Suara bising disekitarku membuatku membuka mata secara perlahan. Aku merasa asing dengan kamarku sendiri. Perasaan khawatir mulai muncul pada diriku saat aku melihat perutku sedikit membuncit padahal aku memiliki perut yang rata plus six pack karena rajin berolahraga.
“Kenapa perutku bisa membuncit dalam waktu semalaman?” Gumamku sambil meraba-raba perutku.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menuju ranjang yang kutempati.
“Selamat pagi tuan putri”sapa seorang perempuan yang memakai seragam pelayan pada zaman kerajaan cina kuno sambil tersenyum dan menunduk yang membuatku tambah bingung.
Aku pun segera bangun dari tempat tidur tapi dengan sigap perempuan yang memakai seragam pelayan kuno itu membantuku untuk duduk di ranjang dengan ekspresi khawatir.
“Hati-hati tuan putri. Tuan putri sedang hamil muda”ucap perempuan yang terlihat lebih tua beberapa tahun dariku itu dengan ekspresi khawatir.
“Hamil? Aku hamil?”tanyaku memastikan jika aku tidak salah dengar
“Tuan putri lupa jika kemarin tabib kerajaan memastikan tuan putri sedang hamil 3 bulan”jawab perempuan itu dengan ekspresi aneh.
Aku terdiam dan menatap sekeliling kamar yang kutempati sekarang. Ini bukan kamarku. Bahkan pakaian yang kupakai sekarang bukan milikku. Aku tidak pernah memiliki model pakaian kuno seperti ini.
Tiba-tiba aku merasa pusing dan beberapa ingatan terlintas di kepalaku. Aku tidak tau ini ingatan siapa tetapi perempuan yang ada dalam ingatanku wajahnya mirip denganku.
“Sudah tahun berapa sekarang?”tanyaku memastikan sesuatu yang membuatku ketakutan.
“Sekarang tahun 1710 tuan putri” jawab perempuan itu terlihat tambah kebingungan tetapi dia enggan mengatakan isi kepalanya itu.
Namaku Aurora Angelica. Aku seorang mahasiswi tata boga tingkat akhir pada abad 21. Entah kenapa aku bisa terbangun di dalam tubuh seorang tuan putri yang cantik pada masa dinasti Qing bernama Liu Yu Hua. Pemilik asli tubuh ini merupakan putri ketujuh dari kerajaan tetangga dan istri dari putra mahkota dinasti Qing.
Sebelum peristiwa ini terjadi, aku baru menyelesaikan tugas skripsiku dan merasa mengantuk sehingga aku memutuskan tidur terlebih dahulu dan sekarang aku berada di zaman kuno. Apakah aku sedang mengalami time travel? Tapi itu mustahil bagiku.
Sekarang semua ingatan dari pemilik tubuh ini aku tau. Aku merasa konyol saat melihat perutku yang buncit karena hamil padahal aslinya aku masih perawan bahkan belum pernah berpacaran.
“Hari ini tuan Putri memiliki jadwal untuk sarapan bersama dengan Putra mahkota Qing Jia Xu”ucap Mei Ying yang merupakan nama pelayan pribadi pemilik asli tubuh ini dengan sopan kepadaku.
Mendengar nama putra mahkota disebut membuatku gugup dan belum siap untuk bertemu dengan orang-orang disekitar Liu Yu Hua-nama pemilik tubuh ini.
“Mari hamba membantu tuan Putri untuk bersih-bersih terlebih dahulu”ujar pelayan itu seraya membantuku untuk berdiri.
“Aku baik-baik saja Mei Ying. Aku bisa melakukannya sendiri”tolakku dengan halus karena aku sudah terbiasa mandi sendiri dan merasa sangat aneh jika dibantu saat melakukan hal itu.
Kini aku sedang berendam di dalam bak mandi yang terbuat dari berlian. Aku merasa takjub karena pertama kali melihat dan menggunakan bak mandi yang luxury ini. Meskipun zaman kuno tetapi barang-barang yang dimiliki pemilik asli tubuh ini benar-benar mewah.
Tok tok
Bunyi ketukan pintu membuatku mengedarkan pandangan menuju pintu kamar mandi. Mei Ying berhenti menggosok bagian belakang tubuhku dan meminta izin padaku sebelum membuka pintu dan aku hanya membalasnya dengan sekali anggukan.
“Pakaian tuan putri sudah siap”terdengar suara perempuan dari luar kamar mandi yang sedang berbicara dengan Mei Ying.
Setelah berbicara dengan perempuan itu, Mei Ying berjalan ke arahku dan melanjutkan menggosok bagian belakangku. Aku merasa sangat geli dan ingin secepatnya menyudahinya.
“Mei Ying. Bagaimana menurutmu perlakuan putra mahkota terhadapku selama ini?”tanyaku penasaran ingin mengetahui dari sudut pandang pelayan tentang putra mahkota.
Mei Ying berhenti sejenak melakukan tugasnya kemudian melanjutkannya kembali dengan lembut.
“Menurut hamba, putra mahkota sangat menyayangi tuan putri meskipun beliau tidak melakukannya secara terang-terangan”jawab Mei Ying terdengar sangat yakin dengan ucapannya itu tetapi hal itu berbanding terbalik dengan ingatan dari pemilik tubuh asli.
Menurut ingatan pemilik tubuh ini. Putra mahkota sangat dingin kepadanya bahkan jarang mengunjungi kediamannya jika tidak diperintahkan secara langsung oleh sang kaisar.
“Mungkin kaisar yang memerintahkan dia untuk sarapan bersama hari ini karena sebelumnya pemilik asli tubuh ini tidak pernah melakukan hal itu dengan putra mahkota” monologku dalam hati dan entah kenapa aku merasa sakit hati atas perlakuan putra mahkota kepada Liu Yu Hua. Mungkin karena aku berbagi tubuh dengan Liu Yu Hua sehingga aku bisa merasakan apa yang ia rasakan selama ini.
Beberapa saat kemudian, aku berjalan dituntun oleh Mei Ying di sekitar taman istana. Hari ini putra mahkota ingin sarapan bersama di gazebo dekat danau yang terdapat di taman. Pakaian yang kupakai saat ini sangatlah rempong namun terlihat cantik dan anggun.
Kini aku melihat dua pria yang salah satunya memakai pakaian yang mewah sedang duduk di gazebo dan pria yang satunya berdiri di samping pria yang berpakaian mewah itu.
“Salam hormat hamba pada Yang Mulia Putra Mahkota”ucap Mei Ying sembari bersujud membuatku sedikit shock dengan aturan yang ada di zaman ini.
“Sepertinya putri sudah lupa dengan aturan kerajaan tetapi aku membiarkanmu saja karena kau sedang mengandung keturunanku” ucap pria yang berpakaian mewah itu yang tak lain adalah sang putra mahkota yang membuatku tidak enak hati.
“Bangun”sambung putra mahkota mengizinkan Mei Ying untuk berdiri.
“Apa kau ingin terus berdiri disitu sampai makanannya basih?” tanya putra mahkota dengan sarkastik membuatku tidak akan mudah menghadapi pria ini kedepannya.
Atas bantuan Mei Ying, aku duduk di sebuah kursi yang berhadapan dengan putra mahkota. Disini aku bisa melihat wajah putra mahkota sangat jelas. Kata Mei Ying sebelumnya, putra mahkota adalah pangeran tertampan diantara semua pangeran yang ada di istana ini bahkan sang putra mahkota dijuluki sebagai dewa tampan dinasti Qing. Setelah melihatnya dengan jelas, pria di depanku ini memang sangatlah tampan dan seharusnya aku bangga memiliki suami sepertinya namun sebaliknya. Aku tidak peduli mau dia tampan atau jelek yang penting sifatnya harus baik dan sayang padaku tetapi ini adalah nilai minus untuk pria di depanku.
“Makan yang banyak dan bergizi. Jangan membuat keturunanku kelaparan di dalam perutmu”ucap sang putra mahkota sambil memberi kode kepada pria disampingnya yang merupakan pengawal pribadinya untuk meninggalkan kita berdua.
Aku benar-benar tidak menikmati sarapanku karena putra mahkota selalu mengusikku saat aku ingin mengambil makanan yang begitu menggugah dimataku.
“Ini makanan untukku dan kau dilarang untuk memakan ini selama hamil”ucap putra mahkota melarangku untuk memakan tumis kerang yang terlihat menggugah itu.
Setelah mengatakan itu, putra mahkota mengambil sebuah mangkok kecil yang tersedia di atas meja kemudian menuangkan sup panas dari centong sayur kedalam mangkok itu. Mei Ying yang melihat dari jarak agak dekat ingin menggantikan putra mahkota tetapi sang putra mahkota melarangnya dan ingin melakukannya sendiri.
“Makan ini sampai habis. Sup sarang burung walet ini sangat bagus untuk tumbuh kembang janin yang ada di dalam perutmu”ucap sang putra mahkota yang membuatku sedikit tersentuh atas perhatiannya kepadaku.
“Ini demi keturunanku. Dia harus sehat dan kuat”lanjutnya yang membuatku langsung ingin menyudahi sarapan bersama ini.
Beberapa hari kemudian, terjadi sebuah pemberontakan di dalam istana. Mei Ying sedang berdiri di sampingku dengan tubuh gemetar. Jujur aku merasa ketakutan tetapi aku menyembunyikan hal itu di depan Mei Ying. Meskipun aku penasaran dengan apa yang terjadi di luar sana tetapi aku dilarang untuk meninggalkan paviliunku dan terdapat beberapa pengawal kerajaan yang sedang menjaga di sekeliling paviliunku.
“Mei Ying. Coba kau keluar dan bertanya pada pengawal tentang kondisi diluar sana” suruhku karena merasa khawatir dengan keadaan putra mahkota yang katanya menjadi garda terdepan dalam melawan pemberontakan itu. Entah kenapa aku merasa khawatir dengan keadaan putra mahkota yang dingin itu mungkin karena anak yang ada di dalam perutku merasa khawatir dengan ayahnya.
Beberapa hari ini aku mencoba menerima nasibku yang telah berpindah dimensi atau melakukan time travel. Aku juga tidak mengerti yang telah terjadi sebenarnya kepadaku.
Brak
Terdengar suara gaduh di luar paviliunku. Mei Ying yang masih diluar bersama pengawal berteriak dengan keras membuatku khawatir dan gugup. Suara gaduh itu terdengar seperti bunyi gesekan pedang dan pukulan.
Aku mencoba mengintip dibalik celah jendela dan aku sangat terkejut saat melihat beberapa pengawal kerajaan terjatuh dan bersimbah darah. Aku mengedarkan pandanganku dan mencari keberadaan Mei Ying tetapi aku tidak melihatnya.
“Seharusnya aku tidak menyuruh Mein Ying keluar dari sini” sesalku dan merasa ketakutan dan bersalah kepada Mei Ying yang entah bagaimana keadaannya diluar sana.
Brak
Suara pintu paviliunku terbuka dengan paksa. Dua pria berpakaian hitam dan memakai penutup wajah sedang berjalan ke arahku.
“Pergi! Jangan mendekat!” pekikku dengan keras mencoba menghindari dua pria berpakaian hitam itu.
“Kami tidak akan menyakiti tuan putri jika bersedia ikut dengan kami secara sukarela” ucap salah satu pria berpakaian hitam itu.
“Jangan langcang kau. Kau tidak tau siapa diriku. Aku istri dari putra mahkota”ucapku dengan tegas sambil menyembunyikan rasa takutku.
“Hahaha kami tau dan itu alasan kami melakukan pemberontakan ini”ucap pria berpakaian hitam yang satunya membuatku melotot sempurna.
“Kenapa aku menjadi alasan kalian melakukan pemberontakan ini dan siapa tuan kalian?”tanyaku dengan berani meskipun sebenarnya aku merasa sangat ketakutan menghadapi dua pria yang terlihat kuat di depanku.
“Ikut kami sekarang jika tuan putri penasaran dengan tuan kami. Tuan kami juga merindukan tuan putri”ucap pria tadi seraya mencoba menangkapku.
Dengan sigap aku menghindarinya. Aku memiliki ilmu bela diri. Bahkan aku pernah memenangkan pertandingan taekwondo tingkat nasional.
Aku berlari menuju pintu belakang paviliunku dan dua pria itu mencoba menangkapku. Perut buncitku membuatku sedikit lamban dalam berlari dan semoga tidak terjadi apa-apa dengan bayi di dalam kandunganku. Meskipun aku tidak turut andil dalam proses pembuatan bayi ini tetapi sekarang tubuh ini milikku jadi otomatis bayi di dalam perutku adalah anakku juga.
“Berhenti tuan putri, kami tidak akan menyakitimu. Ini atas permintaan tuan kami” teriak salah satu pria berpakaian hitam itu sambil mengejarku.
Kini aku berada di dalam hutan yang lebat. Pasti kalian bertanya-tanya kenapa aku cepat sekali berlari dibandingkan dengan dua asasin tadi. Itu karena aku sudah terbiasa melakukan olahraga dan jogging tiap hari. Mungkin pemilik asli tubuh ini juga rajin berolahraga pikirku karena daya tahan tubuhnya juga kuat meskipun sedang hamil.
“Maafkan ibu nak. Ibu terpaksa berlari dan itu pasti membuatmu terguncang di dalam sana tapi jangan khawatir mereka tidak akan bisa menangkap kita”gumamku seakan bayi di dalam perutku mendengar dan memahami perkataanku.
Aku beristirahat sebentar di bawah pohon besar sambil memikirkan cara agar keluar dari hutan ini sebelum gelap.
Terdengar suara langkah kaki di sekitarku. Aku yang sebelumnya duduk segera berdiri dan mengintip dari balik pohon dan benar saja salah satu asasin tadi sedang mencari keberadaanku.
“Anda tidak bisa kabur lagi tuan putri” ucap salah satu asasin yang tiba-tiba sudah ada dibelakangku.
“Kami terpaksa harus menyakiti tuan putri jika tidak mau berkompromi” lanjut asasin itu yang bersiap untuk membekap mulutku.
Aku dengan sigap menepis tangan asasin itu dengan keras dan memelintirnya lengannya ke belakang kemudian menjatuhkan tubuhnya ke tanah.
“Lepasin aku. Jika tidak aku akan benar-benar membunuh tuan putri” ancam asasin itu sambil merintih kesakitan dan mencoba untuk melawan tetapi tidak bisa karena aku sedang mengunci tubuhnya.
“Enak aja. Jangan banyak bacot jika tidak mau aku patahkan lenganmu”ancamku balik pada asasin itu sambil menekan lengannya lebih dalam.
Suara kesakitan dari asasin itu membuat rekannya menghampiri kami dengan mata yang terlihat melotot. Mungkin dia tidak percaya seorang tuan putri sepertiku bisa mengalahkan rekannya.
“Jangan hanya berdiri disitu bego. Lawan tuan putri kalau berani. Kita sudah meremehkannya tadi”ucap asasin yang sedang kesakitan.
Asasin yang lain mencoba untuk memukulku dan sebelum menghindar, aku patahkan lengan asasin yang satunya dan terdengar suara retakan yang mengilukan.
“Aaarrrgh dasar perempuan brengsek”jeritan dan makian asasin yang kupatahkan lengannya Itu.
Aku tak memperdulikan itu dan berusaha menghindari pukulan demi pukulan dari asasin yang lainnya. Saat dia mencoba menendang perutku, dengan sigap aku menghindar dan melarikan diri karena sekarang aku benar-benar kecapean, haus, dan lapar.
Saat berlari, aku melihat sebuah rumah kuno yang terdiri dari dua lantai. Sepertinya rumah itu tidak berpenghuni. Aku pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah itu dan bersembunyi dari kejaran asasin.
Kuedarkan pandanganku ke segala arah. Atensinku melihat sebuah gentong besar yang terbuat dari tanah liat. Aku membuka penutup gentong itu dan mengendus isinya. Isinya adalah air bersih yang bisa diminum. Aku segera mencari wadah untuk mengambil air dari dalam gentong besar itu. Kuteguk air itu sampai tandas. Aku benar-benar merasa lega sekarang meskipun rasa laparku tak kunjung menghilang.
“Maafkan ibu sayang. Pasti kamu sedang lapar. Nanti kalau ibu sudah dalam keadaan aman kita cari makanan disekitar sini”gumamku sambil mengelus perut buncitku yang berisi keturunan kerajaan.
Suara langkah kaki membuatku tersentak. Aku segera mencari tempat untuk bersembunyi di dalam rumah tak berpenghuni itu. Pasti para asasin itu yang datang. Mereka benar-benar tidak menyerah pikirku.
Aku menemukan sebuah tempat persembunyian yang bagus dibalik beberapa tumpukan kayu meskipun agak sempit.
Suara langkah kaki terdengar di dekatku. Aku menahan nafas dan merasa gugup. Beberapa saat kemudian bunyi langkah kaki itu menjauh membuatku menghela nafas panjang.
Kini aku keluar dari tempat persembunyianku. Kulihat sebuah jendela besar terbuka di lantai 2 tempatku sekarang. Aku berjalan dengan perlahan dan dari jendela, aku melihat dengan jelas kedua asasin itu sedang duduk di teras depan rumah.
“ck. Mereka benar-benar anak buah yang sangat setia tetapi sangat menyusahkanku. Bagaimana caranya bisa keluar dari sini jika mereka berjaga di depan rumah” gumamku sambil mendengus kesal.
Hari mulai sore, aku hanya meminum air untuk menahan rasa laparku. Kuintip kembali dari jendela kedua asasin itu. Mereka terlihat kecapean dan tertidur pulas sambil duduk.
“Sepertinya sekarang waktuku untuk melarikan diri dari sini sebelum mereka terbangun” gumamku sambil mengendap-endap keluar dari rumah itu.
Kulewati kedua asasin itu dengan perlahan dan berusaha tidak membuat suara apapun. Dan berhasil, aku bisa kabur dari kedua asasin itu dengan selamat dan berjalan ke dalam hutan sampai aku menemukan sebuah pasar tradisional yang ramai.
Kedua mataku berbinar saat melihat jajanan pasar yang sangat lezat yang mirip dengan sate. Dengan langkah gontai karena kecapean, aku menghampiri penjual jajanan itu.
“Selamat datang nona. Silakan dipilih. Semuanya baru saja dimasak oleh istriku” ucap penjual yang sudah tua itu.
Aku tersenyum dan memilih makanan yang menggugah selera itu. Aku memakan jajanan sate itu dengan lahap sampai menghabiskan 10 tusuk.
Aku bersendawa kecil karena kekenyangan. Setelah itu aku mencari sesuatu untuk membayar makanan yang sudah kubeli. Kutatap pria tua itu dengan ekspresi kaku.
“Nona menghabiskan 10 tusuk. 1 tusuk harganya 2 tembaga. Jadi totalnya 20 tembaga nona”ucap pria itu sembari menghitung jumlah tembaga yang harus kubayar.
Masalahnya aku tidak memiliki uang sepeserpun. Bagaimana caranya aku membayar makanannya. Aku benar-benar bodoh karena sangat kelaparan sehingga membuatku tidak sadar jika tidak membawa apapun.
Aku tertunduk dan melihat pakaian mewah yang kupakai sekarang menjadi pakaian lusuh dan kotor. Aku teringat jika hari ini aku memakai sepasang anting yang terbuat dari emas murni.
Kulepas sepasang anting milikku untuk membayar makanannya kepada pria tua itu yang sedang menatapku dengan kebingungan.
“Maaf kakek. Aku tidak membawa uang. Apa aku bisa membayarnya dengan anting yang kumiliki ini?”tanyaku sambil menyodorkan sepasang anting milikku pada pria tua itu.
Pria tua itu menerima sepasang antingku dan seketika wajahnya terkejut. Mungkin karena baru pertama kali pria tua itu melihat barang mewah seperti itu.
“Tidak nona. Pria tua ini tidak bisa menerimanya. Anting nona tidak sebanding dengan harga jualan saya. Anggap saja saya memberikan 10 tusuk sate tadi secara gratis pada nona”ucap pria tua itu menolak sepasang anting yang kuberikan.
Sebelum membuka mulutku, terdengar beberapa orang bergosip tentang keadaan istana sekarang. Kutajamkan pendengaranku dengan seksama.
“Sekarang istana dalam keadaan kacau. Pagi tadi terjadi pemberontakan di dalam istana hingga istri putra mahkota dinyatakan menghilang” ucap salah satu pria yang memakai pakaian kuno berwarna hijau tua.
“Dengar-dengar putra mahkota sedang mencari keberadaan istrinya hingga dia menghukum semua pelayan yang melayani istrinya pada saat itu karena sudah lalai dengan tugasnya menjaga istri dari putra mahkota” celetuk seorang pria lainnya yang memakai pakaian kuno berwarna biru muda.
“Sepertinya putra mahkota bermuka dua. Disaat istrinya menghilang, dia sedang terlihat bersama dengan putri kedua dari perdana mentri Chen"ucap seorang pria muda lainnya yang memakai pakaian kuno berwarna hijau muda.
“Bukannya putri kedua dari perdana menteri Chen itu adalah mantan tunangan putra mahkota? Mungkin mereka akan bersama kembali” ucap pria yang memakai pakaian kuno berwarna hijau tua tadi.
Aku mendengar semuanya dengan jelas. Bisa-bisanya putra mahkota bersama dengan mantan tunangannya disaat istrinya menghilang. Entah kenapa aku merasa patah hati dan cemburu saat mendengar itu.
Aku putuskan untuk pergi menjauh dari lingkungan kerajaan. Aku meninggalkan pria tua tadi dan memaksanya untuk menerima sepasang anting yang sudah tidak ada nilainya bagiku. Aku memutuskan untuk benar-benar pergi dari kehidupan putra mahkota sebelum aku jatuh cinta lebih dalam. Ya, aku sadar perhatian putra mahkota padaku akhir-akhir ini membuatku tersentuh dan mulai jatuh cinta dengannya tetapi aku bukan pemilik asli dari tubuh ini sehingga aku tidak berhak memiliki perasaan itu apalagi sekarang putra mahkota bersama dengan mantan tunangannya. Pasti dia sangat mencintai mantan tunangannya itu pikirku.
Beberapa perempuan muda sedang berjalan ke arah pegunungan dan aku memutuskan untuk mengikuti mereka karena kami memiliki tujuan yang sama. Melalui ingatan pemilik asli tubuh ini, ada sebuah klan yang menempati area pegunungan itu. Klan itu disebut klan Hwang dan mereka akan menerima siapa saja yang ingin bergabung dengan mereka.
Dalam perjalanan, aku dan tiga perempuan itu saling berkenalan. Ketiganya lebih tua dua sampai tiga tahun dariku tetapi mereka menghormatiku dan membantuku melewati semua rintangan dalam perjalanan hingga kami tiba di tempat tujuan.
Kepala suku klan Hwang menerima kami dengan ramah dan ternyata salah satu perempuan tadi merupakan keturunan klan Hwang.
Tak terasa sudah beberapa bulan aku hidup bersama dengan anggota klan Hwang. Mereka benar-benar menerimaku dengan baik dan aku dipercayakan untuk menjadi kepala koki untuk klan Hwang setelah mereka mencicipi masakanku yang tidak pernah mereka makan sebelumnya. Tentu saja karena beberapa makanan yang aku masak dari resep abad 20 dan 21.
Tinggal sebulan lagi aku akan melahirkan. Semua anggota klan merawatku dengan baik serta mereka turut bahagia karena segera akan ada bayi di antara kami. Pasti kalian penasaran tentang apa aku merindukan putra mahkota atau tidak. Tentu saja iya. Setiap malam sebelum tidur, aku menangis diam-diam karena merindukan pria dingin itu atau mungkin karena bayi di dalam perutku butuh belaian dari sang ayah. Aku juga belum ada rencana untuk kembali ke istana dan tidak ada seorang pun yang mengetahui identitas asliku karena aku mengganti namaku menjadi Shang Zhi. Klan ini jauh dari istana sehingga tidak ada berita apapun tentang kerajaan. Terakhir kali ada beberapa anggota klan yang pernah turun gunung dan mendengar kabar bahwa sampai sekarang putra mahkota mencari keberadaan istrinya dan raja dari Kerajaan tetangga ikut mencari sang putri dan marah besar terhadap putra mahkota.
Keesokan harinya, aku dan beberapa anggota klan sedang piknik di dekat pemukiman warga lokal. Meskipun perutku membesar dan terasa berat, aku masih aktif untuk bergerak meskipun beberapa anggota klan merasa khawatir dan menyarankanku untuk tinggal di pemukiman saja. Tetapi aku merasa bosan dan ingin ikut piknik bersama mereka.
Kini aku sedang menyendiri tidak terlalu jauh dari anggota yang lain. Aku berjalan pelan sambil mengelus perutku dan menyusuri jalan. Tiba-tiba ada seorang Pria paruh baya yang mengenaliku dan berteriak jika dia melihat istri dari putra mahkota.
Tentu saja aku terkejut dan membalikkan badan. Tetapi aku tambah kaget dan tubuhku menegang saat melihat sosok putra mahkota yang sedang berjalan kearahku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Marah? Kecewa? Rindu? Senang?. Entah aku benar-benar tidak bisa menebaknya.
Saat sosok putra mahkota terlihat jelas dari dekat. Aku segera berlari ke arah berlawanan dengan Putra Mahkota meskipun sangat susah karena perutku sangat besar. Tetapi semuanya hanya sia-sia karena putra mahkota dengan mudahnya menangkapku kemudian menarikku ke dalam pelukannya.
Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku dengan perasaan kehilangan dan ternyata semua ini hanyalah mimpi yang terasa nyata bagiku. Aku memeriksa perutku dan terlihat masih rata seperti sebelumnya. Wajah putra mahkota pun aku sudah tidak ingat lagi. Entah aku harus bersyukur atau tidak jika selama ini aku hanya bermimpi tetapi perasaanku terhadap putra mahkota benar-benar nyata.
End