Sejak pertama aku baru mengerti dan memahami dunia, sejak saat itu juga
Mental dan kebahagiaan ku direnggut.
Dimana aku melihat airmata bercampur darah mengalir di wajahmu,,
Yang ada dipikiranku hanyalah aku ingin kau hidup, aku tak ingin kau meninggalkan ku dengan kehancuran ini..
Ternyata Tuhan mendengar tangis dan doaku..
Hingga kau bangkit menjadi wanita tangguh, kuat dan mandiri..
Disaat itulah aku dipaksa dewasa sebelum waktunya, aku memahami dirimu, aku harus merelakanmu demi masa depanku
Wlwpun terkadang aku merengek, menangis, meronta tak ingin ditinggalkan..
Tapi sekali lagi kau memberi pengertian padaku bahwa ini demi kebahagiaan kita masa depan kita...
Sampai bertahun² aku mulai terbiasa dengan ini semua, mungkin itu yang orang lain lihat pada diriku tapi sebenarnya tidak, luka itu selalu menghantui pikiranku mengusik mentalku, sendiri menangis dalam diam..
Dan disaat semua ini blm pulih kau menemukan kebahagiaan dan masa depanmu sendiri,aku harus bagaimana? Memberontak pun pasti akan membuat dirimu menderita,
Aku tidak boleh egois bukan?
Dan saat itulah sekali lagi mental ku kembali sangat hancur bahkan lebih dari sebelumnya..
Kemana janji itu janji yang akan meraih masa depan bersama bahagia bersama?
Mengapa kau memilih untuk hidup bahagia bersama orang lain dan meninggalkan aku yang penuh luka ini..
Saat luka dan duka kita lalui bersama kau meninggalkan ku saat suka itu datang..
Ibu... Kemana tatapan dan senyuman lembut mu dulu yang selalu kau berikan padaku
Mengapa sekarang hanya ada tatapan tajam, marah dan tak suka yang kau berikan padaku..
Kalau kau masih marah padanya jangan limpahkan itu pada ku bu..
Tak tau kah dirimu aku memendam luka ini seumur hidupku..
Aku ingin seperti dulu Bu, mendapatkan kasih sayangmu walaupun hanya dengan tatapanmu..
Aku selalu sayang padamu..