Bukan salahku terlahir sebagai seorang perempuan, tapi jangan salahkan takdir yang membuatku aku seperti ini. tak pernah ada seorangpun yang mencintai aku dengan tulus, mereka selalu mencemooh ku dengan semua kata-kata yang sangat menyakitkan. aku terlahir dari seorang selir kerajaan, hidupku sangat merana. bisa dibilang aku adalah anak seorang kaisar, namun tak ada seorangpun yang memberikan aku kasih sayang setelah ibuku meninggal.
Aku bertempat tinggal di pojok sudut istana, tak ada gelimang harta. tak ada pelayan ataupun pengawal, semua kulakukan sendiri. hidup terasa berat namun aku tak mau menyerah karena ibu selalu berpesan jadilah wanita yang kuat dan tegar. buatlah dirimu menjadi sesuatu yang membanggakan bagi ibu, sekarang umurku sudah 17 tahun bagi seorang wanita umur itu sudah layak untuk menikah. tak ada seorang lelaki pun yang mau melirikku.
Hingga suatu hari karena kebencianku kepada sang kaisar, aku pergi meninggalkan kerajaan.
aku tak pernah menyesal meninggalkan istana, walaupun tinggal di istana hidupku selalu saja sama. aku berjalan tanpa mengenal tujuan.
Aku berjalan tanpa mengenal tempat yang ku singgahi. hingga suatu saat aku terhenti di sebuah desa yang sangat kumuh, desa yang tidak pernah dijamah begitu banyak penduduk yang menderita penyakit. dan kekeringan yang melanda, hingga aku terpikir untuk membantu penduduk itu, nama desa itu adalah desa huan, walaupun tempat itu luas namun tak ada satu orang pun yang berani singgah di sana. kemudian ada seorang pria dengan pakaian lusuh nya menghampiriku.
"Siapa kau, Nona? apa yang kau lakukan disini. tidakkah kau melanjutkan perjalananmu?" tanya pria itu padaku.
"Memang kenapa, Tuan?" tanyaku pada pria itu.
"Disini tidak ada apapun yang akan Kau dapatkan Nona." jawab si pria Sambil menatap wajah ku.
"Aku hanya ingin singgah sebentar Tuan." jawabku lagi
"Sebaiknya kau pergi dari sini di desa ini, begitu banyak penyakit kau akan tertular oleh penyakit penduduk di sini." ucap sang pria.
"Aku tidak peduli, lebih baik aku mati daripada aku harus pergi. Karena aku tak tahu lagi harus ke mana." jawab ku.
"Tapi Nona, di sini sedang terjadi wabah penyakit, jika kau di sini, kau akan tertular penyakit itu. Kau tidak akan mendapatkan apapun. jadi aku minta Kau pergilah dari sini ini." seru pria itu sambil menatap wajah ku.
"Aku akan membantu penduduk di sini, aku tidak takut penyakit. Tuan, tolonglah aku.. biarkan aku membantumu, biarkan aku jadi manusia yang berguna untuk orang lain. Aku sendirian di dunia ini tak ada yang mau mau menolongku dan tak ada yang iba padaku."
Aku menatap pria itu, berharap pria itu akan mengasihaniku. Sesaat kemudian, pria itu menatap wajahku dengan sangat ibah dan menyuruhku untuk masuk ke kampung itu, kondisi kampung itu begitu parah banyak warga yang tergeletak di pinggir jalan karena penyakit yang sangat misterius.
"Semenjak kapan Tuan, penyakit ini menyerang penduduk." tanyaku kepada pria itu.
"Hampir 1 tahun yang lalu, Nona. Entahlah.. namun semenjak para penduduk pulang dari bantaran sungai. mereka semua mengeluh pusing dan saat itu timbul penyakit-penyakit yang mulai menyerang mereka." jawab si pria.
"Oh ya Tuan, mohon maaf sebelumnya jika saya boleh bertanya siapa nama Tuan?" tanyaku.
"Panggil saja namaku Tuan long."
Sesaat kemudian, aku dan Tuan Long berhenti berbicara, aku menatap salah satu penduduk yang bermuka pucat dengan kuku yang mulai menghitam, dalam fikiranku.. apakah mereka terkena racun? aku adalah gadis pintar yang selalu senang membaca buku tentang ilmu pengobatan dan tradisi-tradisi Kerajaan. sepintar apapun diriku, namun tidak pernah dihiraukan oleh ayahku.
"Oh ya Tuan, apakah tidak ada yang kemari?" tanyaku pada Tuan long.
"Ada Nona, tapi.. dua tabib yang aku bawa kemari meninggal di tempat, hingga aku mencari tabib lagi ke kota. Tidak ada yang mau karena telah menyebar rumor kalau di desa ini adalah desa kutukan, akibat peperangan dua kerajaan yang tiada hentinya nya.
"Biarkan aku tinggal di sini, Tuan long. Dan aku akan membantu penduduk ini dengan sukarela. Anggap saja aku bagian dari penduduk mu!" seruku kepada tuang long.
"Jika itu yang kau inginkan, aku tidak bisa menolaknya." jawab Tuan Long.
"Baiklah, mulai besok kita akan memeriksa para penduduk ini. mintalah mereka berkumpul untuk beberapa gelombang dan jadi menjadi beberapa hari." pintaku kepada tuan long.
"Akhirnya aku menolong penduduk desa huan. aku mulai memeriksa beberapa orang, tak ada kata yang keluar dari mulutku. Tapi ilmu pengobatan yang ku miliki lumayan tinggi. Akhirnya aku memeriksa penduduk satu persatu yang dibantu oleh Tuan long,
"Bagaimana, Nona." tanya Tuan long.
"Entahlah Tuan, tapi kalau yang aku lihat mereka semuanya benar-benar terkena racun, dan racun itu tidak langsung membunuh mereka. Hanya saja racun itu membuat mereka menderita, racun ini telah membuat mereka menjadi seonggok mayat hidup.
"Tuan, lihatlah sedikit demi sedikit tubuh mereka akan mengering menjadi tengkorak hidup, mereka tak akan berdaya untuk melakukan apapun." jawabku.
"Apakah ada obat penawarnya nona?" tanya Tuan long padaku.
"Kita harus mencari di gunung atau di toko obat Tuan, karena kalau kita meracik obat-obat ini dengan tepat, mereka semua bisa tertolong." jawab ku.
"Benarkah?" tanya Tuan long.
"Iya Tuan, karena penyakit ini sebenarnya tidak terlalu membahayakan, hanya saja.. racun yang ada di tubuh mereka lama-kelamaan akan menggerus tubuh mereka." jawabku.
Akhirnya aku dan Tuan Long pergi mencari obat penawar untuk mereka, sebelum pergi tuan Long berpesan kepada para penduduknya untuk selalu menjaga diri, dan tidak memperbolehkan penduduk luar desa lain untuk masuk ke tempat mereka.
Perjalanan pun kami mulai dan beberapa hari kemudian, akhirnya aku menemukan beberapa obat untuk penawar racun itu, dan untuk satu obat lagi celin dan Tuan Long harus mencari di bukit gunung yang sangat curam.
Tiada kata mundur bagiku, kami terus maju untuk mendapatkan obat itu,
"Tuan Long, kita tidak boleh menyerah, obat itu adalah jalan kesembuhan bagi mereka. Dan mari kita latih para penduduk untuk menjadi orang lebih kuat agar tidak dimanfaatkan oleh dua Kerajaan." ucapku pada tahun long.
Tuan long menatapku sangat intens.
"Tak pernah ada wanita yang begitu pemberani. bersemangat dan tak pernah pantang menyerah, dia selalu berpikir kalau wanita hanyalah penghuni rumah dan tidak akan pernah bisa menjadi seseorang yang berguna untuk suaminya. berbeda baginya, dia ingin memperjuangkan hidup orang lain dan membuat mereka berjuang agar tidak dipermainkan oleh orang lain." guman Tuan Long dalam hati.
Akhirnya Tuan long dan aku telah menemukan obat terakhir untuk racun itu, kami berdua kembali ke desa Huan. Desa sarang penyakit yang selalu dikabarkan di luar sana, hari demi hari aku terus mengobati para penduduk. Tak ada kata menyerah bagiku. Tuan long selalu membantuku disaat aku membutuhkan nya, tak ada keluh kesah di hati kami berdua.
Tuan long adalah ketua atau pemimpin di desa itu setelah ayahnya meninggal, tuang Long yang menjadi penerusnya. Hari berganti Hari banyak para penduduk telah sembuh, mereka sangat berterima kasih kepadaku.
Berkat kehadiranku hidup para penduduk huan telah menjadi baik. tak lupa juga tuan long berpesan kepada para penduduknya untuk berlatih ilmu bela diri atau tenaga dalam dan juga ilmu untuk mempertahankan diri.
Sesuai yang aku katakan. Akhirnya penduduk desa Huan bersepakat untuk melatih diri mereka dan membuat pertahanan desa mereka sendiri, tanpa ada campur tangan dari Kerajaan lain.
Tak terasa, sudah 2 tahun aku berada di desa Huan, desa itu kini telah makmur dan sangat asri, dan kabar tentang desa Huan yang telah sembuh penduduknya sampai di Kerajaan.
Kerajaan An Bian dan kerajaan tetangga kerajaan Gong. kedua kerajaan itu merasa heran bagaimana ada desa yang sudah sekarat dan hampir punah, sekarang bangkit kembali dengan keadaan yang yang sangat makmur berbeda dengan 2 tahun yang lalu, kerajaan bian selalu memata-matai desa huan begitu pula dengan mata-mata kerajaan gong.
**********
"Tuan long, bukankah Nona Celin sangat cantik?kenapa anda tidak mempersuntingnya saja dan membuatnya tinggal selamanya disini." tanya seorang wanita tua kepada Tuan Long, memang selama ini tuang Long selalu senang lihat Celine.
Di dalam hatinya berharap Celine akan mempunyai perasaan padanya, tapi tuan long tidak berani mengungkapkan, karena baginya Celin adalah penolong para penduduk desanya.
"Entahlah Nyonya, kita tidak boleh memaksakan perasaan orang lain. belum tentu Nona celin menyukaiku jawab Tuan long. hal itu memunculkan kan kejahilan di fikiran wanita tua itu agar bisa mengungkapkan perasaan Celine yang sebenarnya.
"Tuan long, apakah Tuan menyukai Nona Celine?" tanya si wanita tua.
"Tak ada pria yang tidak menyukai gadis itu, wajahnya cantik, baik Rama, dan lihat ya dia begitu pintar." jawab Tuan long.
"Apakah Tuan, mempunyai keinginan untuk menikahi Nona Celine." tanya wanita tua itu lagi.
"Jika Nona Celine bersedia kunikahi, maka hari itu juga aku akan menikahinya." jawab Tuan long sambil tersenyum. dia merasa seperti lelaki yang tidak tahu malu dengan gamblangnya ia mengungkapkan perasaannya kepada seorang wanita tua penduduknya.
"Benarkah?" tanya wanita tua itu.
"Tentu, bibi harus tahu.. setelah beberapa tahun ini bersamanya, aku telah memendam perasaan kepada Nona celin. tapi aku tidak pernah berani untuk mengungkapkannya, takutnya Nona Celin tidak mempunyai perasaan padaku dan membuat Nona Celine pergi secara tiba-tiba." jawab Tuan long.
Akhirnya si wanita tua itu berencana untuk menjodohkan dan membuat Celine mau menikah dengan pemimpin desa mereka.
"Nona Celine!!" seru wanita tua itu.
"Bibi.. apa yang bibi dilakukan disini?" tanya Celine yang berada di dalam bilik kamarnya.
"Bibi cuma mau melihatmu saja." jawab si bibi tua.
"Oh.. masuklah bi, aku akan membuatkan teh untuk bibi." jawab Celine.
''Tidak usah, Nona." jawab si wanita tua.
"Kenapa?" tanya Celine.
"Bibi ke sini hanya ingin berbicara dengan Nona celine saja, jadi tidak usah membuatkan minuman." jawab si wanita tua.
"Baiklah kita mengobrol di luar saja, di sini udaranya agak panas." jawab Celine.
"Baiklah." jawab si bibi.
"Oh ya, bibi mau berkata apa?." tanya Celine.
"Anda tahu Nona kalau Tuan tolong akan segera menikah." ucap sih bibi tua itu mencoba mencari tahu perasaan Celine.
"Prang!.. seketika cangkir yang dibawa Celine terjatuh.
"Ada apa Nona?" tanya bibi tua.
"Ah tidak apa-apa bibi, tadi tiba-tiba gelas aku terjatuh." jawab Celine, seketika hati Celine terasa pedih, saat mendengar kabar Tuan Long akan menikah. jujur saja pertama kali saat melihat tuan Long dia adalah pria pertama yang mau
memperhatikannya, dan memberikannya dukungan selalu berada di sisi-nya apapun yang terjadi. tak terasa tetesan air mata jatuh dari kelopak mata Celine, dan hal itu dilihat oleh bibi tua.
"Apakah Nona Celine mencintai Tuan long?" tanya si bibi tua.
"Kenapa bibi berkata seperti itu?" tanya Celine.
"Cobalah Nona berbicara pada Tuan long." ucap bibi tua.
"Tidak bi..saya tidak mau merusak pernikahan seseorang, biarlah Tuan long bahagia bersama pilihannya. Saya hanyalah wanita pendatang yang kesini untuk menolong kalian. Bukan seorang wanita yang akan merusak kehidupan orang lain." jawab Celine.
Setelah mendengar perkataan Celine, bibi tua itu kemudian pergi dengan tersenyum, ia mulai balik arah menuju kediaman Tuan long.
"Tok.. tok.."
pintu rumah tuan long diketuk.
"Ada apa kok kemarin lagi?" tanya Tuan long.
"Apakah Tuan tidak ingin mendengarkan kabar yang sangat membahagiakan." tanya bibi tua.
"Kabar apa bi?" tanya Tuan long.
"Tadi aku baru dari rumah Nona Celine Tuan." guman bibi tua.
"Apa Tuan long mau menikahi Nona Celine?" tanya bibi tua.
"Lalu apa hubungannya dengan ini bi?" tanya tuan Long.
"Sebenarnya, Nona Celine menyukai Tuan long. hanya saja.. dia seorang wanita, tidak mungkin dia berbicara terlebih dahulu pada Tuhan long." jawab bibi tua.
Dan betapa terkejutnya Tuan Long saat mendengarkan hal itu, serasa mendapatkan hadiah yang setinggi gunung tiba-tiba Tuan long berlari meninggalkan bibi tua itu dan langsung menuju kediaman Celine.
"Bruk!!" tubuh Celine yang ditubruk oleh Tuan long.
"Maaf-maaf." ucap Tuan Long.
"Ada apa Tuan, kenapa terburu-buru?" tanya Celine.
"Nona Celine, maukah kau menikah denganku." tanya Tuan Long tiba-tiba yang membuat Celine jantungnya serasa copot.
"Apa apa maksud Tuan?" tanya celine.
"Menikahlah denganku, Nona. kita berjuang bersama di desa ini." seru Tuan Long.
"Tapi tuan." jawab Celin.
"Menikahlah denganku dan jadilah ibu dari anak-anakku, aku tidak menginginkan wanita yang lain!!" seru tuan Long.
Setelah beberapa detik, akhirnya celine menganggukkan kepalanya tanda kalau ia menyetujuinya.
Keesokan harinya, sesuai dengan perkataan Tuan long, Celine telah dinikahi oleh Tuan long dengan kemeriahan desa Huan.