," Mint membungkuk dengan tulus.
Perlahan Chamomile mendongak, memperhatikan Mint dengan saksama. Mengganggu? Apakah suara yang berasal dari gudang itu suara Mint?
"Iya kau benar. Itu suara ku. Mungkin suara ku tidak terdengar jelas."
Rasa takut Chamomile tidak separah tadi. Ia mulai berjalan mendekati Mint di dekat pintu.
"Jadi, apa mau mu?"
"Mau ku?"
Mint tertawa. Bukan tawa bahagia. Chamomile kembali mundur.
"Ikut denganku dan kau akan tahu apa yang ku inginkan."
Dengan berat hati Chamomile mengikuti Mint yang terbang rendah di depannya.
Otak Chamomile masih berusaha mencerna semua ini. Sangat tidak masuk akal ada peri di dunia ini. Ah, bukan peri. Bolehkah Chamomile menyebut Mint sebagai permen iblis?
Itu berlebihan. Mint tidak seperti iblis. Makhluk itu berwarna cerah ceria. Menyerupai seonggok permen hidup.
"Hai Mint. Siapa di belakang mu?"
Suara lain yang terdengar membuat Chamomile kembali awas.
"Tetangga."
"Oh. Kau benar-benar membawanya kemari! Itu keren! Sungguh."
Chamomile tidak mengerti. Tetangga? Siapa tetangga? Dirinya? Chamomile tidak merasa bertetangga dengan makhluk abnormal seperti mereka.
"Aku buru-buru Lemon, kita bicara lagi nanti."
Makhluk dengan gaun berwarna kuning nyentrik dan rambut orange kecokelatan itu melambaikan tangannya. Ia pergi diikuti makhluk-makhluk mungil yang entah apa namanya. Terlihat seperti semut tapi juga tidak. Tidak ada semut berwarna hijau neon.
"Bung kau perlu memperbaiki selera fashion mu."
Chamomile berjengit kaget ketika merasakan sentuhan sedingin es di pundaknya.
"Wow. Kau tidak punya sayap. Kemana hilangnya sayap-sayap mu darl?"
Mint merotasi kan matanya. Jengah melihat kelakuan temannya.
"Blasto! Dia bukan bagian dari kita. Dia tetangga."
"Tetangga?! Bagaimana bisa?!"
"Menurut mu saja Blasto."
"Tunggu-tunggu! Jangan bilang kau—"
"Sudah Blasto. Kami harus pergi."
"Oh my pretty girl! King harus mengetahuinya!"
[]
Di sinilah Chamomile sekarang. Di ruangan 4x4 meter dengan dinding berwarna putih. Tanpa perkakas apapun di dalamnya. Bahkan tanpa sofa untuk nya duduk.
Mint menghilang sejak—mungkin 5 menit lalu—setelah berkata perlu memanggil seseorang.
"Chamomile Obligart. Lama tidak berjumpa."
Entah berapa kali Chamomile terkejut semenjak ia terbangun di negeri antah berantah ini. Kali ini ia kembali terkejut ketika mendapati sosok Julius Carteez, mantan pacarnya terakhir kali, berada di hadapannya.
Parasnya tidak berubah. Hanya saja tubuhnya dikelilingi binar keemasan yang membuat mata Chamomile terasa perih.
"Kenapa—" Chamomile tidak bisa berkata-kata.
Julius mendekat meletakkan telapak tangannya di atas kepala Chamomile lantas mengusapnya pelan.
"Do you miss me?"
Gelap. Chamomile kehilangan kesadarannya.
[]
"Kakak bangun!"
Chamomile spontan berdiri dari tidurnya. Matanya memindai seluruh ruangan yang ia tempati saat ini.
Dalam hati ribuan syukur ia panjatkan setelah memastikan bahwa ini memang kamarnya.
"Kenapa?" netranya beralih menatap Daisy yang menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar Chamomile.
"Ada teman Kakak di depan. Mommy meminta ku untuk memanggil mu. Cepatlah turun!"
Chamomile merapikan penampilannya dengan kilat. Kemudian berjalan menuju ruang tamu.
Gelak tawa terdengar dari sana. Chamomile bahkan mendengar suara Mommy nya yang melayangkan beberapa pertanyaan.
"Nah ini Chamomile, Tante tinggal dulu ya."
Chamomile terpaku. Tubuhnya mendadak tidak bisa di gerakkan. Kakinya lemas seperti jelly. Ia jatuh terduduk.
Senyuman mengerikan itu menyambutnya.
"Hai Chamomile. Masih mengingat ku?"
Mint ada di sana. Dengan rambut warna-warni nya dan gaun bermotif bunga daisy. Di tangannya terdapat sebuah kertas dengan tulisan yang tidak dapat Chamomile pahami.
"Aku sudah meminta izin Mommy mu untuk membawa mu pergi."
Chamomile menggeleng cepat.
"Jadi, bisa kita pergi sekarang? King sudah menunggu."
[end]