Sumber: Chatgpt
Hari Minggu itu, hujan turun sejak subuh. Angin dingin menyusup di sela-sela jendela kayu rumah tua yang berdiri di sudut jalan. Damar, seorang pria paruh baya, duduk di ruang tamu sambil menyesap secangkir kopi hangat. Matanya menatap jauh ke luar jendela, menembus tirai air yang membasahi pekarangan.
Di sudut lain ruang tamu, di atas meja kecil, tergeletak sebuah buku usang yang sudah lama tak tersentuh. Buku itu adalah peninggalan ayahnya, seorang penulis yang meninggalkan jejak tak terhapuskan di dunia sastra. Damar meraih buku itu dan membukanya perlahan, halaman demi halaman yang berbau nostalgia.
Pikirannya melayang kembali ke masa kecil, saat ayahnya sering mengajak duduk di pangkuan dan membacakan cerita dari buku itu. Cerita-cerita tentang pahlawan dan petualangan yang selalu membuatnya bermimpi besar. Namun, hidup tak selalu mengikuti alur cerita yang indah. Setelah ayahnya meninggal, Damar merasa kehilangan arah dan berhenti menulis, mengubur semua cita-citanya di bawah beban kenyataan.
Suara pintu yang berderit mengagetkan Damar dari lamunannya. Ternyata, putrinya, Lila, masuk ke ruang tamu dengan membawa kertas dan pensil warna. Gadis kecil itu duduk di sampingnya, matanya yang berbinar penuh rasa ingin tahu.
"Ayah, boleh Lila menggambar di sini?" tanyanya.
"Tentu, sayang," jawab Damar sambil tersenyum.
Lila mulai menggambar dengan antusias. Sementara itu, Damar kembali tenggelam dalam buku ayahnya. Tiba-tiba, ia menemukan selembar kertas tersembunyi di antara halaman buku. Itu adalah surat dari ayahnya yang belum pernah ia baca sebelumnya.
"Untuk Damar, anakku tercinta," demikian awal surat itu. "Jika kau menemukan surat ini, mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini. Aku ingin kau tahu bahwa menulis adalah bagian dari jiwa kita. Jangan pernah berhenti bermimpi dan berkarya, karena setiap kata yang kau tulis adalah warisan yang akan bertahan selamanya."
Damar terdiam. Hatinya bergetar oleh pesan terakhir ayahnya. Ia menyadari bahwa sudah terlalu lama ia melupakan mimpinya. Dengan tekad baru, ia menutup buku itu dan mengambil kertas serta pena di meja.
"Ayah, ayah sedang apa?" tanya Lila dengan penasaran.
"Ayah sedang menulis, sayang," jawab Damar sambil tersenyum penuh arti.
Di luar, hujan masih turun. Namun, bagi Damar, hari Minggu itu adalah awal dari sesuatu yang baru. Sebuah hari dimana ia memutuskan untuk kembali mengejar mimpinya, seperti pahlawan dalam cerita-cerita yang dulu selalu membawanya ke dunia lain.
---
Bagaimana menurut Anda?