Hari ini Anggi bangun agak siang, dia segera mandi dan ganti baju seragam mengambil roti di meja dan berlari menuju sekolah. Sambil memakan roti di tangannya dia terus berlari sambil melihat jam di tangannya.
Tidak jauh lagi dia akan segera sampai di sekolahan tapi pak Edi menarik pintu gerbang.
" pak edi.... Tunggu..." teriak anggi.
Pak Edi melihat Anggi tengah berlari, dia berhenti menutup pintu menunggu anggi masuk sekolahan.
" Anggi.... Lagi-lagi kamu....cepat masuk." kata pak Edi
Anggi berlari memasuki ruang kelas. Semua sudah duduk di bangku masing-masing tapi dia melihat samping tempat duduknya masih kosong.
" La... Kemana Yola ? " tanya Anggi kepada Nayla yang duduk di belakang mejanya
" nggak tau... " kata Nayla.
Terlihat dari jendela lorong kelas pak Edi berjalan dengan seseorang. Semua siswa berbisik mungkin itu murid pindahan baru. Pak Edi memasuki kelas sedangnya orang di belakangnya masih menunggu di luar. Semua siswa penasaran siapa yang bersama pak Edi kemudian pak Edi memanggil siswa tersebut. Semua siswa melihat kearah siswa baru itu. Anggi masih sibuk dengan tas nya dia tidak melihat siapa yang datang.
Ketika siswa itu membuka mulut untuk memperkenalkan diri, Anggi langsung melihat asal suara itu. Suara yang cukup familiar tapi dia lupa suara siapa.
Mata anggi melihat kearah sosok siswa yang tengah berdiri didepan kelas yang juga sedang menatapnya.
Namanya Angga.... Ketika Angga menyebut nama nya semua siswa melihat ke arah Anggi. Tentu saja mereka penasaran dan tersenyum ada yang senang ada yang mengejek mereka.
Anggi dan Angga hanya terdiam saling memandang, tidak ada yang tahu arti dari tatapan mereka. Hanya mereka yang tahu.
" Jadi Angga akan duduk dengan Anggi." kata pak Eko
Mendengar itu tentu saja Anggi kaget dia protes kepada pak Eko kalau itu adalah tempat duduk Yola.
Pak Edi tidak menjawab, dia sejenak terdiam dan menatap Anggi dan teman sekelas lainya. Pak Edi menghela nafas panjang dan berbalik menatap murid-muridnya itu.
" Anggi.... Dan untuk kalian yang lain, Yola tidak lagi sekolah disini, dia sudah pindah ke Bandung." kata pak Eko
Mendengar penjelasan pak Eko, Anggi terdiam dan duduk. Sedangkan Angga berjalan menuju meja Anggi dan duduk disampingnya.
Tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya terdiam sampai jam istirahat tiba. Anggi pergi meninggalkan kelas, sedangkan Nayla segera menyusulnya. Sebelum meninggalkan kelas, dia sempat melihat ke arah Angga, dan Maya teman duduknya yang sedang berbicara dengan Angga.
" Anak baru itu ganteng juga ya... Namanya mirip lagi dengan mu jangan-jangan kalian berjodoh." kata Nayla.
Anggi hanya dia sambil melihat Nayla dengan kesal.
" kenapa kamu terlihat tidak senang, apa ada yang salah ? " kata Nayla.
Anggi menghela nafas panjang, tidak memperdulikan Nayla yang terus berbicara tentang Angga.
Sepulang sekolah Anggi berjalan menyusuri jalan sambil melamun. Tanpa dia sadari Angga berjalan di belangnya. Ketika dia sadar Anggi segera berhenti dan melihat ke belakang.
" kenapa kamu mengikutiku ?" tanya Anggi
" siapa yang mengikutimu...rumahku juga berada disana." kata Angga.
Wajah Anggi tampak begitu judes, dia segera berjalan meninggalkan Angga.
Sampai dirumah dia melepas sepatu dan berbicara kepada ibunya dia mengeluh karna tiba-tiba ada Angga di sekolahnya dia juga terlihat begitu kesal karena harus duduk sebangku dengan Angga di kelas. Anggi terus saja berbicara jelek tentang Angga tanpa dia sadari kalau Ayah dan ibu Angga sedang duduk di meja makan bersama ayah dan ibu anggi. Mengetahui itu anggi langsung terdiam sambil melihat semua yang sedang duduk dengan tatapan malu.
" anak ini selalu bicara asal-asalan." kata Ibu Anggi sambil tersenyum canggung.
Anggi berjalan menuju meja makan dan memberi salam.
" Om... Tante... Kapan datang kesini... Maaf anggi bukan bermaksud seperti itu, hanya saja Angga terus saja mengganggu anggi." kata Anggi
" hahahahha.... Sudahlah... Memang angga seperti itu, om minta maaf ya." kata Ayah angga.
Mereka sudah kenal sejak lama. Sudah dari dulu menjadi tetangga, angga dan anggi tumbuh bersama waktu kecil. Orang tua mereka pun menjodohkan mereka. Tapi ketika anggi dan keluarganya pindah ke Jakarta mereka berpisah. Saat keluarga angga datang pindah ke Jakarta mereka senang karena dapat rumah yang dekat dengan keluarga Anggi.
Pagi hari ketika akan berangkat sekolah, angga mengetuk pintu. Ibu anggi membuka pintu, menyuruh angga masuk kedalam dan menunggu anggi. Kemarin ibu anggi meminta angga untuk berangkat dan pulang sekolah bersama. Anggi yang selalu bangun kesiangan hari ini bangun pagi melihat angga sedang sarapan di meja makan tentu saja anggi kaget. Ibunya memberitahu anggi kalau mulai sekarang dia akan kesekolah bersama angga.
Ketika dijalan anggi memberitahu angga kalau dia harus bersikap tidak mengenal anggi sama sekali. Dia tidak ingin teman-temannya tahu kalau mereka saling kenal sebelumnya apalagi memiliki hubungan yang rumit.
Tentu saja angga hanya tersenyum, dia berjalan dua langkah di belakang anggi. Ketika sudah dekat dengan sekolahan angga berhenti membiarkan anggi masuk terlebih dulu.
Jadi seperti itulah setiap hari. Angga selalu menjaga anggi dari kejauhan.
" sebentar lagi akan ujian, kalau kamu tidak lulus ibu akan memberi kamu hukuman. Mulai sekarang angga akan mengajari belajar." kata Ibu anggi
" tapi bu...... Anggi bisa kok tanpa angga, nilai anggi tidak jelek-jelek amat kan." kata Anggi
" nilaimu tidak jelek, tapi juga tidak bagus. Lihat angga selalu dapat juara satu. Kalau kamu menikah dengan dia akan memperbaiki keturunan." kata ibu anggi
"bu......." ayah.....coba dengarkan ibu, anggi masih kecil." kata anggi yang mendengar ayahnya yang hanya tertawa.
Tidak lama suara pintu diketuk, ternyata yang datang angga. Melihat angga datang anggi segera berlari ke kamar dan menutup pintu. Ibunya segera mengejar anggi memberitahu anaknya itu kalau itu bukan sikap yang baik. Dia harus bersikap baik karena angga adalah anak yang baik. Mendengar itu hati anggi luluh, dia turun dan belajar bersama angga di ruang tengah.
Setiap hari itulah yang terjadi. Mereka awalnya memang sudah dekat. Waktu kecil angga dan anggi tumbuh bersama. Setiap hari bertemu dan bermain bersama sampai suatu ketika ketika teman anggi mengira anggi berpacaran dengan angga dan mulai menjelek-jelekkan mereka. Anggi kesal dan mulai menjauhi angga.
Setiap hari ketika dirumah anggi dan angga selalu bersama tapi ketika di sekolahan mereka tampak dua orang yang tidak saling kenal.
Hari ini adalah hari pengumuman hasil ujian. Anggi terlihat sangat gugup mencari namanya di papan pengumuman.
Sebaris demi sebaris di lihatnya nama. Nama angga sudah terlihat di atas. Sedangkan nama anggi belum terlihat sama sekali. Anggi terlihat kecewa dia takut kalau namanya tidak ada di papan pengumuman itu.
Angga pun mulai cemas, dia juga mencari nama anggi, ternyata tidak jauh dari nama dia ada nama anggi.
Jari telunjuk angga menunjuk ke arah nama Anggi. Anggi melihat itu dia tersenyum dan menangis antara senang dan terharu. Secara tidak sengaja dia memeluk angga dengan erat dan tersenyum bahagia.
Semua siswa pun kaget melihat kejadian itu. Mereka tidak percaya kalau angga dan anggi memiliki hubungan yang tidak di ketahui orang-orang.
Perlahan anggi melepas pelukannya. Dia terlihat canggung dan berlari meniggalkan kerumunan karena malu. Angga hanya terdiam dan tersenyum.
Setelah kejadian itu anggi mulai membuka cerita tentang angga dan dirinya yang saling mengenal sejak dulu. Tapi dia tidak bercerita kalau orang tua mereka menjodohkan mereka.
Sesekali anggi dan angga mulai jalan bersama teman-temannya. Sampai suatu hari anggi merasa cemburu karena angga bersama okta tengah berbincang dan terlihat sangat dekat.
Anggi merasa tidak nyaman dan pergi ke tolilet. Disana dia mendengar ternyata ada banyak cewek yang menyukai angga.
Ketika jalan pulang anggi merasa sangat kesal dia melihat kearah angga apa yang di sukai dari pria itu.
Semakin lama banyak yang meminta tolong kepada anggi untuk di dekatkan dengan angga. Tentu saja anggi tidak mau. Dia kesal dan terus marah.
Hari kelulusan tiba, banyak yang memberikan kado kepada angga sebagai perpisahan hingga membuat anggi cemburu dan marah. Melihat anggi terus seperti itu angga menarik tangan anggi di depan semua orang.
"apa yang kamu lakukan ? "tanya Anggi
" aku akan jujur kepada mu di depan semua orang, barang-barang ini tidak seberharga dirimu, mereka tidak bisa mengantikan dirimu di dalam hatiku. Kita telah tumbuh bersama selama ini, mulai sekarang maukah kamu menjalani hidup kedepan bersama ku ? " tanya angga
Anggi hanya terdiam, dia melihat angga yang begitu serius. Dia mulai menyadari kalau selama ini dia juga menyukai angga dia tidak ingin kehilangan angga.
Perlahan anggi mengangguk dan memeluk angga. Semua orang disana bersorak gembira melihat angga dan anggi bersatu.