Gadis itu bernama kayla Nayyara Rayna, kerap disapa Kayla dia adalah seorang anak yang diamanahkan di pondok pesantren di daerah jawa timur. Ray dia tidak terlalu banyak memiliki teman, bisa dibilang dia seorang anak yang pendiam, tapi dibalik sikap pendiamnya itu sebenarnya dia adalah gadis yang baik,ramah dan suka menolong.
Ray dia sudah dilatih mandiri sejak kecil oleh kedua orang tuanya, dahulu dia di asuh oleh budenya karena orangtuanya sibuk bekerja setelah usia 5 tahun dirinya di bawa pulang keluarganya karna ibunya mengandung Adeknya.
"Liburan pondok mulai dari tangal 27 april sampai tanggal 7 Mei." Ustazah Dila memberikan informasi perpulangan.
"Sya anti nanti di rumah mau ngapain aja?" Tanyaku
"Ana insyaa Allah akan berlibur bersama keluarga.. bagaimana denganmu kay?"
"Entahlah, ayahku sibuk kerja... Mungkin di rumah aja mbantu mama" ucapku sedikit sedih.
"Kenapa kamu tidak mengunjungi rumah budemu saja kay?" Meisya menyampaikan pendapatnya.
" Aaa yaaa... Benar juga, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan dia, apakah dia masih mengingatku?" aku kembali mengingat kenangan bersamanya.
13 tahun yang lalu
"Kak ren ayo pulang" rengek seorang gadis kecil sembari memegang dengan erat tangan seorang anak lelaki yang bernama Darren Azhwa Ardiansyah.
"Iyaa bentar, kak ren ambil tas dulu" gadis kecil itu tak mau melepaskan genggamannya ia malah semakin mengeratkan genggaman tangannya.
Akhirnya darren pun mengambil tasnya bersama gadis kecil tersebut.
"Kak ren, ray mau es krim" darren menggelengkan kepalanya sebagai jawaban
"Nanti saja Ray, kita pulang dulu. nanti kamu dimarahin om Tante Karna beli es krim gimana?" gadis tersebut menyerutkan bibirnya, ia sebal karna tidak di beliin es krim.
"Ray mau es krim kak darrennn..." Rengek Ray. Akhirnya Darren pun membelikan es krim dengan sisa uang jajannya.
"Nih cepet dihabisin jangan sampai Om sama Tante tau kalo Ray habis makan es krim" Ray mengangguk dan tersenyum.
Setelah itu Ray kembali kerumahnya bersama dengan Darren, ia melihat ada orang tuanya di sana,ia gembira bisa bertemu dengan mamanya itu, sampai ia lupa akan keberadaan Darren di sana.
"Mama!!" Ray langsung mendekap erat tubuh wanita itu. ia sangat gembira dengan kedatangan mamanya. Darren kembali ke rumahnya karna sepertinya Ray sudah tak membutuhkannya lagi.
"Ray... ikut mama pulang Yaa nak, kamu sebentar lagi punya adek, mama juga udah nga kerja lagi,jadi ray ikut pulang Yaa.." Ray yang mendengarnya langsung mundur beberapa langkah.
"Ray nga mau pulang mama,ray maunya di sini" gadis kecil itu merengek.
"Ray kamu nga mau tinggal sama mama papa?" Ray semakin merengek. Kala itu ia tau dirinya akan terpisah dengan sahabatnya dalam jangka waktu yang panjang.
"POKOKNYA RAY NGA MAU PERGI!!" ia berlari menuju rumah sahabatnya itu ia menangis sejadi-jadinya di hadapan Darren.
"Ray kamu kenapa? jangan menangis. Ka Darren disini" Darren menenangkan Ray yang masih menangis.
Ray berhenti menangis tapi masih senggukan, pipi,hidung,mukanya merah karna menangis.
"Ray nga mau pindah kak, Ray maunya disini sama kak Darren" Darren menghapus sisa air mata yang masih tersisa di pipi Ray.
Darren saat itu lebih tua 1 tahun dari ray,walau begitu Darren sangat menyayangi Ray.
"Ray" ia menoleh ke arah Darren.
"Ray harus nurut apa kata mamanya Ray ya." ucap haru lembut.
"Tapi Ray nga mau pisah sama kakak, Ray nga punya teman selain kak Ren" Ray menangis lagi kali ini lebih kencang.
"Ray... kita nga akan selamanya pisah kok, suatu saat kita pasti juga bertemu jadi tenang saja ya. Udah jangan nangis lagi. Kalo Ray masih nangis nanti kak Ren pergi loh" ucapan Darren membuat Ray langsung berhenti menangis, ia berusaha menghapus air matanya.
Ray tidak terlalu paham apa yang dimaksud Darren Karna dirinya masih terlalu kecil untuk menelaah semua kalimat yang diucapkan Darren.
"Janji yaa, nanti kalau dah besar kita ketemu lagi?"
"Tapi Ray juga harus janji kalau Ray ga bakal nangis lagi.
"Humm. Ray janji"
"Yaudah, ayo main dulu" ajak Darren, Ray mengangguk sambil tersenyum bahagia.
Mereka berdua bermain bersama hingga mamanya Ray datang menghampiri keduanya.
"Darren, tante pamit dulu Yaa" mama Ray menarik lengan gadis kecil itu meninggalkan Darren.
"Kay.."
"Kayy!"
"KAYLAAAA!!"
"ASTAGFIRULLAH, Kayla Nayyara Rayna "
Suara Meisya membuat Kayla tersadar dari lamunannya.
"Eh, Afwan Sya. Ana ... Mmm..."
"Sebenarnya apa sih yang mengganggumu?"
Pertanyaan Meisya membuat Kayla merenung.
"Ana mengingat kejadian dulu waktu ana masih kecil Sya, temen ana dulu, namanya Darren" Kayla berterus terang.
"Astagfirullah Kay. zina Kay, ZINAAA!!!" Meisya mengingatkan.
"Maaf Sya, khilaf - khilaf" Kayla cengengesan.
"Apakah kamu menyukainya Kay?"
Kayla yang sedang meminum air langsung tersedak, dirinya bingung harus menjawab apa.
"Emm, ana gak tau Sya, ana gak bisa memahami perasaan ana sendiri"
"Yaudah kalo gitu, ana cuma mengingatkan, jangan meletakkan harapan setinggi langit agar tidak jatuh sedalam lautan. berharaplah kepada Allah dan percayalah Allah akan membantumu."
"Makasih ya Sya" Kayla tersenyum lebar
"Afwan, yaudah yuk siap-siap, bentar lagi azan ashar loh"
"Na'am"
Kayla dan Meisya pun mulai bersiap-siap untuk jama'ah solat di masjid pondok. Setelah berwudhu mereka menuju masjid setelah mendengar suara azan. Setelah melaksanakan ibadah solat ashar Kayla melanjutkan pembelajaran seperti biasanya di pondok.
Janji itu akan tetap sama, entah sampai kapanpun itu. Baik untuk kak Ren maupun Ray. Janji itu akan tetap abadi, dan akan selalu Mereka ingat sampai kapanpun.