Orang selalu berkata,"ada bekas istri/suami tapi tidak ada bekas anak atau orang tua". Seorang profersor melakukan riset kecil kepada mahasiswa nya yang sudah berkeluarga. Dia lalu meminta satu orang mahasiswa untuk maju kepapan tulis.
Prof : Tuliskan sepuluh nama yang paling paling dekat denganmu
Lalu mahasiswa itu menulis sepuluh nama,ada nama tetangga,orang tua,teman kerja,istri,anaknya,saudara dan seterusnya.
Prof: Nah sekarang silahkan pilih Tujuh orang diantara Sepuluh nama tersebut yang kamu benar-benar ingin hidup terus bersamanya.
Mahasiswa itu lalu mencoret Tiga nama.
Prof: silahkan coret Dua nama lagi
Tinggallah Lima nama tersisa.
Prof: coret lagi Dua nama
Tersisalah Tiga nama yaitu ibu,istri dan anak.
Suasana kelas menjadi hening, mereka mengira semua sudah selesai dan tak ada lagi yang harus dipilih. Tiba-tiba profesor itu berkata lagi,
Prof: Silahkan coret Satu nama lagi.
Mahasiswa itu tertegun untuk sementara waktu, lalu ia dengan perlahan mengambil pilihan yang amat sulit itu dan mencoret nama ibunya.
Prof : Silahkan coret Satu nama lagi.
Hati sang mahasiswa makin bingung,suasana kelas semakin tegang, mereka semua juga berpikir keras mencari pilihan yang terbaik. Mahasiswa itu kemudian mengangkat spidolnya dan dengan sangat lambat ia mencoret nama anaknya. Pada saat itulah sang mahasiswa tidak dapat lagi membendung air matanya,ia menangis.
Awan kesedihan meliputi seluruh sudut ruang kuliah,setelah suasana lebih tenang,sang profesor akhirnya bertanya kepada mahasiswa itu.
Prof: kamu tidak memilih orang tua yang membesarkan mu,tidak juga memilih anak yang adalah darah dagingmu,kenapa kamu memilih istrimu? Toh istri bisa dicari lagi kan?
Semua orang didalam ruang kuliah terpana menunggu jawaban dari mulut mahasiswa itu, lalu mahasiswa itu berkata lirih.
Seiring waktu berlalu,orang tua saya harus pergi dan meninggalkan saya,demikian juga anak saya. Jika dia sudah dewasa lalu menikah artinya dia pasti meninggalkan saya juga, pada akhirnya orang yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini,bahkan yang dengan sabar dan setia mendampingi dan mensuport saya saat tertatih dan terseok-seok berjalan menghadapi himpitan kehidupan untuk meraih karir hanyalah istri saya.
Setelah menarik nafas panjang dia melanjutkan,orang tua dan anak bukanlah saya yang memilih tapi Tuhan yang menganugerahkan,sedangkan istri saya sendirilah yang memilihnya dari sekian miliyar wanita yang ada didunia. Dan hanya istrilah yang menemani susah senang pahit manis nya kehidupan.
Seluruh mahasiswa memberikan tepukan pada bahu sang mahasiswa tersebut sebagai bentuk semangat dan kekaguman,bahkan sang profersor memberikan pelukan rasa bangga atas apa yang telah di paparkan oleh sang mahasiswa.
Semoga kita bertemu dengan istri/suami yang baik, teman-teman, Salam santun.