Seorang siswi cantik yang sudah rapi dengan seragamnya ia mengaca di depan cermin sambil membenarkan rok mininya.
"Tasya, cepat nanti telat"teriak seorang pria dari arah luar kamarnya.
"Bentar bang Baskara"teriak gadis itu yang bernama Tasya.
"Gue tinggal kalau lama"teriak pria itu bernama Baskara.
Tasya pun segera membawa tasnya di depan seraya berlari menuju pintu depan.
"Abang bawel gih, ngak tau adeknya belum selesai juga"omel Tasya sambil mengendong tasnya di punggungnya.
Terlihat bang Baskara sedang mengunakan sepatunya ia segera berdiri dan merangkul pundak Tasya.
"Mangkanya cepat, jangan lama-lama mau dihukum sama guru BK berjemur dilapangan"cetoleh bang Baskara.
Tasya yang polos hanya menggelengkan kepalanya.
Tasya lahardika seorang gadis cantik, pintar, lugu dan banyak disukai para cowok-cowok karena parasnya yang cantik adik satu-satunya Baskara ia duduk di bangku kelas 1 SMA SCHOOL HIGH.
Baskara lahardika seorang pria dan merupakan kakak satu-satunya Nayla yang sangat tampan banyak wanita yang mengangguminya, ia juga pandai bela diri, posesif terhadap adiknya, lebih pintar dari Tasya, ia duduk di bangku kelas 3 SMA SCHOOL HIGH.
Mereka tinggal bertiga di dalam rumah yang cukup sederhana yang dimana ibunya sudah meninggal waktu mereka SD.
"Abang tungguin"ucap Tasya yang menggunakan sepatunya dengan terburu-buru.
Tasya pun mengikuti langkah abangnya dari belakang.
"Cepat naik"pita Baskara yang sudah duduk dimotor ninja hitamnya.
Tasya pun naik di jok belakang Baskara, segera mereka pergi menuju sekolahnya.
Setelah Baskara memarkirkan motornya, segera ia mengandeng tangan adiknya melewati koridor sekolah yang dimana banyak siswa-siswi yang kagum kepada.
"Adik kakak yang romantis" siswi 1
"Tasya gemas deh lihatnya"siswa 1
"Baskara semakin tampan" siswi 3
"Ingin deh jadi pacar Tasya"siswa 2
"Jangan deh abangnya galak, mau kau di hajar olehnya"siswa 3
Setelah pergi meninggalkan siswa-siswi tersebut. Baskara pun melepas tangan Tasya dan mengelus rambut adiknya yang membuat Tasya risih.
Segera Tasya mengguncangkan tangan abangnya yang sudah mengelus rambutnya.
"Abang, lebih baik bang Baskara masuk gih ke dalam kelas"ucap Tasya sambil mendorong tubuh abangnya.
"Eh...eh"gumam bang Baskara.
Seseorang pria menuju kearah mereka berdua.
"Hallo cantik"ucap pria tersebut sambil merangkul pundak Tasya.
Tasya seketika membulatkan matanya sempurna.
Segera Baskara meraih tangan pria itu dari pundak adiknya.
"Jangan lu seenaknya nyentuh adik gue"ucap Baskara dengan marahnya.
Baskara pun merangkul pinggang adiknya yang membuat Tasya semakin deg-degan.
"Sumpah kalau lu bukan abang gue, gue akan milih lu"batin Tasya sambil melirik kearah abangnya itu.
"Santai, gue hanya ingin kenalan dengan dia"ucap pria itu.
"Lagian dia ingin kenalan bang"gumam Tasya sambil melepaskan tangan abangnya dari pinggangnya.
"Cih, gue ngak akan menyerahkan dia ke siapapun"batin Baskara sambil memperlihatkan mata elangnya kearah pria itu.
Pria itu pun mencaba tangannya. "Alex Wibawa, kelas 2B "ucap pria itu bernama Alex.
"Tasya"ucap Tasya dengan membalas uluran tangan itu.
"Udah jangan kelamaan"gumam Baskara sambil menarik tangan Tasya dari Alex.
"Kayaknya asyik juga abangnya, nanti istirahat bertemu di balkon atas"ucap Alex tersenyum kearah Baskara.
"Cih, berlagu banget tuh bocah"titah Baskara.
"Ha...ha...ha"Tasya tertawa sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangannya yang melihat kearah abangnya.
"Apanya yang lucu ?"tanya Baskara sedikit menunduk kearah Tasya yang mungil.
Tasya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Tak ada"gumamnya sambil menyentil kening abangnya.
"Aduh"desis Baskara sambil memegang keningnya.
Tasya berjalan memasuki kelasnya dan meninggalkan abangnya yang masih tersenyum kearahnya.
"Eh...eh, lu tuh sama abang lu soswet banget, padahal adik kakak"ucap Siska sahabatnya yang duduk di sebelahnya.
"Betul tuh soswet banget gue tadi lihat di depan"sahut Ferlin dari kursi belakangnya.
Nayla tersenyum kearah kedua sahabatnya itu. "Kita adik abang yang akur"jawab Tasya.
"Kadang-kadang sih"lanjutnya dengan wajah datar.
"Eh lu mah gitu, andai lu bukan adiknya sudah cocok pasti"puji Ferlin.
"Iya juga sih, tapi gue adik kandungnya"batin Tasya sambil meletakan wajahnya di atas meja.
"Eh lu kenapa ?"tanya Siska.
"Gue gapapa"
"Beruntung saja, kelak kalau ada cewek yang disukai abang gue"gumam Tasya.
"Pasti apalagi abang lu ganteng, keren, pintar, penyayang, pengertian juga"jelas Siska.
"Lah gue ?"tanya Ferlin.
"Entah"jawab Siska sambil menoleh kebelakang kearah Ferlin.
"Gimana cowok-cowok kemarin ?"tanya Siska mengalihkan topik pembicaraannya.
Kembali Tasya mengangkat kepalanya.
"Belum gue jawab, mereka sudah ditonjok oleh abang gue"jelas Tasya sambil mengingat kejadiannya.
"Apa"teriak mereka berdua yang membuat para siswa-siswi dikelasnya menoleh kearahnya.
"Abang lu memang ngak berubah juga ya, terus adiknya kapan punya cowok kalau gitu"ucap Siska.
"Entahlah"jawab Tasya pasrah.
****
Seusai pelajaran para siswa-siswi berhamburan menuju kantin untuk mengenyangkan perutnya yang sedang kelaparan.
Baskara menaiki tangga balkon dan membuka pintu. Terlihat Alex yang sudah berdiri.
"Woii, ada urusan apa lu"teriak Baskara sambil memasukan tangannya di saku celananya dan menghampiri Alex.
Alex pun membalikan tubuhnya dan Baskara sudah tepat di hadapannya dengan sama-sama menampakan wajah serius.
"Gue serius dengan adek lu"ucap Alex mendahului obrolannya.
"Ha...ha, lu playboy cap kadal mau serius dengan adik gue"ucap Baskara dengan mata elangnya.
"Gue kali ini serius dengan Tasya"gumam Alex dengan serius.
"Emang ucapan lu bisa gue percaya"ucap Baskara sambil menarik kerah Alex dan menatapnya.
"Cih" Baskara pun melepas tanganya dan kembali ia masukan kedalam celananya.
Baskara pun membalikan tubuhnya dan melangkah pergi.
"Gue beneran suka sama Tasya"teriak Alex.
Langkah Baskara terhenti dan berlari menuju Alex sebuah pukulan melayang diwajah Alex hingga membuat Alex terjatuh.
Siapa juga seorang abang yang tega adiknya kalau bersama play boy seperti Alex.
"Sakit"rilih Alex.
"Lu sudah banyak menyakiti hati cewek lain, gue ngak biarin adik gue tersakiti oleh mu"ucap Baskara dengan menahan emosinya.
"Gue ngak akan menyerah" teriak Alex yang masih memegang lukanya diwajah.
Kembali Baskara meninggalkan tempat itu.
"Ngak akan pernah Tasya dimiliki siapapun kecuali gue"batin Baskara.
"Kita duluan ya Sya"ucap kedua sahabatnya yang sudah pergi meninggalkan Tasya.
"Ish, abang mana sih lama amat"omel Tasya dengan sendirinya di tempat parkir.
Baskara berlari menuju parkiran dan menemui Tasya.
"Lama amat bang ?"tanya Tasya.
"Capek nunggu dari tadi di sini"lanjutnya.
"Maaf, abang tadi habis mengembalikan buku di perpus"jelasnya.
Segera Baskara menaiki motornya dan menghampiri Tasya kembali.
"Ayo naik"pita Baskara.
Tasya pun naik dijok belakang dan pergi menuju rumahnya.
****
"Abang masak apa ?"tanya Tasya yang melihat abangnya sedang memasak.
"Kesukaan kamu, ayam goreng saus kecap"jawab Baskara dengan senyum kearah Tasya.
"Wahh, hmmm enak aromanya"puji Taya sambil menghirup masakan.
Setalah itu bang Baskara mengoreng udang Crispy.
"Aku ambil satu"ucap Tasya sambil mengambil udang Crispy yang sudah matang itu.
"Eh, mencuri"ucap Baskara dengan senyuman.
"Enak saja, Tasya sudah bilang ya tadi"omel Tasya.
"Selamat makan"ucap mereka berdua.
"Hmm, enak, masakan abang the best"puji Tasya dengan mengacungkan jempol tangannya.
"Habiskan"pita bang Baskara dengan senyum.
Tasya tersenyum dengan mengangguk dan menikmati hidangannya.
Sore pun tiba. Tasya yang tengah asyik ayunan di halaman belakang rumahnya sambil menikmati es krim ditangannya sambil memandangi bunga-bunga yang bermekaran.
Baskara menghampiri Tasya dan mengigit es krim milik Tasya.
"Aaaaaaa, abang ish, es krim milik Tasya jadi sedikit kan gara-gara abang"omel Tasya sambil berdiri dan menghentakan kakinya.
"Ha....ha...ha, lagian sih ngak langsung dihabisi malah bengong"ucap Baskara.
"Siapa yang bengong, lagian gue lihat bunga juga"elaknya.
Tasya pun berjalan dan tiba-tiba Tasya hampir terjatuh dengan sigap Baskara menangkap punggung Tasya dari belakang.
"Lu gapapa ?"tanya Baskara.
Tasya pun kembali berdiri.
Klek !
"Awwww, sakit"desisnya sambil memegang satu lutut kakinya.
Baskara pun mengendong tubuh Tasya ala bridal style dan ia membawanya di atas kursi.
Tasya pun masih memegang lutut kakinya sebelah kiri sambil menahan sakit yang terasa.
Baskara jongkok di depannya dengan cemas.
"Sakit ?"tanya Baskara.
Tasya hanya mengangguk.
"Ini pasti waktu kecil"gumam Baskara.
"Abang bawa kamu ke rumah sakit"ucap Baskara.
"Tapi bang"kata Tasya.
"Hust diam"ucap Baskara sambil mengendong Tasya kembali.
****
Setibanya di rumah sakit dokter langsung memeriksa kondisi lutut Tasya.
"Gimana dok dengan kaki adik saya ?"tanya Baskara.
"Waktu berusia 2 tahun lalu apakah pasien mengalami deleyed walking ?"tanya dokter tersebut.
"Apa itu deleyed walking dok ?"tanya Baskara.
"Deleyed walking itu keterlambatan berjalan"jawab dokter.
"Dulu mama bilang kalau adik saya mengalami keterlambatan berjalan hingga berusia 3 tahun dok"jelas Baskara.
"Pasien mengalami sindrom nyeri tempurung lutut yang sedikit kerepos, saya sarankan agar pasien tidak terlalu menekuk lutut dan jangan dibuat lari terlalu cepat"jelas dokter.
"Baik dok"ucap Baskara.
Dokter itu pun memberi resep obat untuk Tasya untuk menghilangkan nyeri di lututnya.
Setelah mengalami pemeriksaan mereka berdua keluar dari dalam ruangan tersebut.
Terdapat seorang pria paruh baya berlari menuju kearah mereka.
"Gimana kamu gapapa ?"tanya ayah dengan khawatir.
"Nayla gapapa yah"jawab Tasya yang masih dituntun jalan oleh Baskara.
"Hanya Tasya kena Sindrom nyeri lutut yang sedikit keropos yah"jelas Baskara.
"Ini pasti akibatnya dulu waktu kamu kecil"ucap ayah Lahardika.
"Iya yah"
"Udah Tasya gapapa ayah, Abang"ucap Tasya sambil tersenyum.
Pagi pun tiba Tasya melanjutkan aktivitasnya sekolah yang dimana kondisinya sudah baik-baik saja.
"Ingat kata dokter, jangan terlalu menekuk lutut dan jangan lari-lari kencang"tegas Baskara yang berjalan di sampingnya.
"Iya bang tau, Tasya bukan anak kecil lagi"ucap Tasya.
"Tasya"teriak seorang pria tampan menghampiri mereka.
"Siapa lagi, pagi-pagi gini"omel Baskara.
"Eh kak Candra gue kirain siapa" ucap Tasya dengan senyum.
Candra Kusuma cowok pertama kali Tasya sukai hingga sekarang. Candra juga merupakan teman masa kecil Baskara yang di mana dulu Candra sangat membully Tasya yang membuat Baskara membenci pria tersebut.
Dan dari dulu hingga sekarang Candra pun mencintai Tasya yang juga cinta pertamanya.
"Gue mau mengungkapi perasaan gue dari dulu, kalau gue suka sama lu"ucap Candra yang membuat Baskara kesal.
"Lu dulu, selalu bully adik gue dan sekarang lu menyatakan cinta ke adik gue"sunggut Baskara sambil melangkah mendekati Candra.
"Emang salah"ucap Candra.
"Gue juga suka sama lu Tasya"ucap Alex yang tiba-tiba datang kearah mereka.
"Lu juga, seenaknya kadal"omel Baskara kearah Alex.
"Gimana Tasya ?"tanya Candra menunggu jawaban darinya.
"G-gue, anu g-gue ngak bisa menjawabnya s-sekarang kepada kalian"jawab Tasya dengan terbata-bata.
"Tapi bang Tasya minta tolong biarin mereka mendekati Tasya bang, please ?"Tasya memohon sambil memegang kedua tangan abangnya dan menampakan wajah yang sangat bahagia.
"Iya deh"jawab Baskara pasrah.
"Awas lu macam-macam atau buat adik gue nangis gue ajar lu"ancam Baskara.
"Tidak akan"jawab mereka berdua kompak.
Pada jam istirahat tiba Tasya dan kedua sahabatnya tengah asyik duduk di kantin sambil menikmati cemilannya.
"Terus lu pilih siapa ?"tanya Siska.
"Ngak tau gue pusing"
"Alex dulu palyboy dia bilang udah putusin semuanya dan wajahnya juga terlihat tidak berbohong, sedangkan kak Candra cowok yang gue suka dari dulu"lanjut Tasya.
"Gue lihat-lihat Alex serius sama lu Sya"sahut Ferlin.
"Betul Sya, firasat gue sama kayak Ferlin"titah Siska.
"Candra juga keren, tapi gimana dengan abang lu setuju apa ngak ?"tanya Siska.
"Gue tadi melas ke abang he....he, jadi disetujuin deh"jawab Siska.
****
Keesokan hari.
Alex dan Candra pun mulai mendekati Tasya dengan raut wajah bang Baskara yang selalu suram yang harus mengikuti adiknya kemanapun karena ia takut adiknya kenapa-kenapa karena kedua hama itu.
"Yakin lu bang, biarin mereka ?"tanya Siska yang berada di samping Baskara.
Mereka bertiga terlihat romantis di kantin dengan dipandang oleh siswa-siswi lainnya yang membuat Tasya malu.
"Ya, gimana lagi tuh anak yang minta"jawab Baskara sambil melipatkan kedua tangannya di perutnya.
Hari demi hari mereka mendekati Tasya yang selalu membuat Baskara naik darah.
Dihari ini Baskara yang membiarkan adiknya bersama mereka.
Baskara yang tengah berada di ruang bela dirinya yang berada di sekolah dekat ruang peralatan olahraga.
Terlihat Baskara yang kesal sambil memukul samsak tinju dan mengeluarkan seluruh amarahnya.
Tak selang lama Baskara keluar dari ruangan yang sudah menggunakan seragamnya. Ia berjalan melewati koridor sekolah langkahnya terhenti ketika ia melihat adiknya yang sedang tertawa gembira bersama Candra dan Alex di taman sekolah.
"Ada kak Baskara" siswi 1
"Habis dari mana kak"siswi 2
"Habis dari ruangan bela diri"ucap Baskara.
"Ngak ke kantin kak ?"siswi 3
"Biar kita antar kalau ke kantin"siswi 4
Tasya yang melihat suara siswi-siswi tersebut ia menoleh ke sumber suara tersebut.
"Abang"batin Tasya.
Baskara pun melihat Tasya yang di mana ia juga melihat kearahnya dengan senyum.
"Hmm, boleh ayo ke kantin"ucap Baskara dengan senyum kearah siswi-siswi tersebut.
Mereka berjalan sambil canda tawa gembira, Baskara cuma memanasi adiknya itu yang dari tadi masih memandanginya.
"Kenapa hati gue sakit, dia kan abang kandung gue"batin Tasya.
"Sya"ucap Alex yang membuat Tasya tersadar dari lamunannya.
"Iya bang"jawab Tasya dengan senyuman.
****
Pada pukul 7 malam terlihat Tasya sedang tertidur dikamarnya.
Ceklek !
Suara pintu terbuka. Baskara pun menaruh roti bakar diatas meja.
"Tasya, ada roti bakar kesukaan mu"teriak Baskara yang sedang menaruh roti bakar diatas piring dan Baskara membawanya.
"Tasya, Sya"
"Di mana tuh anak"gumam Baskara.
Baskara pun menaiki anak tangga menuju di kamar Tasya. Ia pun membuka pintu kamar milik Tasya.
Baskara tersenyum dan berjalan menghampiri tempat tidur Tasya.
"Sya, bangun"ucap Baskara.
"Nih anak susah bangunya"gumam Baskara.
Baskara pun meletakan roti di depan hidung Tasya . Seketika Tasya mengedus aroma roti itu dan akhirnya bangun dari tidurnya sambil mengusap matanya.
"Hmmm, bau roti bakar"gumam Tasya yang masih mengusap kedua matanya.
Baskara pun berdiri. "Ayo nanti dingin rotinya"pita Baskara.
Tasya pun hendak berdiri dari tempatnya, namun ia terjatuh, Baskara pun menahan tangan Tasya yang hampir terjatuh.
"Kamu gapapa?"tanya Baskara.
"Tasya tak apa-apa" jawab Tasya dengan tersenyum.
Setiba di lantai bawah mereka berdua menikmati roti bakar.
"Ayah belum pulang ?"tanya Tasya.
"Ayah ngak pulang hari ini lembur"jawab Baskara.
"Enak, tapi masih lapar"gumam Tasya.
"Gimana kita makan diluar ditempat bisanya mau ngak ?"tanya Baskara dengan senyum.
"Mau bang"jawab Tasya dengan gembira.
"Ayo berangkat"ucap Baskara sambil mengambil kunci motornya.
****
Mereka berhenti di warung tepi jalan raya yang dekat dengan laut.
"Bang pesan ayam goreng dua"ucap Baskara.
"Lama bang ngak ke sini"ucap Tasya.
"Iya"
Mereka memilih tempat lesehan sambil memandang lautan lepas di tempat duduknya.
Tasya tersenyum dengan menutup kedua matanya yang tengah menikmati angin malam yang segar.
"Permisi mas, mbak"ucap bapak pemilik warung tersebut sambil menaruh pesanannya.
"Makasih pak"ucap Baskara.
Kembali Tasya duduk menghadap Baskara.
"Selamat makan"ucap mereka kompak.
"Enak banget"ucap Tasya yang lahap menyantap hidangan tersebut menggunakan tangannya.
****
Keesokan harinya.
Tasya yang sudah minta izin ke ayah dan abangnya bahwa ia akan bermain kerumah Siksa.
"Bas, duduk di sini sebentar"pita ayah Lahardika.
"Iya yah" ucap Baskara yang sudah duduk di depan ayahnya.
"Ayah mau bilang, tapi kamu jangan bilang ke Tasya dulu ya"pita ayah.
"Emang kenapa yah ?"tanya Baskara bingung.
"Dulu waktu kamu kecil berusia tiga tahun ayah dan mama mengadopsi Tasya pada umur 1 tahun"ucap ayah.
Deg !
"Jadi Tasya bukan adek kandung gue"batin Baskara.
"Tasya dari anak sahabat mama kamu yang di mana kedua orang tuanya meninggal jadi kita memutuskan merawat Tasya seperti anak kandung kami"lanjut.
Baskara yang terkejut dan terdiam.
"Jadi Tasya bukan adik kandung Baskara ?"tanya Baskara.
"Bukan" jawab ayah.
"Kamu boleh memberi tahu dia, kalau waktunya sudah pas"pita ayah.
"Baskara ke kamar dulu yah"ucap Baskara.
Baskara pun menuju di dalam kamarnya.
Ia duduk di atas kasur sambil mengingat ayahnya yang barusan ia katakan.
"Gue suka ternyata dia bukan adik kandung gue,gue bisa menikahi dia, tapi bahagia dengan perasaanya?"tanya Baskara dalam hatinya.
Sore pun tiba Baskara, Tasya dan ayah Lahardika sedang menikmati bakar-bakar jagung, sosis dan pentol.
Mereka terlihat bahagia dan sambil menikmati hasil bakaran mereka.
"Bentar kalain lanjut dulu, ayah ada telpon dari kantor"ucap ayah.
"Iya yah"
Ayah kembali masuk di dalam rumah dan mengangkat telpon tersebut.
"Siap, baik pak"ucap ayah dari sebrang sana.
Ayah pun menghampiri mereka. "Ada apa yah ?"tanya Tasya yang masih memakan sosis yang ia pegang.
"Ayah ada panggilan dari kantor, kayaknya nanti pulangnya larut"ucap ayah.
"Sekarang yah ?"tanya Baskara.
"Iya, kalian lanjutkan saja ayah siap-siap terus pergi ya"ucap ayah sebelum pergi.
"Iya yah" jawab mereka berdua.
"Sibuk banget ayah, jadi kasihan aku"gumam Tasya yang masih memakan sosisnya.
"Iya,sama"ucap Baskara yang tengah menyantap pentol.
Baskara melirik kearah Tasya. " Makan yang bener"ucap Baskara sambil mengusap saus yang berada di samping bibir Tasya.
Deg !
Detak jantung Tasya berdetak kencang.
"Jantung gue kenapa nih"batin Tasya.
"Malah bengong"gumam Baskara.
"Enggak"ucap Tasya dan asyik menyantap makanannya.
Malam pun tiba.
Tok
Tok
Tok
"Iya bentar"teriak Baskara dari dalam rumah nya.
"Ayah kah, bukanya tadi bilang pulangnya larut"batin Baskara berjalan menuju pintu depan.
Ia pun membuka pintu tersebut.
"Kalian lagi, kalian lagi"ucap Baskara yang melihat Candra dan Alex.
"Ada apa lu kemari ?"tanya Baskara.
"Rapi bener" lanjut Baskara.
"Gue mau ajak Tasya jalan"ucap mereka berdua dengan kompak.
"Kompak banget kayak anak kembar"gumam Baskara.
"Eh kalian ada apa ?"tanya Tasya yang tiba-tiba sudah datang kearah mereka.
"Yuk jalan"
"Ayo jalan"
Tasya melirik kearah abangnya.
Baskara menghembuskan nafas kasarnya. " Iya boleh, tapi syaratnya abang harus ikut"pita bang Baskara.
"Tapi bang"rengek Tasya
"Ngak ada tapi-tapi, kalau ngak mau, silahkan masuk lagi"titah Baskara dengan tegas.
"Iya deh abang boleh ikut"ucap Tasya pasrah.
Hingga beberapa menit kemudian mereka bertiga sudah kumpul di depan menunggu Tasya turun dari kamarnya.
"Tasya"teriak bang Baskara.
Tasya pun keluar terlihat sangat cantik dengan pakaian yang ia gunakan.
"Maaf nunggunya lama"ucap Tasya.
"Ayo naik"pita bang Baskara.
"Eh"
"Eh"
"Eh"
"Lu harus sama gue biar aman nanti dua jantan itu ngapa-ngapain lu"jelas Baskara.
Tasya pun nurut dan ia naik di jok belakang Baskara.
Setelah mereka memarkirkan motornya, mereka memasuki pasar malam yang cukup ramai.
Mereka bertiga berjalan dan melihat banyak jajanan yang sangat enak.
"Wah cowok itu ganteng ya"
"Ingin banget jalan sama mereka"
Ucap para cewek-cewek yang berada di pasar malam.
"Abang Tasya mau itu"rengek Tasya sambil menunjuk kearah orang jualan pentolan.
"Kan tadi sudah makan"jawab Baskara.
"Biarin, mau lagi"rengek Tasya.
Setelah pesanan mereka sampai Tasya dengan lahap menyantap pentol bakar tersebut.
"Aku mau dong"ucap Candra.
Tasya pun menyuapkan setusuk kearah Candra. "Hmm enak" ucap Candra.
"Gue doang"ucap Alex.
"Lu ya emang, ambil sendiri napa"ucap Baskara kesal.
Dengan polos Tasya menyuapkan kepada Alex yang membuat Baskara semakin naik darah.
"Dahlah kalian nikmati kencan kalian gue tunggu di sini"ucap Baskara kesal.
"Beneran bang"ucap Tasya bahagia.
"Ya"
Tasya, Alex dan Candra pun pergi meninggalkan Baskara sendiri.
"Abang marah sama gue"batin Tasya.
Mereka pun menikmati berbagai macam wahana yang ada di pasar malam tersebut. Kemudian mereka menembak boneka beberapa kali hingga Candra mengenai satu boneka anjing kecil ia berikan kepada Tasya, kemudia ia membeli arum manis dan memakan bersama sambil canda tawa.
"Gue ketoilet dulu ya"ucap Alex.
"Iya"jawab Tasya.
"Sya"ucap Candra.
"Lu wanita pertama yang gue suka, maaf kalau dulu gue bully lu, karena gue cuma mau buat lu selalu lihat ke gue"jelas Candra.
"Gue juga suka sama lu kak, sudah dari dulu"ucap Tasya.
Candra pun menarik tangan Tasya lebih mendekat.
Cup !
Sebuah ciuman melayang dibibir Tasya.
"Gue suka sama lu Sya" ucap Candra setelah menciumnya.
"Gue juga"ucap Tasya.
Dari arah belakang yang di mana Baskara melihat kejadian tersebut membuat hatinya merasa sakit.
Setelah mereka selesai Alex dan Candra pergi meninggalkan mereka berdua.
Terlihat wajah Baskara yang diam sedari mereka datang.
"Abang kenapa ?"tanya Tasya.
Baskara hanya menggelengkan kepalanya.
Dan melihat kearah Tasya yang sedang memeluk boneka anjing.
"Pasti dari Candra"batin Baskara.
"Abang ngak mau beli apa gitu ?"tanya Tasya.
Baskara pun menarik tangan Tasya dan membeli pop es.
Di saat Baskara meminum pop es dia sedang kacau pikiran yang di mana Tasya sudah menyadari dari kecil.
****
Setelah tiba di rumah Baskara yang hendak memasuki rumah.
"Tasya minta maaf bang, kalau Tasya punya salah hiksss...hiksss...hikss, Tasya ngak mau dicuakin abang dari tadi hikss ...hikss"ricau Tasya memeluk abangnya dengan nangis.
"Udah jangan nangis, kamu ngak salah, ayo masuk nanti masuk angin"ucap Baskara menghampus air mata Tasya.
"Tasya ngak mau didiemin abang, Tasya sayang sama abang"ucap Tasya.
"Abang juga sayang Tasya"ucap Baskara dengan senyum.
"Abang sayang melebihi seorang kakak Sya"batin Baskara.
"Tasya sayang melebihi seorang abang"batin Tasya.
"Ayo masuk"ucap Baskara sambil mengandeng tangan Tasya memasuki rumah.
Malam semakin larut Tasya yang masih bingung dengan hatinya.
"Kenapa hati ini begitu cinta dengan abang kandung gue sendiri"batin Tasya.
"Ngak mungkin gue menyukai abang gue sendiri lebih dari abang"gumam Tasya.
****
"Abang, ayo berangkat sekolah"teriak Tasya.
"Kemana abang kok ngak ada suaranya"gumam Tasya.
"Abang"teriak Tasya sekali lagi.
Tasya pun memutuskan melangkah menuju kamar milik abangnya.
Tok
Tok
Tok
"Abang ayo berangkat keburu telat"ucap Tasya yang masih di balik pintu kamar Baskara.
Ceklek !
Suara pintu terbuka.
Terlihat Baskara menampakan wajah pucat.
"Abang sakit ?"tanya Tasya sambil menempelkan tanganya di dahi Baskara.
"Panas banget banget"ucap Tasya.
Tasya pun menuntun Baskara masuk di dalam kamarnya dan berbaring di atas kasurnya.
Tasya pun berlari mengambil plester demam dewasa segera ia menaruhnya di dahi Baskara.
"Kamu berangkat sekolah sana ya"pita Baskara.
"Ngak mau, Tasya mau jaga abang"tolak Tasya.
Baskara pun memejamkan matanya.
Segera Tasya menelepon Siska.
"Hallo Siska, gue izinin ya gue lagi jaga abang gue sakit"ucap Tasya dalam telponnya.
"Iya Sya, semoga bang Baskara cepat sembuh"jawab Siska dari sebrang sana.
Tasya pun menutup telponnya.
"Abang cepat sembuh ya Tasya khawatir"gumam Tasya sambil memegang tangan Baskara.
Tiba-tiba Baskara menarik tubuh Tasya dalam pelukannya.
"Jangan tinggalin gue Sya"gumam Baskara yang masih memejamkan matanya.
Deg !
"Jantung gue kenapa lagi"batin Tasya.
"Tasya ngak akan ninggalin abang" ucap Tasya yang dekat dengan wajah Baskara.
Beberapa jam kemudian Baskara membuka matanya dan duduk.
"Abang, Tasya takut abang kenapa-kenapa"ucap Tasya sambil memeluk abangnya.
"Abang gapapa kok, cuma panas saja"ucap Baskara sambil mengelus rambut Tasya.
Tasya melihat wajah tampan milik Baskara sambil memeriksa dahi dengan tangannya.
Kembali Tasya semakin erat memeluk Baskara.
"Jangan sakit lagi abang, Tasya khawatir"ungkap Tasya.
"Iya Tasya"
****
Di sebuah taman Tasya sedang bertemu dengan Alex.
"Gimana keputusannya kamu pilih gue atau Candra ?"tanya Alex yang sedang menunggu jawaban dari Tasya.
"G-gue, mau bilang maaf kak Alex T-Tasya menolak kak Alex m-maafin Tasya kak"ucap Tasya dengan terbata-bata.
Alex syok dengan ucapan Tasya.
Kembali Alex mengelus kepala Tasya.
"Gapapa Sya, itu jawaban dari hati kamu dan baru pertama kali ini gue ditolak cewek"ucap Alex sambil mengusap air matanya.
"Mungkin ini karmanya karna gue selalu mempermainkan wanita, tapi gue ngak pernah menyesal mencintaimu Tasya"lanjutnya.
"Maafin Tasya kak"sesal Tasya dengan menundukan kepalanya.
"Udah, kamu sekarang temuin Candra"ucap Alex dengan senyum dengan menahan air matanya supaya tidak mengalir lagi.
"Makasih kak dan maaf"ucap Tasya seraya pergi meninggalkan Alex.
Alex yang tengah menangis. " Baru pertama ini gue ditolak cewek dan menangisi cewek"gumamnya sambil mengusap air matanya yang masih mengalir.
Tasya berjalan sambil membayangkan masa-masa bahagia ia bersama bang Baskara.
"Apa yang harus gue lakukan"gumam Tasya.
"Gue suka sama kak Candra kenapa jantung ini tidak berdetak kencang saat bersamanya dan kenapa hati ini selalu kepada bang Baskara"
"Ngak bisa gue bohongin hati ini saat menerima kak Candra"lanjutnya.
Sejenak ia menangis.
"Andai saja gue bukan adik kandung abang" batin Tasya.
****
Di keesokan harinya terlihat Baskara mengajak Tasya di Snow Park Adventure yang hanya mereka berdua.
Baskara dan Tasya menggunakan jaket yang sangat hangat dengan celana panjang, sarung tangan, topi rajutan dan Tasya menggunakan syal di lehernya supaya mereka tidak merasa kedinginan sangat bermain salju.
Tasya tersenyum gembira di saat abangnya memujudkan impiannya yang ingin sekali bermain bola salju walau tak harus keluar negeri juga.
Mereka membuat boneka salju, dan saling melempar salju dengan penuh bahagia.
Setelah itu mereka bermain selancar yang dimana Baskara selalu melindungi Tasya setiap saat.
"Hati-hati jangan cepat-cepat"pita Baskara.
"Iya bang"
Tasya berusaha berhati-hati supaya tidak terjatuh hingga Tasya benar-benar bisa bermain selancarnya.
Ia meluncur kearah Baskara yang sedang memvidionya.
"Hati-hati iya bagus sekali"puji Baskara yang membuat Tasya tertawa bahagia.
"Hih, dari tadi abang saja yang menvidiokan Tasya"perotes Tasya sambil meraih ponsel milik Baskara.
Segera Tasya menekan kamera depan memeperlihatkan wajahnya dengan bang Baskara yang berada di sampingnya.
"Hih abang jangan ditutup mukanya"
Tasya sambil melepas telapak tangan Baskara dari wajahnya.
"Sya malu tau"
"Ngapain malu ini juga ngerekam di ponsel lu sendiri"
Baskara pun membuka telapak tangannya dan melihat kearah kamera.
"Ha..ha..ha...ha, abang ish kalau malu lucu banget"ledek Tasya dengan tertawa.
"Ish dosa tau meledek Abang lu sendiri"
"Iya iya abang gue yang paling ganteng maafin gue"
"Iya"
Kembali Tasya tersenyum kearah kamera sambil mengoceh yang dimana Baskara tersenyum melihat kerahnya yang berada di sampingnya itu yang masih terus mengoceh kearah kamera.
****
Malam pun tiba terlihat Tasya tertidur diatas sofa yang dimana televisinya masih menyala sedari tadi.
Baskara melepas jaketnya di saat ia baru pulang membeli roti tawar dan beberapa selai.
"Sya, Tasya ngak mau nyemil roti ini abang sudah beli roti dan selainya"teriak bang Baskara sambil meletakan jaketnya di atas meja.
"Kemana tuh anak"
Baskara pun melangkahkan kakinya menuju ke ruang keluarga.
"Tvnya nyala sendiri dimana Tasya"
"Tasya, Sya"
Segera Baskara menuju di sofa terlihat Tasya terlelap dalam tidurnya.
"Pantes dari tadi ngak nyaut ternyata tidur"
Baskara pun mengambil remote TV dan dimenekan tombol off.
Segera Baskara mengendong tubuh Tasya dan membawanya di dalam kamarnya.
Setiba di saat Baskara menidurkan kembali tubuh Tasya diatas kasurnya.
Segera Baskara menutupi tubuh Tasya dengan selimut putih bermotif bunga sakura.
"Cantik"
Cup !
Baskara mencium kening Tasya.
Baskara menampar pipinya sendiri.
"Aww"pekik Baskara sambil memegang pipinya yang sangat sakit dengan tamparannya sendiri.
"Bodoh lu Kara, ngapain lu cium Tasya adik lu sendiri"
"Bentar adik, ah kalau ia adik kandung gue sendiri ngak akan gue punya perasaan ini ke dia"
Gumam Baskara sambil berjalan meninggalkan kamar milik Tasya.
****
Setiba dirumah Tasya hendak memasuki rumah langkahnya terhenti ketika ia mendengar pembicaraan ayah dan abangnya.
"Kita harus kasih tau sebenarnya kepada Tasya"ucap ayah.
"Tapi gimana nanti reaksi Tasya yah, nanti dia sangat hancur"ucap Baskara.
"Ayah ngak bisa sembunyikan ini terus"ucap ayah.
"Apa yang ayah sembunyikan dari gue"batin Tasya yang masih mendengarkan obrolan mereka.
"Ayah sudah menganggap Tasya seperti anak kandung ayah, mama dan ayah sangat menyayangi Tasya seperti kami menyayangi mu"lanjut ayah.
"Apa yang ayah bilang"teriak Tasya yang sudah masuk di dalam rumah dengan menangis.
"Tasya, ngak ada apa-apa"ucap Baskara sambil mendekati Tasya.
Tasya memundurkan langkahnya yang membuat Baskara berhenti.
"Apa yah hikss...hiksss"teriak Tasya.
"Kamu duduk dulu ya"pita ayah.
Taaya pun nurut dan duduk dengan menangis.
"Dulu waktu kamu berusia 1 tahun ayah dan mama mengadopsi kamu Sya, orang tua kamu sahabat mama meninggal karena kecelakaan jadi kita yang merawat kamu kita sudah menganggap kamu seperti anak kandung kami" jelas ayah.
Deg !
"Apa, jadi Tasya bukan dari keluarga ini hiksss ...hikss"ucap Tasya dengan semakin menangis.
"Iya, kita sudah menganggap kamu anak kita sendiri" ucap ayah.
Tasya pun berdiri dan berlari meninggalkan rumah.
"Tasya"ucap ayah.
"Biar Baskara aja yah"ucap Baskara sambil berlari mengejar Tasya.
"Tasya"
"Tasya" teriak Baskara yang masih berlari mengikuti Tasya.
Ia terus berlari sekencangnya menghiraukan panggilan Baskara.
Tasya pun terjatuh hingga menimbulkan darah di kedua lututnya.
"Aaauh, hiksss....hiksss....hiksss"tangis Tasya sambil menahan sakit di lututnya.
"Tasya,Sya"
Baskara jongkok sambil memeluk Tasya dari belakang.
"Jangan nangis, kamu adik abang, kita sayang sama kamu"ucap Baskara.
Tasya masih terus menangis tersedu-sedu.
"Ayo berdiri, setelah itu mari kita pulang dan mengobati lututmu nanti infeksi"lanjut Baskara.
Baskara pun membantu Tasya untuk berdiri.
Ia pun memeluk tubuh Kekar Baskara yang masih menangis.
"Entah kenapa bang, mendapatkan yang sebenarnya rasanya sakit tapi bahagia"ucap Tasya.
"Maaf ya, ayah mama sudah menganggap kamu seperti anak kandungnya, jangan sedih abang sayang kamu"ucap Baskara sambil menenangkan Tasya.
Tasya pun melepas pelukan Baskara.
Tasya menundukan kepalanya sambil mengusap air matanya.
"Abang Tasya sayang sama abang"ucap Tasya.
"Abang juga sayang sama Tasya"
Tasya menggelengkan kepalanya kembali ia menatap wajah Baskara sambil memegang kedua tangan Baskara.
"Tasya sayang, cinta melebihi seorang abang"ungkap Tasya.
Baskara menampakan seulas senyum dan mengusap rambut Tasya.
"Abang juga, sayang dan cinta melebihi seorang adek"ucap Baskara tersenyum kearahnya.
Baskara pun memeluk tubuh mungil Tasya.
Hingga sebuah ciuman mendarat di bibir Tasya.
Cup !
Mereka pun tersenyum bahagia sambil mendekatkan wajahnya.